Pasukan Rusia Terus Maju di Wilayah Timur Ukraina, Berupaya Kuasai Penuh Donetsk, Trump Kritik Zelenskyy “Menolak Kesepakatan”

Secretchina.com

Saat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melobi Amerika Serikat untuk memberikan lebih banyak bantuan militer dan menyerahkan “rencana kemenangan” kepada Biden, militer Rusia pada Kamis (26/9) kembali merebut kota Ukrainsk di wilayah Donetsk, Ukraina timur. Pada Rabu (25/9) sebelumnya, pasukan Rusia mengklaim telah menguasai dua desa di wilayah Donetsk, Ukraina timur.

Rusia Klaim Kuasai Kota Ukrainsk di Donetsk, Berupaya Kendalikan Seluruh Wilayah

Kementerian Pertahanan Rusia pada 26 September mengumumkan melalui akun resmi Telegram bahwa pasukan Rusia telah merebut Ukrains’k. Pengambilalihan Ukrainsk merupakan salah satu hasil penting dalam beberapa minggu terakhir, dengan populasi lebih dari 10.000 orang. Dalam proses kemajuannya, pasukan Rusia mengklaim telah menguasai serangkaian desa dan pemukiman.

Pihak berwenang Moskow sebelumnya telah mengumumkan aneksasi wilayah Donetsk. Ukrainsk terletak sekitar 30 kilometer di sebelah barat kota Donetsk, ibu kota wilayah tersebut. Pasukan Rusia sedang berusaha menguasai seluruh wilayah Donetsk dan menuntut agar pasukan Ukraina menarik diri dari wilayah tersebut serta dari wilayah Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia sebagai prasyarat untuk memulai negosiasi damai.

Pada Rabu (25/9) sebelumnya, militer Rusia mengklaim telah menguasai dua desa lagi di wilayah Donetsk, Ukraina timur. Berdasarkan laporan dari Reuters, AFP, dan beberapa media internasional, pasukan Rusia mengklaim kendali atas beberapa lokasi di Ukraina timur tahun ini, meskipun Ukraina telah melancarkan serangan ke wilayah Rusia. 

Pasukan Rusia tetap melanjutkan kemajuannya. Unit intelijen pertahanan Inggris pada 25 September menyatakan, “Pasukan Rusia saat ini sangat mungkin mengancam kota Vuhledar dari tiga arah.”

Zelenskyy: Putin Berencana Menyerang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Ukraina

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada 25 September menghadiri Sidang Umum PBB dan menyampaikan pidato, menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin merencanakan serangan terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina dan memperingatkan bahwa ini akan membawa dampak bencana.

Menurut laporan AFP, Zelenskyy mengatakan di Sidang Umum PBB, “Baru-baru ini, saya menerima laporan yang mengkhawatirkan dari unit intelijen kami. Sekarang Putin tampaknya sedang merencanakan serangan terhadap pembangkit listrik nuklir dan infrastruktur kami, dengan tujuan memutus sambungan pembangkit tersebut dari jaringan listrik.” Zelensky juga menyebut bahwa Rusia menggunakan satelit untuk mengumpulkan gambar dan informasi rinci mengenai infrastruktur nuklir Ukraina.

Zelensky menekankan, “Setiap kecelakaan besar pada sistem energi bisa menyebabkan bencana nuklir, dan hari itu tidak boleh terjadi. Pemerintah Moskow harus menyadari hal ini, dan sebagian dari tanggung jawab ini ada pada kalian sebagai agresor.”

Zelensky juga mempertanyakan motif Tiongkok dan Brasil dalam mendorong negosiasi dengan Rusia, mengatakan bahwa Ukraina tidak akan pernah menerima kesepakatan yang dipaksakan dari luar. 

Pada 22 September, Zelenskyy tiba di Pennsylvania, AS, untuk kunjungan penting di mana dia akan menyampaikan visinya tentang bagaimana Kyiv akan mengakhiri perang dengan Rusia, yang disebut sebagai “rencana kemenangan.” Mengapa rencana ini diajukan sekarang? Jawabannya sederhana: masa jabatan Presiden AS Joe Biden akan segera berakhir pada akhir tahun ini.

Rencana kemenangan Zelenskyy terbagi menjadi tiga tahap berdasarkan bulan, yaitu Oktober, November, dan Desember, dengan tujuan mengakhiri perang melalui cara diplomatik. Zelenskyy di Bandara Kyiv menyerukan kepada Biden, bahwa ini adalah kesempatan bersejarah yang dapat menegaskan posisi Biden dalam sejarah. “Rencana kemenangan” juga akan diajukan kepada Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump.

Trump Kritik Zelensky “Menolak Kesepakatan”

Mantan Presiden Amerika Serikat dan kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump, pada 24 September menyatakan bahwa jika dia terpilih menjadi presiden, dia akan segera mengakhiri perang Rusia-Ukraina dan menyerukan agar Amerika Serikat menghentikan bantuan militer kepada Ukraina. Kampanye Trump juga mengonfirmasi bahwa Trump tidak akan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy minggu ini.

Trump mengkritik Zelenskyy “menolak kesepakatan”: “Semuanya sudah hancur! Ukraina telah menjadi puing-puing, siapa yang membiarkan ini terjadi?”katanya

Pada 25 September, Trump mengkritik Zelenskyy karena “menolak mencapai kesepakatan.” Dalam pidato kampanyenya di Mint Hill, Carolina Utara, Trump mengatakan, “Kota-kota itu hilang, sudah tidak ada lagi, dan kita terus memberikan miliaran dolar kepada Zelensky, yang menolak mencapai kesepakatan.”

Trump menyatakan, “Kesepakatan yang bisa dicapai sebelumnya akan lebih baik daripada apa yang kita hadapi sekarang. Anda sedang menghadapi negara yang telah dihapuskan, tidak mungkin membangunnya kembali.” Trump minggu ini untuk ketiga kalinya menegaskan, “Setiap kali dia (Zelenskyy) datang ke negara ini, dia dengan mudah mendapatkan 60 miliar dolar.”

Trump mengatakan, “Mereka terjebak dalam kebuntuan. Sangat menyedihkan, mereka hanya tidak tahu harus berbuat apa, karena Ukraina sudah tidak ada lagi. Ukraina bukan lagi Ukraina. Anda tidak bisa menggantikan kota dan desa itu, Anda tidak bisa menggantikan orang-orang yang telah meninggal, begitu banyak yang mati.”

Trump menegaskan bahwa Ukraina seharusnya mencapai kesepakatan di awal konflik, menyerahkan sebagian wilayah kepada Rusia, yang akan menghindarkan kehancuran lebih lanjut. 

Trump juga percaya bahwa Biden seharusnya bisa merencanakan kesepakatan antara Rusia dan Ukraina untuk menghindari pertumpahan darah, dan bahkan berpendapat bahwa “kesepakatan buruk,” dengan Ukraina “menyerahkan sedikit wilayah,” akan lebih baik daripada perang. Trump mengklaim bahwa kesepakatan bisa dicapai tanpa korban jiwa atau bangunan runtuh, “Jika kita memiliki seorang presiden yang kompeten, kesepakatan bisa dicapai.”

Trump menambahkan, mengingat kehancuran yang telah terjadi akibat perang yang dimulai Rusia di Ukraina, tidak ada lagi peluang untuk mencapai kesepakatan. “Kesepakatan apa lagi yang bisa kita capai ? Semuanya sudah hancur, orang-orang sudah mati, negara ini telah menjadi puing-puing, siapa yang membiarkan ini terjadi?”pungkasnya. (jhon)