EtIndonesia. Para pecinta buku, waspadalah!
American Chemical Society menyebarkan informasi tentang buku-buku beracun dari masa lalu. Sebuah laporan baru yang dirilis oleh lembaga ilmiah tersebut memperingatkan bahwa buku-buku bersampul warna-warni dari era Victoria kemungkinan mengandung pewarna beracun, dan menghimbau para pustakawan, arsiparis, dan peneliti untuk mengambil tindakan pencegahan khusus saat menangani teks-teks ini.
Temuan baru ini merupakan hasil dari teknik pengujian baru, yang dijelaskan dalam laporan baru dari para peneliti di Universitas Lipscomb di Tennesee.
“Buku-buku lama dengan pewarna beracun ini mungkin ada di universitas, perpustakaan umum, dan koleksi pribadi,” kata Abigail Hoermann, seorang mahasiswa kimia di sekolah Nashville yang membantu penelitian tersebut. “Jadi, kami ingin menemukan cara untuk memudahkan semua orang mengetahui paparan mereka terhadap buku-buku ini, dan cara menyimpannya dengan aman.”
Buku-buku tua ini sering kali mengandung pigmen yang sejak saat itu telah dipastikan beracun, bahkan bersifat karsinogenik, jika terhirup, tertelan, atau terserap melalui kulit.
Penemuan ini berkat pustakawan Universitas Lipscomb Jan Cohu dan Michaela Rutledge, yang meminta rekan-rekan mereka di departemen kimia — dengan bantuan laboratorium dari Universitas Vanderbilt — untuk menganalisis koleksi buku-buku berlapis kain dari abad ke-19 dan awal abad ke-20 milik sekolah tersebut.
Untuk pertama kalinya, para peneliti menerapkan proses yang disebut difraksi sinar-X, yang sebelumnya telah digunakan untuk menguji kertas dinding dan lukisan lama, untuk mengidentifikasi molekul mana dalam pigmen yang mengandung logam beracun.
Mereka menemukan timbal dan kromium beracun hadir dalam kadar tinggi di beberapa sampel, khususnya buku-buku dengan pigmen kuning dan hijau — termasuk satu buku dengan batas dua kali dan enam kali lipat, masing-masing, yang diberlakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
Paparan terhadap timbal dan kromium dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, kerusakan saraf, masalah kesuburan, dan kanker.
“Saya merasa sangat menarik untuk mengetahui apa yang dianggap aman oleh generasi sebelumnya, dan kemudian kita mengetahui, oh, sebenarnya, mungkin bukan ide yang bagus untuk menggunakan pewarna yang cemerlang ini,” kata Joseph Weinstein-Webb, asisten profesor kimia di Lipscomb.
Sekarang, semua buku berwarna-warni abad ke-19 di Perpustakaan Beaman di sekolah tersebut telah disegel dalam plastik hingga penelitian lebih lanjut dilakukan tentang cara menanganinya dengan aman, kemudian menyumbangkan hasilnya ke Poison Book Project, sebuah proyek penelitian yang digagas oleh banyak orang yang diluncurkan oleh Winterthur Museum, Garden & Library di Delaware.(yn)
Sumber: nypost