Secretchina.com
Situasi di Timur Tengah semakin memanas. Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sekutu-sekutu Israel lainnya telah menyerukan gencatan senjata segera. Namun, tentara Israel masih terus membombardir ibu kota Lebanon, Beirut.
Menurut laporan wartawan media Amerika, target serangan Israel di Beirut adalah Hashem Safieddine, calon penerus pemimpin Hizbullah yang telah meninggal dunia, Hassan Nasrallah.
Israel Membombardir Lebanon 20 kali dalam 24 Jam, Lebanon: Jalan perbatasan untuk Pengungsi Terputus, 1,2 juta Orang Mengungsi
Pada 4 Oktober, Reuters mengutip Menteri Transportasi Lebanon, Ali Hamieh, yang mengungkapkan bahwa Israel telah menyerang perbatasan Masnaa yang menghubungkan Lebanon dan Suriah, serta memutus jalan yang digunakan oleh ratusan ribu orang untuk menghindari serangan udara Israel dalam beberapa hari terakhir.
Hamieh menyatakan bahwa serangan tersebut terjadi di wilayah Lebanon dekat perbatasan, meninggalkan lubang besar dengan diameter 4 meter.
Menurut Al Jazeera, pada 3 Oktober malam, Israel terus melancarkan serangan ke Lebanon, dengan 20 serangan udara dalam 24 jam terakhir, 11 di antaranya berfokus di pinggiran selatan Beirut. Video menunjukkan bola api besar dan suara ledakan yang menggelegar di dekat bandara utama Beirut, diikuti oleh kepulan asap tebal dan kobaran api.
Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, pada 3 Oktober mengecam Hizbullah, menuduh kelompok tersebut menggunakan jalan perbatasan untuk menyelundupkan peralatan militer ke Lebanon. Dia juga menulis di platform sosial X (sebelumnya Twitter): “Angkatan Pertahanan Israel tidak akan mengizinkan penyelundupan senjata ini. Jika perlu, kami akan bertindak tanpa ragu, seperti yang kami lakukan sepanjang perang ini.”
Menurut saksi mata di Lebanon, ledakan besar terdengar di dekat bandara internasional Beirut pada malam 3 Oktober, yang berdekatan dengan kawasan Dahiyeh. Berdasarkan data dari pihak berwenang Lebanon, serangan Israel telah menyebabkan lebih dari 1,2 juta orang Lebanon mengungsi, dan hampir 2.000 orang tewas, sebagian besar dalam dua minggu terakhir.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, 37 orang meninggal dan 151 orang terluka. Sejak pecahnya konflik Israel-Hamas pada 8 Oktober 2023, sebanyak 1.974 orang di Lebanon tewas, termasuk 261 perempuan, 127 anak-anak, dan 102 tenaga medis. Sebagian besar korban tewas dalam sebulan terakhir. Menteri Kesehatan Lebanon, Firas Abiad, menyebut peristiwa ini sebagai “kejahatan perang.”
Data pemerintah Lebanon menunjukkan bahwa dalam 10 hari terakhir, lebih dari 300.000 orang, sebagian besar warga Suriah, telah melintasi perbatasan dari Lebanon ke Suriah untuk menghindari serangan udara Israel yang semakin intens.
Wartawan AS: Target Serangan adalah Calon Penerus Hizbullah
Menurut laporan media asing, setelah tengah malam pada 3 Oktober, serangan udara kembali terjadi di daerah Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut, yang merupakan markas besar kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran. Ledakan besar juga terdengar di dekat bandara Beirut yang berdekatan dengan Dahiyeh.
Menurut wartawan media AS, target serangan Israel di Beirut adalah Hashem Safieddine, calon penerus Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah yang telah meninggal.
Wartawan situs berita AS Axios, Barak Ravid, mengutip tiga pejabat Israel yang menyatakan bahwa target serangan udara Israel adalah Hashem Safieddine, sosok penting dalam Hizbullah yang memiliki hubungan keagamaan dan keluarga yang kuat dengan Iran. Pada saat serangan, Safieddine dilaporkan berada di sebuah bunker bawah tanah.
Status Safieddine saat ini, apakah masih hidup atau tidak, belum jelas. Militer Israel menolak berkomentar mengenai hal ini.
Media asing menyoroti bahwa Hashem Safieddine dianggap sebagai calon penerus kepemimpinan Hizbullah setelah Nasrallah. Sebelumnya, Hassan Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran Beirut pada 27 September.
Safieddine saat ini menjabat sebagai Ketua Komite Eksekutif Hizbullah dan pernah dimasukkan dalam daftar teroris oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Pada 3 Oktober, Israel menyerang gedung balai kota Lebanon, mengklaim telah menewaskan 15 pejuang Hizbullah. Sebaliknya, Hizbullah menyatakan bahwa mereka telah meledakkan bom terhadap pasukan Israel yang berusaha memasuki Lebanon, menewaskan 17 tentara Israel.
Hizbullah juga melancarkan serangan baru terhadap target Israel. Kelompok ini mengklaim telah menyerang pangkalan militer “Sakhnin” di Teluk Haifa, Israel, dengan roket, serta berhasil menghalau beberapa operasi darat Israel, termasuk serangan mendadak dan baku tembak langsung.
Militer Israel melaporkan bahwa sirene kembali berbunyi di wilayah utara Galilea pada 3 Oktober, setelah 10 roket diluncurkan dari Lebanon ke Israel, beberapa berhasil dicegat dan sisanya jatuh di area kosong.
Sejak dimulainya konflik Israel-Hamas, lebih dari 40.000 orang telah tewas di Jalur Gaza, sementara Israel kehilangan 1.139 orang, dan lebih dari 200 orang diculik sebagai sandera.
Perlu dicatat bahwa pada 3 Oktober, militer Israel meminta penduduk dari lebih dari 20 kota di Lebanon selatan untuk mengungsi dari rumah mereka, dan terus melakukan serangan lintas batas di wilayah tersebut. Peringatan terbaru ini meningkatkan jumlah kota yang harus dievakuasi menjadi 70, termasuk kota Nabatiyeh di Lebanon selatan. (jhon)