oleh Li Yan
Pada Kamis (19/9/2024), Israel melancarkan serangan udara ke Lebanon Selatan, sekaligus mengklaim telah menggagalkan sebuah konspirasi pembunuhan yang didalangi oleh Iran. Dua hari sebelumnya, setelah ledakan pager, perangkat walkie-talkie yang digunakan Hizbullah di Lebanon Selatan juga mengalami ledakan massal.
Setelah dua ledakan terencana yang menargetkan peralatan komunikasi yang digunakan Hizbullah, situasi di Lebanon menjadi kacau, dan penduduk yang ketakutan mulai berhenti menggunakan ponsel.
Mustafa Sibal, yang diwawancarai oleh Reuters di sebuah jalan dekat pusat kota Beirut, mengatakan, “Ini bukan masalah kecil, ini adalah perang. Siapa yang bisa menjamin keamanan ponselnya sekarang? Ketika saya mendengar apa yang terjadi kemarin, saya meninggalkan ponsel saya di atas motor dan pergi.”
Israel belum memberikan komentar langsung terkait ledakan pager dan walkie-talkie. Namun, Israel menyatakan bahwa konflik dengan Hizbullah, seperti perang dengan kelompok militan Palestina, Hamas, adalah bagian dari konfrontasi yang lebih luas dengan Iran di kawasan tersebut. Iran mendukung kedua kelompok ini serta gerakan bersenjata di Suriah, Yaman, dan Irak.
Media nasional Lebanon melaporkan bahwa suara gemuruh terdengar di atas Beirut pada hari Kamis (19/9), yang diyakini sebagai suara pesawat tempur Israel, sebuah fenomena yang menjadi semakin sering dalam beberapa bulan terakhir.
Israel menyatakan bahwa pesawat tempurnya menyerang desa-desa di Lebanon Selatan sepanjang malam. Televisi al-Manar milik Hizbullah melaporkan bahwa serangan udara kembali terjadi setelah tengah hari di dekat perbatasan.
Pembunuhan
Setelah ribuan pager milik anggota Hizbullah di Lebanon meledak secara bersamaan pada Selasa (17/9), walkie-talkie yang digunakan anggota Hizbullah di Lebanon Selatan juga meledak massal pada Rabu (18/9). Kedua insiden ini menyebabkan puluhan orang tewas dan ribuan lainnya terluka, memperburuk ketegangan di Timur Tengah.
Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, melalui akun X-nya (sebelumnya Twitter), menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil sikap tegas terhadap “agresi” dan “perang teknologi” yang dilakukan Israel terhadap negaranya. Ribuan pager yang dibeli Hizbullah untuk menghindari pengawasan ponsel dilaporkan telah dipasang bahan peledak sejak awal pengadaannya.
Israel belum mengomentari secara langsung terkait ledakan pager dan walkie-talkie, tetapi beberapa sumber keamanan mengindikasikan bahwa serangan ini dilakukan oleh badan intelijen Israel, Mossad.
Pada Kamis (19/9), pasukan keamanan Israel mengumumkan bahwa seorang pengusaha Israel ditangkap bulan lalu karena diduga terlibat dalam dua pertemuan di Iran yang membahas rencana pembunuhan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan, atau Direktur Badan Keamanan Israel (Shin Bet).
Pekan lalu, badan keamanan Israel juga mengungkapkan adanya upaya Hizbullah untuk membunuh mantan Menteri Pertahanan Moshe Ya’alon.
Israel dituduh melakukan operasi pembunuhan pada bulan Juli lalu di Teheran yang menewaskan seorang pemimpin Hamas, serta membunuh seorang komandan senior Hizbullah di pinggiran Beirut.
Sejak Hamas melancarkan serangan lintas batas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu, yang memicu perang Gaza, Hizbullah di Lebanon hampir setiap hari terlibat baku tembak dengan tentara Israel untuk mendukung sekutunya, Hamas. Dalam lebih dari 11 bulan kekerasan lintas batas ini, intensitas serangan semakin meningkat.
Ribuan orang terpaksa mengungsi dari kedua sisi perbatasan Israel-Lebanon. Netanyahu pada hari Rabu (18/9) berjanji akan “membawa pulang dengan aman warga Israel yang telah dievakuasi.”
Fokus dialihkan
Militer Israel menyatakan telah melakukan serangan udara terhadap sasaran Hizbullah di Lebanon Selatan pada malam hari, termasuk di Chihine, Tayibe, Blida, Meiss El Jabal, Aitaroun, dan Kfarkela, serta sebuah fasilitas penyimpanan senjata Hizbullah di wilayah Khiam.
Media Israel melaporkan adanya serangan misil antitank di Lebanon, melukai beberapa warga sipil Israel, meskipun belum ada konfirmasi resmi.
Pada Rabu (18/9), Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan bahwa perang telah memasuki fase baru, dengan lebih banyak sumber daya dan unit militer dipindahkan ke perbatasan utara. Menurut pejabat Israel, pasukan yang dikerahkan termasuk Divisi 98, yang merupakan unit elit yang terdiri dari komando dan pasukan parasut, yang sebelumnya bertugas di Gaza.
Meskipun telah terjadi insiden baru-baru ini, juru bicara misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon Selatan menyatakan bahwa situasi perbatasan “tidak mengalami perubahan besar dari segi baku tembak kedua belah pihak.”
“Situasinya memburuk pekan lalu, tetapi pekan ini secara umum sama,” kata juru bicara Andrea Tenenti kepada Reuters. “Baku tembak terus berlanjut, dan itu sangat mengkhawatirkan.” (jhon)