Investigasi Washington Post: Kekerasan di San Francisco Terkait dengan Diplomat PKT 

Wang Ziqi/Yi Ru

The Washington Post merilis laporan investigasi yang menunjukkan bahwa selama kunjungan Xi Jinping ke San Francisco pada November tahun lalu, insiden kekerasan di mana pendukung PKT (Partai Komunis Tiongkok) menyerang para pengunjuk rasa, melibatkan diplomat PKT di AS. Pengacara menyatakan bahwa laporan ini dengan jelas membuktikan adanya aksi penindasan lintas negara oleh pemerintah Tiongkok. Oleh karena itu,  pemerintah AS harus segera mengambil tindakan balasan.

Dari 14 hingga 17 November 2023, ketika Xi Jinping menghadiri KTT APEC (Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik) di San Francisco, terjadi bentrokan hebat antara pendukung dan penentang Xi Jinping.

Setelah investigasi selama enam bulan, pada 3 September, Washington Post merilis laporan yang menunjukkan bahwa aksi kekerasan paling ekstrem diprovokasi oleh para pendukung PKT. Setidaknya empat diplomat PKT terlihat di antara kerumunan pendukung PKT, bahkan berinteraksi dengan pelaku kekerasan. 

Disebutkan juga dua diplomat berasal dari Konsulat Los Angeles: Wakil Konsul Jenderal Li Chunlin (yang meninggalkan jabatannya pada Juli 2024) dan pejabat konsuler Shi Wei Meng. Dua lainnya adalah diplomat di Konsulat San Francisco: Kun Wang dan Bo Yang.

Para diplomat ini dilindungi oleh kekebalan diplomatik, sehingga tidak dapat ditanyai oleh FBI terkait keterlibatan mereka dalam kekerasan tersebut.

Investigasi juga menemukan bahwa Konsulat PKT di Los Angeles menyediakan akomodasi hotel dan makanan sebagai imbalan bagi mereka yang berpartisipasi dalam kegiatan pro-PKT. Setidaknya ada 35 organisasi diaspora Tiongkok yang hadir dalam aksi protes selama KTT APEC.

Menurut tujuh penyelenggara aksi, diplomat PKT menyewa setidaknya 60 penjaga keamanan pribadi untuk “melindungi” kelompok-kelompok yang berkumpul menyambut Xi Jinping.

Investigasi juga mengidentifikasi 32 pemimpin komunitas diaspora yang membantu mengorganisir aksi tersebut, banyak di antara mereka memiliki hubungan dengan otoritas Tiongkok.

Pengacara hak asasi manusia yang berbasis di AS, Wu Shaoping, mengatakan, “Selama ini, ketika kita membicarakan penindasan lintas negara, kita hanya melihat pejabat PKT yang bersembunyi di belakang layar. Namun kali ini berbeda, media telah menunjukkan bagaimana pejabat PKT secara langsung terlibat. Ini memberikan bukti konkret bahwa penindasan lintas negara oleh PKT benar-benar terjadi.”

Laporan tersebut menganalisis lebih dari 2.000 foto dan video, serta mewawancarai setidaknya 35 saksi mata, pejabat AS, dan analis, serta meneliti pesan teks, laporan medis, laporan polisi, dan pesan dari grup WeChat.

Chen Chuangchuang, seorang pengacara yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif Partai Demokrasi Tiongkok di AS, juga ikut serta dalam investigasi. Dia adalah salah satu korban selama aksi protes, diserang dengan semprotan merica, dan kacamatanya dirusak oleh pendukung PKT.

Chen Chuangchuang berkata, “Yang paling penting dari investigasi Washington Post adalah bahwa mereka menghubungkan pihak yang menyerang selama aksi protes langsung dengan para diplomat PKT. Ini memberikan rincian yang sangat penting. Dalam tindakan pemerintah berikutnya, mereka dapat secara langsung meminta klarifikasi tentang hubungan antara individu-individu ini dengan organisasi sipil tertentu.”

Selama investigasi, juru bicara Konsulat PKT di Washington, New York, San Francisco, dan Los Angeles mengirimkan pernyataan serupa melalui email kepada Washington Post, mengklaim bahwa anggota komunitas Tionghoa “secara sukarela” pergi ke San Francisco untuk menyambut Xi Jinping, namun malah menghadapi “sejumlah provokasi dan kekerasan.”

Pada Juli 2024, Hong Kong Democracy Council dan Students for a Free Tibet bersama-sama merilis laporan yang meninjau kembali insiden di San Francisco, mendokumentasikan 34 kasus pelecehan, intimidasi, dan serangan yang dilakukan oleh pendukung PKT terhadap para pengunjuk rasa.

Chen Chuangchuang mengatakan bahwa laporan sebelumnya menunjukkan keterlibatan organisasi diaspora, tetapi laporan baru ini lebih membuat para pelaku sadar bahwa tindakan mereka akan memiliki konsekuensinya.

Chen Chuangchuang berkata, “Orang yang menyerang saya, kami sekarang kira-kira tahu identitasnya. Sebelumnya, kami tidak tahu selama berbulan-bulan, dan mereka menjadi semakin sombong. Ini membuat perbedaan besar. Menyebutkan nama-nama pelaku dan mencatat insiden ini memiliki makna yang sangat penting.”

Wu Shaoping percaya bahwa penindasan lintas negara yang dilakukan oleh PKT ini secara langsung merusak sistem hukum Amerika Serikat, dan ini merupakan insiden diplomatik yang serius serta mendesak. Amerika Serikat harus segera mengambil tindakan untuk menanggapi hal ini.

Wu Shaoping berkata, “Para diplomat ini telah melanggar hukum AS dan Konvensi Wina tentang Hubungan Konsuler. Dalam situasi ini, mereka tidak dilindungi oleh perjanjian konsuler. Oleh karena itu, sangat mendesak bagi pemerintah AS untuk menyadari bahwa ini merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan AS dan mengambil langkah untuk menghentikan tindakan PKT yang merusak kedaulatan AS.”

Menurut dua pejabat yang akrab dengan kasus tersebut, FBI sedang menyelidiki insiden kekerasan selama KTT APEC. (Hui)