Rusia Serang Kota Penting di Ukraina Timur, Ukraina: 60% Komponen Senjata Rusia Berasal dari Tiongkok

Secretchina.com

Pada Selasa (24/9/2024), pihak berwenang Ukraina melaporkan bahwa Rusia melancarkan serangan malam di wilayah Poltava, Ukraina tengah, merusak infrastruktur energi yang menyebabkan 20 permukiman mengalami pemadaman listrik. 

Pasukan Rusia juga melakukan serangan udara besar-besaran di kota Zaporizhzhia, Ukraina selatan, yang mengakibatkan 1 orang tewas dan 7 orang terluka, termasuk 2 anak di bawah umur. Pada hari yang sama, penasihat presiden Ukraina mengatakan bahwa sekitar 60% komponen asing yang ditemukan di senjata Rusia berasal dari Tiongkok.

Serangan Rusia di Ukraina Tengah Sebabkan Pemadaman Listrik, Serangan Udara di Zaporizhzhia Tewaskan 1 Orang dan Melukai 7 Orang

Menurut laporan dari Reuters, gubernur wilayah Poltava, Filip Pronin, melalui media sosial Telegram menyatakan bahwa puing-puing drone Rusia merusak beberapa rumah, namun tidak ada korban jiwa. 

Sementara itu, layanan darurat berupaya memperbaiki masalah listrik. Pronin juga mengatakan, “Puing-puing tersebut merusak infrastruktur energi di wilayah Poltava, menyebabkan 20 permukiman mengalami pemadaman listrik.” Gubernur wilayah Zaporizhzhia, Ivan Fedorov, melaporkan bahwa kota Zaporizhzhia kemarin diserang, menyebabkan 1 orang tewas dan setidaknya 7 orang terluka, termasuk seorang gadis berusia 13 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 15 tahun. Menurut laporan dari blogger perang Rusia dan media pemerintah, pasukan Rusia telah memulai serangan besar-besaran di kota strategis Vuhledar, di Ukraina timur. Kota ini telah bertahan dari serangan Rusia sejak perang Rusia-Ukraina meletus pada tahun 2022.

Ukraina: 60% Komponen Asing Senjata Rusia Berasal dari Tiongkok

Penasihat presiden Ukraina, Vladyslav Vlasiuk, pada 24 September mengatakan kepada wartawan bahwa sekitar 60% komponen asing yang ditemukan di senjata Rusia di medan perang Ukraina berasal dari Tiongkok. 

Reuters mengutip pernyataan Vlasiuk, “Jika kita menghitung semua jenis senjata umum, sekitar 60% dari komponen asingnya berasal dari Tiongkok. Kami telah melakukan pembicaraan panjang dengan beberapa produsen terkait masalah ini.” “Masalah terbesar adalah Republik Rakyat Tiongkok,” katanya. 

Vlasiuk juga menyebutkan bahwa beberapa komponen penting untuk pengawasan, drone, dan rudal juga berasal dari negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Belanda, Jepang, dan Swiss. 

Meskipun ada hubungan perdagangan yang erat antara Rusia dan Tiongkok, pemerintah Beijing berulang kali membantah telah memasok senjata kepada salah satu pihak dalam perang Rusia-Ukraina dan menyatakan tidak terlibat dalam krisis tersebut. Sejak perang Rusia-Ukraina pecah pada tahun 2022, meskipun mendapat sanksi besar-besaran dari Barat, Moskow masih mampu menggunakan chip mikro dan semikonduktor buatan Barat untuk memperkuat mesin militernya. 

Vlasiuk menambahkan bahwa Uni Eropa bisa mengambil tindakan lebih lanjut untuk menghentikan aliran produk Barat ke Rusia, termasuk tindakan terhadap perusahaan nuklir Rusia, Rosatom. “Kami percaya bahwa perusahaan nuklir Rusia terus menggunakan jaringan mereka untuk memasok militer Rusia,” katanya.

Meskipun hubungan perdagangan antara Rusia dan Tiongkok sangat erat, Beijing terus menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam perang Rusia-Ukraina dan membantah memasok senjata ke salah satu pihak. 

Sejak Rusia meluncurkan operasi militer khusus terhadap Ukraina pada tahun 2022, Tiongkok telah memperkuat hubungan ekonomi dengan Rusia, memberikan dukungan keuangan besar-besaran, dan membantu Rusia menghindari sanksi Barat. Tiongkok juga memasok drone, chip, serta mesin yang diperlukan untuk memproduksi senjata ke Rusia. 

Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Kurt Campbell, pekan lalu mengatakan di Kongres AS bahwa dukungan Tiongkok terhadap industri pertahanan Rusia langsung berasal dari kepemimpinan tertinggi Tiongkok, dan chip yang dipasok oleh Tiongkok secara signifikan meningkatkan kemampuan militer Rusia di medan perang Ukraina.  

Dia menyebutkan bahwa “chip dari Tiongkok, beberapa desain fitur, dan beberapa kemampuan terkait dengan pembuatan bahan peledak” terus meningkatkan kemampuan Rusia di medan perang. “Kami melihat peran drone dan kemampuan lainnya yang menembus wilayah udara Ukraina. Sebagian besar didukung oleh dukungan diam-diam dari Tiongkok, yang menimbulkan kekhawatiran serius,” kata Campbell. 

Menurut laporan Reuters, karena Rusia mendominasi pasokan energi nuklir, pemerintah Eropa enggan mengambil tindakan apa pun. Vlasiuk menyarankan agar Uni Eropa mempertimbangkan sanksi terhadap sistem logistik Rusia, seperti bandara dan pelabuhan, serta lembaga keuangan.

Selain itu, menurut laporan dari Defence Blog, media pertahanan India, bahwa Rusia telah melengkapi tentaranya yang berperang di Ukraina dengan kendaraan lapis baja 4×4 tipe “Tiger” buatan Tiongkok. Ini menandakan bahwa dukungan asing untuk upaya perang Rusia telah mencapai “level baru.” 

Laporan tersebut menyebutkan bahwa banyak gambar di media sosial Rusia menunjukkan kendaraan lapis baja “Tiger” telah dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan medan perang, termasuk perlindungan terhadap drone di kap mesin, kaca depan lapis baja lipat, pelindung samping, serta menara senapan mesin yang diperkuat. (jhon)