Pengadilan Tinggi Negara Bagian New York mengumumkan bahwa Zhang Xiaoning, pelaku pembunuhan terhadap pengacara imigrasi terkenal Jim Li, dijatuhi hukuman 25 tahun hingga seumur hidup. Zhang Xiaoning menyatakan akan mengajukan banding. Kasus ini menarik perhatian luas di komunitas Tionghoa. Jim Li terkenal karena pekerjaan hukum dan aktivitas demokrasi selama pembantaian di Lapangan Tiananmen, Beijing 1989. Wartawan NTD melaporkan langsung dari di Pengadilan Kriminal Tinggi Queens, New York, tempat keputusan akhir terhadap Zhang Xiaoning diumumkan.
oleh Xia Wenyue, dan Chen Shengxu dari NTD New York
Hakim Kenneth Holder membacakan putusan bahwa Zhang Xiaoning dijatuhi hukuman 25 tahun hingga seumur hidup atas tuduhan pembunuhan tingkat dua, serta setahun tambahan untuk dua dakwaan memiliki senjata ilegal tingkat empat.
Kasus ini berlangsung selama lebih dari dua tahun dan akhirnya diputuskan Kamis (3/10/2024). Sahabat dan beberapa aktivis pro-demokrasi menghadiri pengumuman vonis pada hari Rabu.
Zhang Xiaoning dituduh membunuh pengacara Tionghoa aas hak-hak sipil di New York, Jim Li, pada Maret 2022.
Jim Li pernah berpartisipasi dalam gerakan demokrasi di Tiananmen pada tahun 1989 dan telah berpraktik sebagai pengacara selama bertahun-tahun di New York.
Setelah pembunuhan terjadi, jaksa dan pembela memperdebatkan apakah Zhang Xiaoning mengalami gangguan jiwa, tetapi klaim ini tidak diterima oleh juri.
Zhang Xiaoning membela diri: “Ini tidak adil bagi saya!”
Ketua Komite Nasional Partai Demokrasi Tiongkok, Wang Juntao, mengatakan, “Jika dia benar-benar tidak stabil secara mental, dia seharusnya menyerang secara acak, termasuk menyerang wajah. Tetapi dia justru menyerang bagian-bagian vital.”
Jim Li mengalami empat luka tusukan yang mematikan. Sebelum melakukan serangan, Zhang Xiaoning bahkan mengeluarkan bendera merah partai komunis Tiongkok, yang menimbulkan spekulasi bahwa ini adalah pembunuhan bermotif politik.
Wang Juntao: “Dengan hukuman berat terhadap Zhang Xiaoning, saya berharap dia bisa benar-benar menyadari di penjara bahwa, baik dia adalah pembunuh politik, korban politik, atau hanya seorang pelaku kriminal yang egois, seperti yang dikatakan jaksa, jika dia benar-benar bisa bertobat, saya pikir ini akan lebih bermakna bagi masyarakat dan pendidikan di Tiongkok.”
Wang Juntao juga menekankan bahwa meskipun Zhang Xiaoning bukanlah pembunuh politik, kasus ini mengungkapkan pola perilaku egois yang ekstrem di kalangan generasi muda Tiongkok. Dia menekankan bahwa perilaku semacam ini harus dihukum berat untuk menjaga keamanan sosial. (hui)