oleh Li Wenxin
Pada 9 Februari mendatang Korea Selatan akan menggelar upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, namun kantor berita resmi Korea Utara pada 23 Januari tiba-tiba mengumumkan bahwa hari jadi angkatan bersenjata Korea Utara akan diubah menjadi 8 Februari, dan pemerintah melalui kegiatan nyata akan merayakan peristiwa bersejarah tersebut.
Menurut media resmi Korea Utara ‘KCNA bahwa hari jadi angkatan bersenjata Korea Utara yang sebelumnya ditetapkan pada 25 April, akan diubah menjadi 8 Februari mengingat hari itu pemimpin besar Korea Utara Kim Il-sung telah mengubah status tentara rakyat revolusioner menjadi Angkatan Bersenjata DPRK. Sehingga mulai tahun ini tanggal 8 Februari ditetapkan sebagai hari jadi Angkatan Bersenjata Korut. Dan mengklaim akan memperingatinya tahun ini dengan suatu kegiatan nyata.
Kim Il-sung membentuk sekelompok gerilyawan untuk melawan penjajahan Jepang pada 25 April sehingga hari tersebut diperingati sebagai Hari Tentara Revolusi.
Hal yang patut diperhatikan adalah 8 Pebruari itu bertepatan dengan 1 hari menjelang pembukaan Olimpiade di Korea Selatan. Meskipun tidak diketahui secara pasti apakah Korea Utara memang sengaja membuat keputusan tersebut.
Tetapi ada kabar angin yang beredar dengan isi sebagai berikut : Demi kepentingan peringatan acara, otoritas Korea Utara telah menempatkan sejumlah kekuatan militer di daerah dekat Bandara Pyongyang, katanya untuk mengikuti acara parade militer.
Olimpiade Pyengchang akan berlangsung dari 9 hingga 25 Februari.
Yonhap pada 17 Januari melaporkan bahwa delegasi pada hari tersebut telah melakukan dialog langsung untuk yang ketiga kalinya di Panmunjom dan menyampaikan pernyataan dalam jumpa pers bersama.
Menurut catatan wartawan yang hadir dalam jumpa pers bahwa kedua pihak sepakat untuk menggunakan bendera kesatuan dalam upacara pembukaan Olimpiade, kedua negara akan membentuk satu tim hoki es untuk diturunkan dalam pertandingan.
Pada kesempatan perundingan yang kedua kalinya, kedua belah pihak sudah sepakat bahwa Korut akan mengirim tim kesenian yang terdiri dari 140 orang anggota ke Pyongchang untuk meramaikan acara.
Jumpa pers juga menyebutkan bahwa Korut akan mengirim tim Taekwondo yang terdiri dari 30 orang untuk mendemonstrasikan kebolehannya. juga Cheerleading sebanyak 230 orang gadis-gadis cantik yang akan bergabung dengan cheerleading Korea Selatan untuk memanaskan suasana pertandingan. Untuk kepentingan tersebut Korea Utara akan mengirim 1 rombongan panitia untuk mengadakan survei lokasi.
Kedua Korea juga sepakat untuk menggelar kegiatan acara budaya bersama di daerah Kumkang, dan melakukan latihan ski bersama di Masikryong Ski Resort, Korea Utara.
Media Korea Selatan bahkan berpikir bahwa dialog antar kedua negara dapat meredakan ketegangan di semenanjung yang disebabkan oleh uji coba nuklir Pyongyang dan uji coba rudal. Tapi Jepang justru mengeluarkan sebuah peringatan.
Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono mengatakan bahwa dunia seharusnya tidak percaya begitu saja terhadap ‘serangan pesona’ Korea Utara. Dia mengatakan : “Sekarang belum saatnya untuk mengendurkan tekanan atau memberi apresiasi kepada Korea Utara. Fakta bahwa Korea Utara bersedia untuk berdialog sekarang ini adalah bukti efektivitas sanksi”
David Straub, seorang mantan kepala urusan Korea Selatan untuk Departemen Luar Negeri AS mengatakan : “Sebagian besar orang Korea termasuk para ahli berpikir bahwa usulan Korea Utara mengajukan dialog dengan Selatan mungkin adalah strategi Kim Jong Un untuk memisahkan aliansi antara Amerika Serikat dengan Korea Selatan. Saya juga berpikir demikian”
Ia mengatakan bahwa jika Kim Jong-un tidak memanfaatkan keinginan kuat presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk membuka dialog langsung dan dengan demikian diharapkan mampu melemahkan sanksi masyarakat internasional terhadap Korea Utara, maka ia termasuk sembrono.
David Straub berpendapat, Kim setiap saat dapat saja menemukan alasan untuk menuding Amerika Serikat merusak perundingan kemudian melanjutkan tindakan sebelumnya.
Saat ini awan perang masih menutupi Semenanjung Korea. Beberapa komentator mengatakan bahwa jika Kim Jong-un terus gonta-ganti pikiran dan akhirnya memutuskan untuk menarik diri dari Olimpiade Musim Dingin, berarti motifnya mengubah tanggal hari jadi angkatan bersenjata itu tidak murni.
Mengingat pada tahun 1987, untuk mengganggu pelaksanaan Olimpiade Seoul, rezim Korea Utara tidak segan-segan untuk meledakkan sebuah pesawat sipil Korea Selatan. Â (Sinatra/asr)
Sumber : epochtimes.com