Pada Hari Nasional Republik Rakyat Tiongkok (RRT), 1 Oktober 2024, Kepala Polisi Kota Shaoyang, Provinsi Hunan, ditembak oleh bawahannya. Kondisinya masih belum diketahui. Seorang sumber yang mengetahui insiden tersebut mengungkapkan beberapa detail terkait kejadian ini
oleh Tang Rui dan Luo Ya – kontributor NTD
Pada 1 Oktober 2024 pagi, ketika kepala kantor polisi Shaoyang sedang melaksanakan upacara pengibaran bendera, tiba-tiba terdengar suara tembakan. Kepala Polisi Li Changyue terluka dan segera dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Hingga saat ini, belum jelas apakah dia selamat atau tidak.
Pelaku penembakan adalah Wakil Komandan Tim Kedua Polisi Khusus Shaoyang, Duan Peng, yang kemudian bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri. Seorang sumber, Yin Ke, mengungkapkan detail insiden tersebut kepada NTD.
“Saat bendera dinaikkan setengah jalan, Duan Peng maju dan menembakkan dua tembakan. Tembakan pertama mengenai sasaran, namun pada tembakan kedua, para polisi yang ada di lokasi mulai bereaksi dan berusaha menghentikannya, sehingga peluru meleset. Pada tembakan ketiga, pelaku berhasil dikendalikan. Dilaporkan ada satu orang tewas dan satu terluka,” Yin Ke, kata seorang media independen anti-Komunis di Australia.
Menurut data publik, Li Changyue yang berusia 52 tahun sebelumnya bekerja di sistem kepolisian Chenzhou. Pada 2021, dia dipindahkan ke Kota Shaoyang dan saat ini menjabat sebagai Wakil Walikota Shaoyang serta Kepala Polisi.
Pelaku penembakan, Duan Peng, berusia 37 tahun. Dia pernah dianugerahi sebagai polisi muda berprestasi di lembaga kepolisian nasional.
Mengapa Duan Peng nekad menembak atasannya pada Hari Nasional? Pertanyaan ini memicu perhatian publik.
“Kepala polisi sebelumnya sangat mendukung Duan Peng. Namun, kepala polisi yang baru (Li Changyue) mulai mendukung orang lain. Dia (Duan Peng) sering ditugaskan untuk bekerja lembur, tetapi tidak mendapatkan penghargaan atau promosi. Ini membuat Duan Peng sangat tidak puas dengan pimpinannya,” ujar Yin Ke.
Analisis menyatakan bahwa insiden ini adalah akibat dari korupsi sistemik dan kebiasaan buruk dalam pemerintahan partai komunis Tiongkok.
“Dalam sistem partai Komunis Tiongkok, khususnya dalam pasukan kepolisian, persaingan sangat ketat. Persaingan di kepolisian jauh lebih berat daripada di antara pejabat lainnya,” kata Yin Ke.
Hingga saat ini, pihak berwenang Tiongkok belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait insiden ini. Selain itu, seluruh laporan terkait Duan Peng yang pernah dipublikasikan sebelumnya telah dihapus dari internet.
“Mereka tidak diizinkan melaporkan atau menyebarkan berita ini. Tujuannya adalah untuk menutupi kejadian ini,” Yin Ke menyatakan.
Feng Chongyi, seorang profesor asosiasi di Universitas Teknologi Sydney, Australia, mengatakan, “Sebenarnya banyak insiden serupa terjadi di Tiongkok, hanya saja kasus-kasus tersebut tidak dilaporkan ke publik.”
Beberapa pengamat mencatat bahwa dalam kasus penembakan ini, targetnya adalah kepala polisi yang merupakan bagian dari sistem pemerintahan, berbeda dengan kasus-kasus lain di mana pelaku menyerang masyarakat umum atau anak-anak secara acak. Insiden ini tidak melibatkan pembunuhan orang yang tidak bersalah, dan banyak netizen yang mendukungnya.
Belakangan ini, insiden pembunuhan pejabat di Tiongkok meningkat, termasuk kasus kepala keuangan wanita di Hunan, Liu Wenjie, yang didorong dari gedung; polisi di Changchun, Jilin, yang dibunuh; serta pembunuhan seluruh keluarga wakil walikota di Xianyang, Shaanxi. Kini, konflik antara pejabat dan warga terus meningkat. (hui)