Ledakan Pager Hizbullah, Washington Post Ungkap Rencana “Tombol Merah” Israel

www.aboluowang.com

Pager yang digunakan oleh anggota Hizbullah di Lebanon meledak secara serentak, dan pihak luar mengaitkan hal ini dengan rencana spionase Israel yang telah lama direncanakan, bernama “Tombol Merah.” Perusahaan cangkang yang diduga digunakan sebagai kedok oleh Israel masih belum terungkap, dan hingga kini semakin menimbulkan misteri.

Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, ledakan serentak pager yang terjadi pada 17 September lalu menewaskan setidaknya 12 orang dan melukai lebih dari 2.800 orang, termasuk warga sipil dan anak-anak. 

Gelombang kedua ledakan, yang melibatkan berbagai perangkat elektronik termasuk walkie-talkie, terjadi pada 18 September dan menyebabkan setidaknya 25 orang tewas serta 450 lainnya terluka. 

Meskipun Israel melakukan serangan udara besar-besaran di pinggiran Beirut pada 20 September, mereka tidak melakukan invasi militer skala besar setelah ledakan berantai pada pager.

Melansir laman the Washington Post, seorang mantan pejabat intelijen Israel mengungkapkan bahwa “Tombol Merah” (red button) adalah hasil dari operasi spionase jangka panjang yang menyusup ke dalam komunikasi, logistik, dan proses pengadaan Hizbullah. 

Mossad dan lembaga terkait Israel telah lama memahami secara mendetail kebutuhan Hizbullah, cara mereka menggunakan perusahaan cangkang, dan siapa penghubung yang harus mereka dekati.

Kalangan intelijen menyebut serangan semacam ini biasanya merupakan persiapan untuk tindakan militer skala penuh. Namun, upaya besar Israel dan rencana yang begitu cermat itu tidak diikuti dengan serangan langsung terhadap Hizbullah, membuat pihak luar kebingungan. Para ahli saat ini memperkirakan bahwa Israel mungkin terpaksa bertindak lebih cepat karena khawatir rencana mereka untuk memodifikasi pager menjadi bom mini akan terungkap.

Brigadir jenderal Israel yang sudah pensiun, Assaf Orion, yang sekarang menjadi peneliti di Washington Institute for Near East Policy, secara terang-terangan menyatakan bahwa jika ledakan pager ini hanya dimaksudkan sebagai langkah pencegahan dan bukan sebagai persiapan untuk serangan, maka ini adalah pemborosan sumber daya yang berharga. 

Orion berkomentar, “Kartu ini sudah dimainkan sekarang. Jika tidak ada serangan lanjutan, apakah menggunakan kartu pembuka yang sempurna ini sepadan?” Kini, Hizbullah telah menyadari bahwa Israel mampu menyusup ke rantai pasokan dan bahkan memanipulasi perangkat mereka.

Kasus “Kuda Troya modern” ini, di mana pager berasal dan bagaimana perangkat tersebut dimodifikasi, masih dalam penyelidikan. Pejabat keamanan Amerika Serikat dan Barat menduga bahwa bahan peledak dipasang di Israel karena operasi di luar negeri berisiko terungkap atau terjadi kecelakaan. Namun, hal ini masih memerlukan bukti lebih lanjut.

Perusahaan Taiwan, Gold Apollo, yang terlibat dalam ledakan pager di Lebanon menyatakan setelah kejadian, bahwa mereka memiliki hubungan jangka panjang dengan perusahaan BAC CONSULTING KFT di Hongaria sebagai mitra lisensi dan agen regional. Gold Apollo memberikan lisensi kepada BAC untuk menjual produk dengan merek mereka di wilayah tertentu, tetapi desain dan produksi sepenuhnya dilakukan oleh BAC. Perangkat yang terlibat dalam insiden, model AR924, diproduksi dan dijual oleh BAC.

Washington Post mengutip dokumen pemerintah Taiwan, menyebutkan bahwa terakhir kali Gold Apollo mengirim pager ke Hongaria adalah pada tahun 2022, dengan total hanya 254 unit diekspor sepanjang tahun itu. Sebuah kontrak komersial yang ditemukan oleh penyelidik menunjukkan bahwa setiap pager yang dijual oleh BAC memberi Gold Apollo keuntungan sebesar 15 dolar AS.

Namun, pemerintah Hongaria segera mengklarifikasi setelah kejadian bahwa BAC tidak memiliki fasilitas manufaktur atau operasi di Hongaria, dan perangkat yang terlibat dalam ledakan tersebut tidak pernah masuk ke Hongaria.

Media Hongaria, Telex, mengungkapkan setelah ledakan bahwa CEO BAC, Cristiana Barsony-Arcidiacono, memiliki kontak dengan perusahaan Bulgaria bernama Norta Global Ltd. Meskipun di permukaan BAC yang menandatangani kontrak dengan Gold Apollo Taiwan, sebenarnya Norta Global Ltd yang mengelola bisnis pager ini.

Badan Keamanan Nasional Bulgaria (DANS) pada 19 September merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa tidak ada catatan ekspor barang seperti pager di bea cukai mereka.

Washington Post melaporkan bahwa situs web BAC tidak dapat diakses sejak ledakan pada 17 September. Pejabat keamanan nasional Hongaria menduga bahwa BAC adalah perusahaan cangkang yang digunakan oleh Israel untuk menyembunyikan pengiriman pager kepada Hizbullah. Namun, belum jelas apakah CEO BAC terlibat atau mengetahui rencana Israel tersebut.

Dokumen Bulgaria menyebutkan bahwa pemilik Norta Global adalah seorang pria Norwegia berusia 39 tahun kelahiran India bernama Rinson Jose. Menurut dokumen pembukaan perusahaan yang ditandatangani di Oslo, ia mendirikan Norta Global pada April 2022 dengan fokus pada “manajemen proyek teknis.” Sebelumnya, ia juga mendirikan perusahaan teknologi bernama Nortalink di Norwegia.

Akuntan Norta Global, Dimitar Daskalov, menolak menjawab apakah perusahaannya terlibat dengan Israel, hanya menyatakan bahwa semuanya mengikuti pernyataan dari pihak keamanan nasional.

Washington Post menemukan profil Rinson Jose di situs bisnis Israel, Founders Nation, di mana ia mencantumkan beberapa unit dan lembaga yang pernah atau sedang ia hubungi, termasuk Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sebagai mitra resmi.

Guy Franklin, salah satu pendiri Founders Nation, menyatakan bahwa ia belum pernah mendengar tentang Rinson Jose atau Norta Global.

Rinson Jose belum menanggapi panggilan telepon atau pesan teks dari Washington Post. Seorang teman Jose di Oslo, Bibin Bhaskaran, mengatakan bahwa ia dan kakak Jose tidak dapat menghubungi Jose.

Washington Post menemukan catatan dari pihak AS bahwa Jose tiba di Boston pada 17 September, dan hingga 20 September belum tercatat meninggalkan Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk menghadiri sebuah konferensi teknologi. Namun demikian, penyelenggara konferensi yang disponsori oleh perusahaan perangkat lunak HubSpot mengatakan kepada Washington Post bahwa Jose tidak mengambil kartu peserta dan tidak menghadiri satu pun sesi seminar. Washington Post juga memeriksa 30 hotel mitra yang terdaftar di situs konferensi teknologi tersebut, tetapi tidak menemukan keberadaan Jose. (jhon)