Wang Jun – Secretchina.com
Israel pada Jum’at (27/9/2024) berhasil menghabisi pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan seorang jenderal terkenal dari Pasukan Garda Revolusi Iran, Abbas Nilforushan, melalui serangan udara “pemusnahan presisi.” Karena tubuh Nasrallah sulit diidentifikasi setelah lokasi persembunyiannya dihancurkan Israel dengan puluhan bom seberat 2000 pon yang dikenal sebagai “bunker buster” , sehingga kepastian kematian Nasrallah baru dapat dipastikan hampir sehari pasca serangan.
Menurut laporan media asing, Nasrallah terkenal dengan pidato-pidatonya yang sangat berpengaruh dan tekadnya untuk melawan Israel. Hal ini membuatnya menjadi target utama yang harus dilenyapkan Israel.
Pada 27 September, Israel mendapatkan informasi intelijen bahwa Nasrallah akan meninggalkan komunitas Dahiya, pinggiran selatan Beirut yang menjadi tempat persembunyiannya. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, segera mengeluarkan perintah untuk membunuh Nasrallah agar tidak ada kesempatan untuk kabur.
Militer Israel mengerahkan beberapa pesawat tempur dan dalam hitungan menit menjatuhkan lebih dari 80 bom, termasuk puluhan “bunker buster” seberat 2000 pon. Bom ini awalnya dirancang untuk menghancurkan bunker, sehingga ledakannya di area permukiman menimbulkan dampak yang luar biasa.
Gambar pasca-pemboman menunjukkan apartemen yang menjadi sasaran bukan hanya rata dengan tanah, tetapi berubah menjadi lubang besar. Bangunan tersebut hancur total, dan karena kekuatan ledakan yang sangat besar, butuh waktu hampir sehari untuk mengidentifikasi tubuh Nasrallah.
Komandan pangkalan udara Hatzerim Israel, Brigjen Amichai Levin, mengatakan kepada jurnalis bahwa puluhan bom menghantam target dalam hitungan detik. Serangan ini sangat kompleks dan telah dirancang dengan matang.
Pada 28 September, Hizbullah mengonfirmasi bahwa Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel yang terjadi pada hari Jumat, yang merupakan puncak dari serangkaian serangan Israel. Israel telah berhasil membunuh setengah dari anggota Dewan Kepemimpinan Hizbullah dan menghancurkan komando militer tertinggi kelompok tersebut.
Menurut Magnus Ranstorp, seorang ahli Hizbullah dari Universitas Pertahanan Swedia, ini merupakan pukulan besar bagi Hizbullah dan menunjukkan kegagalan intelijen mereka. Israel mengetahui bahwa Nasrallah sedang mengadakan pertemuan dengan komandan lain, sehingga mereka melancarkan serangan yang menargetkan Nasrallah.
Militer Israel menyatakan bahwa, termasuk Nasrallah, mereka telah berhasil membunuh 8 dari 9 komandan militer senior Hizbullah sepanjang tahun ini. Sebagian besar pembunuhan ini terjadi dalam kurun waktu seminggu terakhir. Para komandan tersebut memimpin unit roket dan pasukan elit milisi Hizbullah al-Radwan, yang merupakan kekuatan inti Hizbullah.
Pada hari Sabtu, Juru Bicara Militer Israel, Letkol Nadav Shoshani, mengatakan kepada wartawan bahwa militer Israel mengetahui “secara real-time” Nasrallah dan pemimpin lainnya sedang mengadakan pertemuan. Shoshani tidak mengungkapkan sumber atau jalur intelijen tersebut, tetapi menekankan bahwa pertemuan tersebut direncanakan untuk melancarkan serangan terhadap Israel.
Kehebatan Intelijen Israel
Beberapa hari dan jam sebelum Nasrallah dibunuh, Reuters mewawancarai beberapa sumber dari Israel, Lebanon, Iran, dan Suriah yang memberikan informasi rinci tentang bagaimana Israel berhasil menghancurkan Hizbullah. Informasi ini termasuk jalur pasokan dan struktur komando Hizbullah yang hancur. Karena kepekaan situasi, semua narasumber meminta untuk tetap anonim.
Seorang narasumber yang akrab dengan strategi Israel mengatakan kepada Reuters, bahwa kurang dari 24 jam sebelum serangan, Israel telah menghabiskan 20 tahun fokus pada intelijen mengenai Hizbullah, dengan tujuan menyerang Nasrallah dan markas Hizbullah jika diperlukan.
Sumber tersebut menyebut kehebatan intelijen Israel, meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Dua pejabat Israel juga mengatakan kepada Reuters bahwa Netanyahu dan lingkaran terdekatnya telah menyetujui serangan ini pada hari Rabu, sebelum Netanyahu memberikan pidato di Sidang Umum PBB di New York.
Sejak perang terakhir pada tahun 2006, Nasrallah jarang muncul di hadapan publik. Menurut seorang sumber yang mengetahui pengaturan keamanan Nasrallah, dia selalu waspada, jarang bertemu orang, dan membatasi pergerakannya. Sumber tersebut juga menambahkan bahwa keberhasilan pembunuhan ini menunjukkan bahwa Hizbullah telah disusupi oleh mata-mata Israel.
Seorang sumber keamanan yang mengetahui strategi Hizbullah mengatakan kepada Reuters bahwa Nasrallah menjadi lebih berhati-hati sejak ledakan pada 17 September. Dia khawatir Israel akan membunuhnya, sehingga dia tidak menghadiri pemakaman komandan yang tewas dalam ledakan tersebut dan hanya merekam pidato radio beberapa hari sebelum pembunuhannya. (jhon)