Iran Serukan Rapat Darurat Dewan Keamanan PBB atas Kematian Pemimpin Hizbullah

Junyi Wang

Setelah Israel membunuh pemimpin kelompok teroris Hizbullah, Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, pada Sabtu (28/9/2024) meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan darurat terkait tindakan Israel di Lebanon dan wilayah sekitarnya.

Iravani dalam suratnya kepada 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB menulis, “Republik Islam Iran memperingatkan keras bahwa setiap serangan terhadap kantor diplomatik dan perwakilan mereka merupakan pelanggaran prinsip dasar kekebalan diplomatik. Iran menegaskan bahwa tidak akan mentolerir agresi semacam itu terjadi lagi.”

Iravani menambahkan, “Iran tidak akan ragu menggunakan hak-hak yang diberikan oleh hukum internasional untuk mengambil segala tindakan demi melindungi kepentingan keamanan nasionalnya yang vital.”

Militer Israel pada Sabtu menyatakan bahwa mereka telah membunuh pemimpin Hizbullah yang didukung Iran, Sayyed Hassan Nasrallah, dalam serangan udara di Beirut pada hari sebelumnya. Hizbullah juga mengonfirmasi kematian Nasrallah, menyebutkan bahwa pemimpin lama mereka “telah bergabung dengan para martirnya.” Di bawah dukungan Iran, Nasrallah memimpin organisasi teroris ini selama lebih dari tiga dekade dan menjadi salah satu tokoh yang paling berpengaruh di kawasan tersebut.

 Pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei, dalam pernyataan yang disiarkan di televisi nasional Iran, bersumpah akan membalas kematian Nasrallah dan mengumumkan bahwa Iran akan mengadakan masa berkabung selama lima hari.

Menurut laporan Reuters yang mengutip dua pejabat Iran, Khamenei telah dipindahkan ke lokasi aman di Iran karena kekhawatiran menjadi target serangan Israel, dan langkah-langkah keamanan telah diperketat.

Kematian Nasrallah menandai eskalasi besar dalam konflik antara Israel dan Iran, meningkatkan kekhawatiran bahwa hal ini bisa berkembang menjadi perang regional. Namun, belum ada tanda-tanda bahwa Iran akan segera membalas atau meningkatkan konflik langsung dengan Israel.

Sementara The Washington Post melaporkan bahwa serangan udara Israel telah memberikan pukulan telak kepada Hizbullah, tetapi sekutu mereka, Iran, tidak terburu-buru untuk campur tangan, melainkan lebih memilih mencari dialog dengan Barat.

Pada Selasa (24/9), Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, dalam pidatonya di Sidang Umum PBB untuk pertama kalinya, mengecam Israel atas apa yang ia sebut sebagai “kekejaman,” “kolonialisme,” dan “kejahatan terhadap kemanusiaan” di Gaza. Namun, ia juga menekankan bahwa Iran menginginkan perdamaian dan menentang perang, serta tidak berniat berkonflik dengan negara mana pun, sambil mendorong penyelesaian konflik melalui dialog.

Pada 7 Oktober tahun lalu, kelompok militan Palestina yang didukung Iran, Hamas, melancarkan serangan teroris terhadap Israel, yang memicu perang Gaza. Sehari setelahnya, Hizbullah mulai meluncurkan roket ke Israel sebagai dukungan terhadap Hamas.

Pada pekan ini, Israel melancarkan serangan udara paling dahsyat terhadap Hizbullah sejak dimulainya perang, menargetkan ratusan sasaran di Lebanon. Dalam konferensi pers pada Sabtu, juru bicara militer Israel mengatakan bahwa sebagian besar pemimpin senior Hizbullah telah “dihabisi” dalam serangan tersebut. (jhon)