Hujan deras di Shandong, Tiongkok yang dimulai pada 26 Agustus 2024, menyebabkan banjir parah di banyak tempat. Pada hari kedelapan bencana banjir dahsyat di Kabupaten Jianchang, Provinsi Liaoning, sejumlah besar desa terputus pasokan air, listrik, dan internet, dan berita tersebut diblokir oleh para pejabat setempat
Yu Liang, Xiong Bin dan Zhang Xiaoyu – NTD
Mulai 26 Agustus, hujan lebat terjadi di banyak tempat di Jinan, Linyi, dan Dongying di Provinsi Shandong mengakibatkan banjir melanda perkotaan.
Curah hujan di wilayah Dongying melebihi 100 mm dalam sejam, dan curah hujan dalam dua jam mencapai 190 mm. Ketinggian air Sungai Guangli di perkotaan melonjak, dan trotoar di kedua sisi tepian sungai terendam. Jembatan Terapung Danau Qiuyue terendam di bawah permukaan air. Saat ini, yang terlihat hanya pagar, muara jalan yang jebol, dan jalan masuk berubah menjadi sungai.
Warga Shandong: “Audi A6, Accord, Tesla, Mercedes-Benz, dan BMW X5 di barisan belakang. Ada beberapa mobil di barisan belakang. Pasti ada belasan hingga dua puluh mobil di sini.”
Kota Shouguang, Weifang pernah mengeluarkan peringatan hujan badai merah, dan rumah kaca sayuran petani terendam banjir sehingga mengalami kerugian besar.
Menurut orang-orang peduli yang mengirimkan perbekalan sendiri, banjir besar di Jianchang, Provinsi Liaoning pada 20 Agustus menyebabkan kerusakan di lebih dari 200 desa dan merusak lebih dari 1.000 jalan.
Sejauh ini, banyak tempat yang terputus dari pasokan air, listrik, dan internet. Tim penyelamat menggunakan indra penciumannya untuk mencari orang hilang.
Wang, warga Liaoning berkata: “Hujan terlalu deras, pintu waduk dibuka, rumah-rumah hilang, semuanya hancur, dan tidak ada panen pada tahun ini. Ada yang hanyut dan belum ditemukan, dan lalu ada bau di beberapa tempat. (mayat) ditemukan di lumpur. Sungguh tragis memposting video seperti itu. Empat keluarga hanyut di Danangou, dua orang hilang, dan satu nenek dan kakek di Xu Zhangzi (desa) tidak dapat ditemukan. Nenek dan cucu perempuan kecil telah hilang.”
Li, warga Desa Hesan Ke berkata, : “Hujannya tidak terlalu deras, tapi airnya terlalu deras. Ada sebuah desa dengan dataran yang sangat rendah. Banjir terjadi setelah pukul 01.00 dini hari , dan orang-orang tidak mengetahuinya, mereka semua tertidur, rumahnya hanyut, sungguh menakutkan.”
Para korban di Kota Datun, daerah yang terkena dampak paling parah, mengungkapkan bahwa sebagian besar korban menyelamatkan diri dengan tangan kosong.
Zhang, seorang penduduk desa di Kota Datun: “Air datang dengan sangat cepat pada malam itu. Saya masih tidur pada pukul 03.00 , dan banyak rumah hanyut. Banyak orang tidak punya waktu untuk menyelamatkan diri dan mereka hanyut seketika. Rumah kami hanyut, rumah kami hilang, pertanian kacang dan apel kami semuanya hanyut. Kami tidak punya apa-apa, dan kami benar-benar jatuh miskin.”
Seorang blogger : “Desa ini yang paling parah longsornya. Enam dari sepuluh keluarga hanyut. Lalu ada empat orang yang meninggal dunia. Karena cuaca terlalu panas, mereka mengubur semua orang di tempat.”
Penduduk desa di Kota Bajiazi menangis karena mereka kehilangan orang yang mereka cintai dan kekayaan yang terkumpul seumur hidup dalam semalam.
Chen Hong, seorang penduduk desa di Yutun, Kota Bajiazi: “Saat air naik, saya tidak bisa bernapas. Rumah-rumah runtuh dan retak. Sungguh menyulitkan para petani. Semuanya menghilang dalam semalam, babi ternak dan 5.000 pon kacang-kacangan semuanya hanyut, dan tidak ada yang tersisa. Alat mesin pertanian dan penggilingan semuanya hanyut. Anak-anak menangis dan bibi mereka meninggal dunia.” (hui)