Syarat Terbaru dari Israel: Membebaskan Pemimpin Hamas untuk Penukaran Sandera

Secretchina.com

Pada Sabtu (7/9), menurut laporan The Washington Post, perundingan gencatan senjata kembali menemui jalan buntu karena tuntutan baru dari Hamas. Israel kini menawarkan syarat baru, yaitu memastikan pemimpin Hamas Yahya Sinwar dapat meninggalkan Gaza dengan aman sebagai imbalan atas pembebasan sandera dan penyerahan kendali atas Gaza.

Pada Selasa (10/9), mantan komandan militer Israel sekaligus utusan untuk masalah sandera, Gal Hirsch, mengonfirmasi dalam wawancara dengan Bloomberg, “Saya telah siap untuk memberikan jalur aman bagi Sinwar, keluarganya, dan siapa pun yang ingin bergabung dengannya. Kami berharap sandera bisa kembali ke rumah, serta mengupayakan demiliterisasi, de-radikalisasi, dan membangun sistem pemerintahan baru di Gaza.”

Hirsch telah mengajukan tawaran ini sekitar satu setengah hari sebelumnya, tetapi menolak untuk mengungkapkan tanggapan dari pihak Hamas. Dia menegaskan kembali bahwa Israel bersedia membebaskan tahanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan, namun Hamas ingin menguasai jalannya negosiasi, bukan sekadar berunding.


Belum jelas apakah Hamas akan menerima tawaran agar Sinwar meninggalkan Gaza, terutama dengan mempertimbangkan sejarah operasi rahasia Israel di luar negeri.

Sementara itu, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir sedang berupaya keras untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang baru. Namun, ada semakin banyak keraguan dari kedua pihak, Israel dan Hamas, untuk mencapai kesepakatan.

Hamas Ajukan Syarat “Beracun”, 500.000 Orang Israel Gelar Aksi Massa Desak Gencatan Senjata

Perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas kembali menemui jalan buntu, yang menjadi tantangan besar bagi upaya mediasi Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Meskipun Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir terus melakukan mediasi, sikap keras kedua belah pihak di saat-saat krusial—khususnya tuntutan baru yang diajukan oleh Hamas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu—telah menyebabkan kesepakatan yang hampir tercapai kembali tertunda.

Menurut laporan The Washington Post, para negosiator berusaha mempersempit perbedaan dan merinci rincian solusi sementara, namun Hamas tiba-tiba menuntut Israel untuk membebaskan lebih banyak militan Palestina yang dipenjara sebagai syarat pembebasan sandera warga sipil Israel. Tindakan ini digambarkan oleh pejabat AS sebagai “racun” yang diyakini akan menghambat tercapainya kesepakatan. Sebelumnya, Netanyahu bersikeras bahwa tentara Israel harus tetap ditempatkan di Koridor Philadelphai, di sepanjang perbatasan Gaza dan Mesir, yang juga menjadi hambatan dalam negosiasi.

Salah satu tantangan terbesar dalam perundingan ini adalah keselamatan sekitar 100 sandera Israel. Pada akhir Agustus lalu, Hamas mengeksekusi enam sandera, memicu protes besar-besaran di Israel, dengan pemerintah dianggap gagal dalam upaya penyelamatan sandera.


Isu paling mendesak dalam kesepakatan gencatan senjata adalah berapa banyak dari sekitar 100 sandera yang masih hidup. Warga Israel merasa bahwa Netanyahu belum berupaya maksimal untuk mencapai kesepakatan yang akan membawa sandera pulang dengan selamat.

Pada malam Sabtu (7/9), puluhan ribu orang Israel turun ke jalan di Tel Aviv, kota terbesar kedua dan pusat ekonomi negara itu, dalam sebuah aksi besar untuk menuntut pemerintah Netanyahu segera mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. 

Penyelenggara acara, “Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang”, mengklaim bahwa jumlah peserta mencapai 500.000 orang. Di berbagai daerah lain di Israel, ada sekitar 250.000 orang yang juga turun ke jalan dengan tuntutan serupa. Menurut The Times of Israel, jika angka 500.000 tersebut benar, maka ini akan menjadi aksi massa terbesar dalam sejarah Israel.

Rumor Sinwar Menyamar dengan Pakaian Wanita dan Menggendong Anak untuk Menghindari Pembunuhan, Meminta Israel “Tidak Membunuhnya” sebagai Syarat Gencatan Senjata

Pada Juni lalu, The Wall Street Journal mengungkapkan sisi kejam Sinwar, menyebutkan bahwa ia pernah berkata, “Kematian puluhan ribu warga Gaza adalah pengorbanan yang diperlukan”; bahkan setelah anak-anaknya tewas dalam pertempuran, ia mengatakan, “Mereka telah menyumbangkan hidupnya untuk bangsa, dan ini akan membawa kita menuju kemuliaan dan kehormatan.”

Namun, sikap Sinwar berubah 180 derajat setelah ia naik menjadi pemimpin tertinggi. Menurut sumber yang diberitakan oleh CNN, lima hari setelah ia menjabat, Sinwar sudah mencari bantuan dari mediator Mesir dan Qatar untuk mengakhiri perang. 

Seorang pejabat tinggi Mesir mengatakan kepada media Israel Ynet bahwa Sinwar mengajukan tuntutan baru dalam perundingan gencatan senjata, yakni agar Israel menjamin keselamatannya. Jika Israel setuju, maka kesepakatan gencatan senjata untuk membebaskan sandera di Gaza bisa tercapai.

Pada 28 Agustus, menurut laporan China News Service, tentara Israel melewatkan kesempatan untuk menangkap Sinwar di terowongan Gaza sekitar 10 hari sebelumnya. Menurut sumber, Sinwar sempat bersembunyi di sana, bahkan kopinya masih dalam keadaan panas. Setelah itu, Sinwar menyamar dengan mengenakan pakaian wanita dan bergabung dengan kerumunan untuk menghindari pengawasan drone Israel.

Pada Minggu (8/9), akun X bernama “Rong Jian” mengungkapkan bahwa setiap kali Sinwar tampil di depan umum, dia selalu menggendong seorang anak kecil untuk menghindari serangan drone dari Israel atau AS. Jika anak tersebut terbunuh, penyerangnya akan dicap melanggar hak asasi manusia.

Tindakan Sinwar yang menggunakan anak kecil sebagai perisai untuk melindungi dirinya sendiri membuat “Rong Jian” merasa sangat muak, bahkan menyebut Sinwar sebagai pengecut yang tidak tahu malu dan takut mati. (jon)