Perkembangan Media Sosial Sangat Berdampak Bagi Masyarakat

Forum Elite

Media berita, yang memperoleh predikat “Hak kuasa keempat” (Fourth Estate), kini menghadapi perang habis-habisan secara global. Kita sadari bahwa pengaruh media tradisional sedang berangsur-angsur menurun, dan digantikan oleh berbagai media baru yang memanfaatkan sepenuhnya sarana teknologi terkini. Di antaranya media sosial adalah yang paling menarik perhatian karena revolusi media sosial telah membawa perpecahan dalam masyarakat. Saat ini manusia sedang menghadapi sebuah tantangan segunung.

Pesatnya kebangkitan media baru menurunkan peran pentingnya media tradisional

Guo Jun, pemimpin redaksi The Epoch Times, menyatakan dalam program “Forum Elite” NTDTV bahwa media berita adalah kekuatan keempat dalam masyarakat modern setelah ketiga kekuatan tersebut terpisah dalam struktur politik. Selama dekade terakhir, peran media berita tradisional telah menurun dengan sangat cepat. Surat kabar dan majalah adalah media yang terkena dampak pada gelombang pertama, kemudian stasiun TV terkena dampak pada gelombang kedua, dan WEB1.0, yang disebut portal berita, terkena dampak pada gelombang ketiga.

Dalam hal surat kabar di Amerika Serikat (AS), pendapatan iklan langsung dari surat kabar dalam 10 tahun terakhir telah mengalami penurunan sekitar 90%, sehingga banyak penerbit surat kabar yang gulung tikar, dan situasi serupa juga dialami di berbagai negara di dunia, termasuk di daratan Tiongkok.

Ketika di Hong Kong, saya bertemu dengan seorang teman yang bekerja di sebuah stasiun TV di Tiongkok, stasiun TV mereka cukup populer di sana, bahkan menduduki top 3 di Tiongkok. Namun pendapatan iklan mereka turun drastis selama 5 tahun ini, dan tidak sebanding lagi dengan pendapatan sebelumnya.

Oleh karena itu, apa yang kita hadapi saat ini adalah revolusi besar dalam industri media dan perombakan besar-besaran di seluruh industri. Setiap tahun di AS, selalu diumumkan daftar peringkat pendapatan pekerjaan magang lulusan perguruan tinggi dari berbagai jurusan keilmuan. Di masa lalu, pendapatan terendah selalu diraih oleh bidang psikologi dan ilmu politik. Namun, data tahun lalu menunjukkan bahwa lulusan jurnalisme dan media memiliki pendapatan paling rendah. Hal ini menonjolkan suatu dilema yang dihadapi oleh media tradisional saat ini.

Namun industri media belumlah musnah. Saya ingin mendefinisikan ulang tentang apa itu media. Media artinya medium, suatu platform yang menyampaikan informasi dan pesan. Dahulu, masyarakat mengandalkan media massa untuk memperoleh informasi, kemudian berubah menjadi media khusus (niche media), dan kini menjadi media sosial.

Media sosial, termasuk Facebook (Meta), Twitter (platform X), YouTube, Instagram, Linkedln, WhatsApp, Line, Telegram, WeChat, TikTok, dan lain-lain., telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, yang kesemuanya merupakan media baru dalam penyampaian berita dan informasi, yang kita kenal dengan sebutan media sosial. Dampak yang ditimbulkannya memiliki dua karakteristik utama:

Pertama, dampaknya sangat luas dan mencakup negara, ras, dan bahasa. Yang kedua adalah penyebarannya sangat cepat. Tidak heran bila Tiongkok tiba-tiba mengatakan bahwa di negaranya terdapat lebih dari 2.000 stasiun TV, 700 di antaranya telah ditutup, dan lebih dari 1.300 lainnya bisa bangkrut kapan saja. Fenomena seperti ini juga terjadi di berbagai negara. Di AS, ada sejumlah besar stasiun TV kecil yang tutup dalam beberapa tahun terakhir.

Guo Jun mengatakan bahwa proses mendefinisikan ulang dan merombak industri media secara global telah menimbulkan banyak permasalahan, dan perpecahan sosial merupakan masalah terbesarnya yang dihadapi. Setiap negara di dunia akan menghadapi masalah serupa, yaitu terpecahnya nilai-nilai dan ideologi, selain semakin meningkatkan konflik sosial, yang merupakan pula perpecahan besar dalam masyarakat.

Padahal di industri media tradisional, ada peraturan dan regulasinya sendiri yang membatasi, dan para praktisinya memiliki standar moral dan etika profesionalnya sendiri, yang merupakan kurikulum wajib di perguruan tinggi. Namun di media sosial sekarang, sebagian besar penulis yang menulis tidak memiliki pelatihan tersebut, dan mereka juga tidak memiliki kode etik yang harus ditegakkan. Jadi apa yang kami lihat adalah sebuah situasi yang sangat membingungkan.

Terlalu banyak diskriminasi rasial, diskriminasi budaya, diskriminasi terhadap agama dan kepercayaan, segala macam ujaran kebencian di media sosial, serta rumor jahat dan kebohongan untuk berbagai tujuan, penyesatan emosi yang jahat, dan lain-lain. Pada dasarnya, segala sesuatu yang Anda lihat dan dengar di jalan dapat ditemukan di media sosial.

Jadi kita melihat bahwa konflik antara media sosial dengan masyarakat modern menjadi semakin besar. Ambil contoh isi surat tulisan Mark Zuckerberg, pendiri Meta yang ditujukan kepada Kongres AS baru-baru ini, ia mengungkapkan bahwa pemerintah AS telah memberikan tekanan untuk mengontrol ucapan semua orang selama epidemi dan pemilu lalu. Suratnya menimbulkan kegemparan karena Zuckerberg mengatakan bahwa di kemudian hari dirinya tidak mau lagi mendengarkan ucapan pemerintah dan akan menolaknya.

Tekanan sangat besar yang sama juga dialami oleh Elon Musk, pemilik platform X. Sampai-sampai Pengadilan Brasil langsung melarang penggunaan platform X dengan menyebutkan bahwa siapa pun yang menggunakan platform X akan didenda hingga ribuan dolar. Sesungguhnya, pendekatan ini pada dasarnya sudah tidak jauh berbeda dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang mengekang kebebasan. Namun lain lagi yang terjadi di Argentina, yang sama-sama di Amerika Selatan, yang presidennya menyukai Elon Musk, bahkan menyiarkan percakapan langsung keduanya di platform X.

Baru-baru ini, pendiri Telegram ditangkap di Prancis, pasalnya, ia menolak menyerahkan informasi klien, juga menolak memblokir akun yang dianggap tidak pantas oleh Prancis.

Selain itu, para elite AS telah mendiskusikan dampak TikTok terhadap masyarakat, terutama terhadap generasi muda Amerika Serikat. Karena pengaruh yang berdampak langsung terhadap sistem dan struktur politik ini, bahkan dapat ikut menentukan hasil pemilu AS.

Guo Jun menyatakan, tentu saja tindakan yang paling ekstrem masih dilakukan oleh PKT, yang tidak hanya mengontrol dan memblokir pembicaraan di media sosial, tetapi juga mengontrol langsung platform tersebut. Pemerintah komunis Tiongkok bahkan mempunyai hak istimewa untuk masuk ke dalam “dapur” platform, untuk langsung melakukan penghapusan komentar atau memblokir akun yang bersangkutan. Yang lebih serius adalah mereka dapat menangkap orang berdasarkan informasi akun mereka. Semua platform media sosial yang tidak dapat mereka kendalikan akan diblokir oleh pemerintah komunis Tiongkok. Dengan kata lain, PKT dapat menggunakan media sosial untuk menciptakan masalah di negara lain.

Namun di dalam negeri, ia sepenuhnya dimanfaatkan untuk menghilangkan efek “negatif” yang timbul dari media sosial. Tentu saja ini adalah rencana mereka sendiri. Selama Internet eksis dan teknologi baru, termasuk AI terus berkembang, niche media semacam ini, bahkan media mikro, dipastikan akan terus berkembang.

Saya berpendapat bahwa masyarakat manusia kelak akan menemukan titik equilibrium untuk menyeimbangkan kontradiksi antara privasi pribadi dan hak untuk mengetahui, demi menyeimbangkan kontradiksi antara tanggung jawab sosial dan kebebasan berbicara. Namun sepertinya hal ini memerlukan waktu yang tidak pendek. Beberapa orang bahkan percaya bahwa dampak negatif yang timbul terhadap masyarakat manusia jika media sosial sekarang menggunakan algoritma AI dapat mendekonstruksi beberapa fondasi peradaban Barat modern, termasuk fondasi moralitas dan keyakinan, serta menyebabkan situasi kekacauan yang sangat besar.

Alasan di balik pengontrolan algoritma TikTok atas keinginan dan kesukaan orang

Produser TV independen Li Jun menyatakan bahwa PKT selalu menaruh perhatian besar dalam mempelajari cara untuk mencuci otak masyarakat. Setelah tahun 2000, dengan maraknya Internet, PKT di satu sisi menghabiskan dana raksasa untuk membangun firewall dan menyaring informasi; di sisi lain, PKT juga menginvestasikan sejumlah besar dana, tenaga kerja, dan sumber daya material dengan kekuatan seluruh negeri, termasuk membentuk departemen khusus, yaitu “Administrasi Dunia Maya Tiongkok” yang bertugas untuk memantau pembicaraan.

Begitu pula Departemen Propaganda Pusat dan Kementerian Keamanan, mereka juga dilibatkan. Mereka menganggap Internet sebagai suatu medan perang dan membentuk pasukan khusus untuk mencuci otak masyarakat. Setelah saya datang ke AS, saya menemukan bahwa media sosial RRT, termasuk WeChat, Weibo, dan lain-lain., lebih maju dalam teknologi dan fungsionalitas dibandingkan dengan masyarakat Barat.

Seorang gadis dengan ponselnya di Manhattan, New York, pada 27 Februari 2017. (Samira Bouaou/The Epoch Times)

Li Jun mengatakan bahwa PKT telah menciptakan serangkaian sarana teknologi tinggi untuk mencuci otak masyarakat dan mengendalikan mereka secara lebih terselubung. Oleh karena itu, PKT bersifat lebih “profesional” dalam hal mencuci otak dan mengendalikan orang, termasuk TikTok, yang dimiliki oleh perusahaan Tiongkok ByteDance. Yang disebut “Algoritma” dalam pengertian PKT adalah suatu metode penggunaan teknologi tinggi yang dirancang untuk mengendalikan pikiran orang.

Algoritma TikTok didasarkan pada rekomendasi berlapis dan analisis multi-sudut untuk menggali keinginan Anda agar dapat memuaskan Anda. Misalnya, jika ternyata Anda menyukai game tertentu, ia akan berulang kali merekomendasikan game tersebut atau game terkait. Ini adalah rekomendasi tingkat pertama. 

Untuk rekomendasi kedua, TikTok melalui penelitian dan analisis untuk mencoba menemukan kemungkinan orang lain yang juga menyukai game ini, atau ada kesamaan hobi lainnya, seperti mendengarkan jenis musik tertentu, maka ini akan masuk dalam rekomendasi tingkat kedua. 

Rekomendasi tingkat ketiga adalah jika Anda tidak menyukai musiknya, maka ia akan merekomendasikan hobi lain dari orang yang menyukai game tersebut. Jika Anda menyukai rekomendasi tingkat ketiga ini, maka hobi kedua Anda telah ditemukan. Dengan analogi ini berarti bahwa semakin banyak ia menemukan hobi Anda, maka semakin kuat pula ia mengendalikan Anda. Ketika ternyata Anda bosan dengan hobi tertentu, maka ia akan segera beralih ke hobi lain untuk mengendalikan agar Anda tidak meninggalkannya. 

Untuk beberapa pencarian, seperti informasi yang berkaitan dengan kekerasan, pornografi, atau horor, meskipun banyak platform besar mengetahui bahwa Anda memiliki hobi seperti itu, mereka tidak akan terlalu merekomendasikannya kepada Anda. Namun tidak demikian halnya dengan TikTok. Ia akan menangkap hobi Anda dan terus-menerus merekomendasikan video kepada Anda, membuat Anda tidak bisa melepaskan diri, dengan demikian ia akan lebih mudah lagi mengendalikan Anda.

Li Jun menyatakan bahwa dalam artian tertentu, algoritma TikTok seperti suatu robot cerdas AI. Ia mengenal diri Anda lebih baik daripada Anda mengenal diri Anda sendiri, dan ia dengan jelas mengetahui keinginan dan preferensi Anda, sehingga Anda lebih mudah untuk dikendalikan. Dalam situasi seperti ini, sangat mudah bagi TikTok untuk melakukan banyak hal.

Misalnya, jika mereka ingin ikut campur dalam pemilu AS dan tidak ingin Anda memilih Trump, maka ia dapat melakukan kritikan tentang Trump dengan cara yang sangat Anda sukai, dan tentu saja Anda akan menerimanya dengan sepenuh hati. Itulah sebabnya mengapa badan keamanan AS adalah pihak yang paling keras menuntut pelarangan penggunaan TikTok, karena mereka mengetahui cerita di dalamnya dengan sangat baik.

Perkembangan media sosial telah membawa dampak yang sangat besar bagi umat manusia

Qin Peng, seorang komentator politik dan ekonomi menyatakan bahwa karena kekhawatiran terhadap keamanan data dan keamanan nasional, maka TikTok mungkin menghadapi desakan dari pemerintah AS untuk dijual. Karena itu pemerintah komunis Tiongkok lalu buru-buru mengeluarkan undang-undang yang menyatakan bahwa algoritma tersebut tidak dapat dijual, karena mereka takut rahasianya akan bocor.

Qin Peng mengatakan bahwa suatu ciri khas di era media sosial ini adalah selama Anda online, semua informasi pribadi Anda, termasuk buku alamat, suara, riwayat pencarian, riwayat penelusuran situs web lain, dan lain-lain., sangat mungkin tersebar ke berbagai platform yang berbeda. Jadi informasi tentang diri Anda menjadi transparan di hadapan banyak perusahaan teknologi besar di Internet. Oleh karena itu, ketika Anda melakukan operasi tertentu, platform akan memanfaatkan ini untuk memperkuat kegemaran Anda.

Ambil contoh TikTok, jika ia ingin mengendalikan pikiran Anda, atau jika ia ingin Anda memperluas lalu lintas jaringan, maka ia akan berusaha untuk menemukan cara agar Anda dapat melihat dan merasakan lebih banyak informasi tertentu yang Anda inginkan itu. Jadi sebenarnya, apa yang Anda lihat, Anda pikir adalah dunia objektif, namun bisa jadi apa yang Anda lihat itu adalah sebuah “lapisan kegemaran bersama” atau suatu dunia virtual yang sudah disempurnakan, jadi itu bukan suatu dunia nyata dan sempurna. Inilah ciri khas lain yang sangat gamblang dari era media sosial.

Setelah maraknya situs jejaring sosial, oleh karena algoritma yang dipersonalisasi, sehingga sebagian besar orang di ekosistem online, hanya terpapar pada informasi yang mirip dengan ide pemikiran mereka sendiri, dan telah mengabaikan konsepsi yang berbeda dari diri mereka, itulah “Stratosfer” atau “lapisan kegemaran bersama”.

Qin Peng menyatakan bahwa fungsi orisinil dari berbagai platform adalah untuk memungkinkan lebih banyak informasi berbeda mengalir dengan bebas di jejaring Internet. Tapi faktanya, banyak perusahaan teknologi besar tidak menginginkan kebebasan arus informasi. Mereka bersedia berkolusi dengan pemerintah yang sangat kuat (otoriter) agar Anda hanya melihat apa yang ingin diperlihatkan oleh pemerintah.

Guo Jun menyatakan bahwa ada pepatah semacam dalam agama Buddha yang berbunyi “pengamat adalah apa yang diamati”. Artinya ada korelasi antara siapa Anda dan apa yang Anda lihat. Saat Anda dalam suasana senang, Anda melihat bunga musim semi di malam yang diterangi cahaya rembulan. Saat Anda sedih, Anda melihat bunga-bunga berguguran. Tentara melihat senjata dan konflik, sedangkan pengusaha semestinya melihat untung dan rugi. Orang baik melihat keindahan, sedangkan orang yang tidak bermoral melihat intrik dan penipuan. Karena lingkungan mempunyai dampak yang besar terhadap manusia, jadi kebanyakan dari kita telah dibentuk oleh lingkungan ini. Oleh sebab itu, pepatah “pengamat adalah apa yang diamati” juga dapat dipandang dari sudut kebalikannya, yaitu Anda adalah orang seperti apa dan memiliki nilai serta moral seperti apa, itu juga ditentukan oleh informasi yang Anda terima. Jadi dari sudut pandang ini, dapat dikatakan bahwa perkembangan media sosial akan membawa dampak yang sangat besar bagi umat manusia. Dan diperkirakan dalam 10 tahun ke depan kita semua akan melihat konsekuensinya.  (sin/whs)