Kunjungi Timor Leste, Delegasi Beijing Berniat Mengincar Halaman Belakang Australia

Zhou Xiaohui

Baru-baru ini, akun publik “Kementerian Pertahanan Tiongkok” mengabarkan bahwa delegasi kerjasama militer Tiongkok mengunjungi Timor Leste dari 14 hingga 18 Agustus. Selama kunjungan tersebut, mereka bertemu dengan para pemimpin Kementerian Pertahanan dan angkatan bersenjata Timor Leste untuk bertukar pendapat mengenai peningkatan kerjasama pertahanan bilateral, dan lebih lanjut memperkaya substansi kerjasama pertahanan antara Tiongkok dan Timor Leste.

Pada akhir Juli, pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) baru saja mengadakan pertemuan dengan Presiden Timor Leste, Ramos-Horta, yang sedang berkunjung. Setelah pertemuan tersebut, kedua negara mengeluarkan “Pernyataan Bersama tentang Pendalaman Kemitraan Strategis Komprehensif”.

Pada Pasal kesembilan, pernyataan tersebut menyebutkan bahwa “kedua negara sepakat untuk meningkatkan interaksi antara militer dan kepolisian di semua tingkat, memperkuat kerjasama dalam pelatihan personel, teknologi peralatan, latihan bersama, serta keamanan dan penegakan hukum”. Jelas bahwa kunjungan delegasi militer Tiongkok merupakan implementasi dari pernyataan tersebut.

Selain itu, ketika Presiden Timor Leste mengunjungi Tiongkok, Tiongkok juga berjanji untuk meningkatkan investasi di Timor Leste. Tiongkok menggunakan bantuan ekonomi sebagai kedok, sebenarnya untuk melawan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Pernyataan Tiongkok tentang “menentang pembentukan kelompok tertutup dan eksklusif di wilayah ini” jelas ditujukan sebagai respons terhadap kerjasama politik, ekonomi, dan militer antara Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara Barat lainnya di kawasan Indo-Pasifik.

Langkah-langkah tersebut membuat Partai Komunis Tiongkok seperti mengalami kesulitan, sehingga mereka terpaksa terus menggunakan strategi keuntungan untuk memecah belah ASEAN, dengan Timor Leste sebagai salah satu targetnya.

Timor Leste terletak di ujung timur Pulau Timor di kawasan Asia Tenggara. Negara ini pernah menjadi salah satu dari dua koloni Portugal di Timur Jauh (yang lainnya adalah Makau). Pada akhir Agustus 1999, dengan dukungan dari Australia dan wilayah lainnya, Timor Leste memutuskan untuk merdeka melalui referendum. Negara ini secara resmi memproklamirkan kemerdekaannya pada 20 Mei 2002 dan bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada September 2002 sebagai anggota ke-191. Timor Leste adalah salah satu negara yang sangat miskin dan terbelakang di dunia, dengan sebagian besar kebutuhan materialnya bergantung pada bantuan luar negeri.

Wilayah Timor Leste mencakup bagian timur Pulau Timor serta enklave Oecusse di pantai utara barat yang dikelilingi oleh Indonesia dan Pulau Atauro yang terletak di dekatnya. Wilayah barat Timor Leste berbatasan dengan Timor Barat di Indonesia, sementara di sebelah tenggara, Timor Leste berdekatan dengan Australia. Jarak terbang dari Timor Leste ke Darwin, kota pelabuhan utara Australia, dan ke Indonesia hanya sekitar satu jam. Darwin juga memiliki pangkalan militer Australia dan pasukan marinir AS yang melakukan rotasi. Oleh karena itu, posisi geografis Timor Leste sangat strategis.

Inilah alasan mengapa Tiongkok berusaha membangun dan memperdalam kemitraan strategis komprehensif dengan Timor Leste. Hubungan ini berhubungan langsung dengan strategi Tiongkok di Kepulauan Solomon dan negara-negara pulau Pasifik lainnya, serta memungkinkan Tiongkok untuk mengimbangi Australia melalui “halaman belakang” Australia tersebut.

Pada tahun 2006, Tiongkok telah mengirimkan sinyal mengenai infiltrasi ke negara-negara pulau Pasifik melalui pelaksanaan “Forum Kerjasama Pengembangan Ekonomi Tiongkok-Pasifik Island Countries”. Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah menandatangani dokumen kerjasama “Belt and Road Initiative” dengan 10 negara pulau Pasifik, termasuk Fiji. Melalui saluran politik, ekonomi, dan perdagangan di negara-negara seperti Fiji, Tiongkok telah berhasil mempengaruhi dan mendorong negara-negara tersebut untuk bekerja sama sesuai dengan kehendak Tiongkok.

Selain itu, pada April 2022, Tiongkok dan Kepulauan Solomon menandatangani sebuah perjanjian keamanan. Setelah Menteri Luar Negeri Tiongkok melakukan panggilan telepon dengan para pemimpin dari 17 negara di Pasifik Selatan pada Mei dan Juni, kedua belah pihak mencapai kesepakatan mengenai 52 “kerja sama” yang berbeda.

Sejak Perang Dunia II, Amerika Serikat telah memiliki pengaruh yang signifikan di Pasifik Selatan. Beberapa pulau di Pasifik merupakan wilayah Amerika Serikat, sementara negara-negara pulau lainnya adalah sekutu diplomatik Amerika Serikat. Pada tahun 2011, Amerika Serikat mengadopsi kebijakan “berfokus kembali ke Asia”, yang memberi kesempatan bagi Tiongkok untuk mengincar negara-negara pulau di Pasifik. Menanggapi ekspansi Tiongkok yang semakin intens, Amerika Serikat memilih untuk kembali ke negara-negara pulau di Pasifik dan “memperdalam kemitraan kerjasama dengan wilayah tersebut.”

Pada 13 Juli 2022, Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris mengadakan pertemuan secara virtual dengan para pemimpin Forum Negara-Negara Pulau Pasifik dan mengumumkan komitmen baru Amerika Serikat. Komitmen tersebut meliputi pembukaan kedutaan besar di negara-negara pulau Pasifik, yakni Kiribati dan Tonga; pemerintah AS juga bersiap untuk meminta Kongres agar mengalokasikan 60 juta dolar AS setiap tahun selama 10 tahun ke depan untuk mendukung pengembangan ekonomi maritim, jumlah tersebut kira-kira tiga kali lipat dari alokasi saat ini; serta mengembalikan Korps Perdamaian Amerika Serikat ke Fiji, Tonga, Samoa, dan Vanuatu. Langkah-langkah ini disambut baik oleh negara-negara pulau Pasifik seperti Fiji.

Namun, Tiongkok tidak menyerah untuk menginfiltrasi kawasan ini, dan menjalin hubungan dengan Timor Leste adalah salah satu langkahnya. Sejak 2010, Timor Leste telah bergabung dengan inisiatif “Belt and Road” Tiongkok dan menerima banyak pinjaman serta bantuan dari Tiongkok.

Meskipun Timor Leste juga mengembangkan hubungan dengan Amerika Serikat dan Australia, serta menyatakan tidak akan terlibat dalam perseteruan antara Tiongkok dan Amerika Serikat, kenyataannya, Timor Leste mengizinkan delegasi militer Tiongkok untuk mengunjungi negara tersebut dan memperkuat pelatihan personel, teknologi peralatan, serta latihan bersama. Bukankah ini menunjukkan tujuan tersembunyi Tiongkok? Mengundang “serigala” ke dalam rumah, pada akhirnya, dapat merugikan Timor Leste sendiri. (lin/mgln)