Militer AS Kerahkan Rudal Baru di Indo-Pasifik Sebagai Tanggapan atas Ancaman PKT terhadap Taiwan

oleh Huang Yanhua dan Wu Huizhen – NTD News Weekly

Media asing melaporkan bahwa Angkatan Laut Amerika Serikat sedang menempatkan rudal udara-ke-udara jarak jauh terbaru di kawasan Indo-Pasifik untuk melemahkan kekuatan udara Partai Komunis Tiongkok (PKT). Rudal ini adalah rudal pertahanan udara dengan jangkauan terjauh yang pernah ditempatkan oleh AS,  dirancang untuk mengimbangi kemampuan PKT dalam memblokade Taiwan yang menimbulkan kekhawatiran. 

Kantor berita Reuters melaporkan pada 15 Agustus bahwa Angkatan Laut AS telah menempatkan rudal udara-ke-udara jarak jauh terbaru AIM-174B di kawasan Indo-Pasifik, yang berpotensi menghilangkan keunggulan jangkauan udara PKT.

AIM-174B memiliki tiga keunggulan utama: Pertama, jangkauan terbangnya bisa mencapai 400 kilometer, beberapa kali lipat dari rudal udara-ke-udara jarak menengah AIM-120 milik AS; Kedua, rudal ini tidak memerlukan jalur produksi baru, sehingga setiap rudal dapat menghemat biaya sekitar 1 juta dolar AS; Terakhir, rudal ini kompatibel dengan sistem pesawat tempur sekutu AS yakni Australia.

Yang terpenting, jangkauan AIM-174B melampaui jangkauan maksimal 300 kilometer dari rudal udara-ke-udara PKT, PL-15, sehingga memungkinkan pesawat tempur AS untuk menjauh dari kapal induk dan menghindari ancaman terhadap kapal induk, sambil tetap mampu menyerang target PKT dengan aman.

Selama latihan militer RIMPAC baru-baru ini, pesawat tempur F/A-18E/F “Super Hornet” dari kapal induk USS Carl Vinson berhasil melaksanakan misi lepas landas dan pendaratan, dengan AIM-174B tergantung di bawahnya. Dengan radius tempur efektif F/A-18E/F sebesar 900 kilometer, jika digabungkan dengan jangkauan AIM-174B, jangkauan serangan efektif bisa mencapai 1300 kilometer.

“Rudal ini memungkinkan pengendalian medan perang dari jarak jauh, memungkinkan penghancuran pesawat udara PKT dari jarak jauh, yang memberikan keuntungan taktis. Selain itu, ini juga memberikan efek strategis, karena saat PKT terus memperluas angkatan lautnya, rudal udara-ke-udara saya dapat menembak lebih jauh dari rudal kapal Anda, yang dapat menghalangi armada angkatan laut PKT lebih jauh dari rantai pulau pertama,” ujar Direktur Institut Keamanan dan Sumber Daya Pertahanan Taiwan, Su Tzu-yun.

Seorang analis teknologi pertahanan senior AS yang tidak mau disebutkan namanya menyatakan bahwa rudal baru ini mungkin akan mengubah perilaku PKT, sementara kemungkinan keterlibatan AS dalam konflik di Laut Cina Selatan dan kawasan Indo-Pasifik juga akan meningkat.

Pada 13 Agustus, media pemerintah melaporkan bahwa Kementerian Keamanan Negara PKT mengklaim telah mengungkap lebih dari seribu kasus spionase Taiwan, namun artikel tersebut tidak memberikan waktu spesifik dan rincian kasus. Sebagian besar isi artikel terkait dengan apa yang disebut “anti-kemerdekaan Taiwan.”

Pada 15 Agustus, Dewan Urusan Daratan Taiwan menyatakan bahwa tindakan PKT seperti ini hanya akan membuat hubungan kedua belah pihak semakin menjauh.

“Jika ini bukan omong kosong belaka, maka berarti mereka melakukan penahanan sewenang-wenang. Ketika Anda mulai mendorong pelaporan gerakan kemerdekaan Taiwan dan mendorong tren ini, itu jelas tidak baik bagi hubungan lintas selat dan hanya akan memperlebar jarak,” ujar Wakil Ketua Dewan Urusan Daratan Taiwan, Liang Wen-jie.

Terkait penangkapan pendiri Partai Nasional Taiwan, Yang Chih-yuan, yang dituduh PKT sebagai “pemimpin gerakan kemerdekaan Taiwan,” Dewan Urusan Daratan menyatakan bahwa mereka telah memahami situasi Yang saat ini dan terus berhubungan dengan keluarganya.

Liang Wen-jie menambahkan, “Sebelum ditangkap, dia mengajar permainan Go (catur) di daratan dan berpartisipasi dalam beberapa pertandingan Go. Jika orang seperti ini bisa dianggap sebagai pemimpin gerakan kemerdekaan Taiwan dan digunakan untuk meningkatkan kinerja, kami menganggap ini sangat tidak masuk akal.”

Dewan Urusan Daratan menekankan bahwa di satu sisi PKT mengklaim mendorong pertukaran lintas selat, namun di sisi lain mereka melakukan penangkapan sewenang-wenang terhadap rakyat Taiwan, yang menunjukkan kontradiksi dalam kebijakan mereka terhadap Taiwan dan menjadi penghambat utama interaksi yang sehat antara kedua pihak.

“Beberapa kelompok pro-reunifikasi sebelumnya mengatakan bahwa jika Anda membuat PKT marah, akan ada konsekuensi tertentu. Namun, popularitas Lai Ching-te tidak terpengaruh dan justru semakin tinggi. Lebih dari 80% orang Taiwan mengakui bahwa Taiwan adalah negara berdaulat. Dalam situasi seperti ini, PKT tentu menjadi cemas dan tidak memiliki cara untuk mengatasinya, sehingga mereka menunjukkan ‘pisau di dalam lipatan,” ujar analis politik Taiwan, Huang Peng-hsiao.

Pengamat politik di AS, Lan Shu, berpendapat bahwa PKT menggunakan metode ini untuk mengancam masyarakat Taiwan dan para pemimpinnya, seperti presiden dan wakil presiden, serta menciptakan ketegangan untuk mengancam pemerintah Taiwan.

Lan Shu juga menganalisis bahwa tindakan intimidasi PKT terhadap Taiwan saat ini bertujuan untuk menciptakan efek takut-takut di masyarakat Tiongkok, sehingga rakyat tidak berani berinteraksi lebih banyak dengan masyarakat Taiwan. (Hui)