EtIndonesia. Seorang wanita Tiongkok ditangkap di Jerman karena diduga terlibat dalam aktivitas mata-mata, yang memicu perhatian luas dari media Jerman.
Menurut laporan Mitteldeutsche Zeitung, badan intelijen asing, terutama Tiongkok dan Rusia, semakin memusatkan perhatian mereka pada Jerman. Sementara itu, Uni Eropa akan melakukan pemungutan suara terkait tarif mobil listrik asal Tiongkok minggu ini. Produsen Tiongkok mengajukan proposal penetapan harga minimum impor sebagai kompromi. Namun, WirtschaftsWoche memperingatkan bahwa Eropa jangan mudah tertipu.
Menurut laporan dari Deutsche Welle, pada 1 Oktober, media Jerman Mitteldeutsche Zeitung dalam komentarnya menulis: “Ini terdengar seperti sebuah novel mata-mata. Seorang tersangka mata-mata Tiongkok mendapatkan kepercayaan dari seorang politisi partai pilihan Jerman, dan melakukan kegiatan mata-mata di Parlemen Eropa; sementara itu, dia juga memperoleh informasi sensitif tentang pengiriman senjata melalui seorang mata-mata wanita.”
Jaksa Federal Jerman memastikan bahwa ini bukanlah naskah novel mata-mata, melainkan kenyataan yang terjadi di Jerman.
Artikel tersebut berjudul “Dalam Bidikan Mata-mata (Im Fadenkreuz von Spionen)”: “Investigasi jaksa federal telah mengkonfirmasi bahwa lembaga seperti Dinas Perlindungan Konstitusi telah memperingatkan selama bertahun-tahun: dalam beberapa tahun terakhir, Jerman semakin menjadi target badan intelijen asing.”
Menurut penulis Jan Schumann, bahwa terutama dari Tiongkok dan Rusia. Saat ini, Jerman harus menyadari bahwa mereka sudah terperosok dalam konfrontasi yang intens, yang mencakup metode spionase dari era Perang Dingin.
Dalam artikel tersebut menambahkan: “Peran spesifik politisi AfD (Partai Alternatif untuk Jerman) bernama Krah dalam kasus ini harus menunggu penyelidikan lebih lanjut. Karena ada kemungkinan bahwa Krah hanya ditipu oleh mata-mata Tiongkok yang sangat cerdik, yang membukakan pintu ke dalam Parlemen Eropa.”
Waspadalah terhadap tipu muslihat Tiongkok
Tanggal 4 Oktober adalah hari yang menentukan bagi industri mobil listrik Tiongkok: pada hari Jumat (4/10), 27 negara anggota Uni Eropa mengadakan pemungutan suara terkait rencana Komisi Eropa untuk mengenakan tarif hukuman sebesar 35,3% terhadap produsen mobil Tiongkok. Namun, pemerintah Beijing di balik layar terus berusaha melakukan negosiasi dengan Komisi Eropa untuk mencapai kesepakatan. Dalam beberapa minggu terakhir, produsen Tiongkok seperti BYD dan NIO telah beberapa kali mengajukan harga minimum impor yang mereka tetapkan.
Pada Senin pekan ini, WirtschaftsWoche Jerman menerbitkan komentar yang menyerukan: “Komisi Eropa dan negara-negara anggota Uni Eropa tidak boleh membuat kesepakatan dengan mereka. Karena sistem subsidi Tiongkok tidak transparan, selain subsidi keuangan, ada banyak dukungan non-keuangan seperti akses prioritas ke bahan mentah, penelitian, atau modal. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi, dalam kerangka ‘Made in China 2025’ dan ‘Produktivitas Baru’, Partai Komunis akan terus mendukung perusahaan lokalnya.”
Dalam sebuah artikel berjudul “Waspadalah terhadap Tipu Daya Tiongkok! (Vorsicht vor dem China-Trick!)”, disebutkan bahwa meskipun penetapan harga minimum impor dalam kondisi ideal dapat mencegah perusahaan Tiongkok menggunakan strategi ekonomi tradisional mereka di dalam Uni Eropa dan secara keras mengusir pesaing dari pasar, namun ini tetap akan memberikan aliran dana yang signifikan bagi produsen Tiongkok.
Penulis Thomas Stölzel menulis: “Mereka dapat menggunakan dana tersebut untuk melancarkan serangan yang lebih agresif terhadap produsen Barat di negara-negara non-Eropa dan pasar Tiongkok. Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tenggara adalah pasar yang sangat penting bagi produsen seperti Volkswagen, Peugeot, dan Renault.”
Artikel tersebut melanjutkan, kebijakan Eropa harus bertujuan menciptakan apa yang disebut “lingkungan persaingan yang adil,” di mana semua perusahaan menyediakan kondisi persaingan yang serupa.
Penangkapan Mata-mata Keturunan Tionghoa di Jerman, Badan Intelijen: Latar belakang mengerikan di balik perusahaan Tiongkok
Pada 21 April, polisi Jerman menangkap Guo Jian, seorang pria keturunan Tionghoa berusia 43 tahun, dan menuduhnya bekerja sebagai mata-mata untuk badan intelijen Tiongkok. Dia adalah asisten Krah, kandidat utama dari Partai Alternatif untuk Jerman (AfD) untuk pemilu Parlemen Eropa, dan pernah mempengaruhi pandangan politik Krah.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan bahwa Jerman tidak bisa menerima aktivitas mata-mata apa pun yang ditujukan kepada mereka, tidak peduli dari negara mana pun. Oleh karena itu, kebenaran harus diungkap, dan pihak yang bertanggung jawab harus ditangkap dan dihukum.
Pada 24 April, Wakil Direktur Badan Perlindungan Konstitusi Jerman, Sinan Selen, memperingatkan perusahaan-perusahaan untuk mewaspadai aktivitas spionase industri oleh Pemerintah Tiongkok, dan tidak bersikap naif atau terlalu bergantung pada Tiongkok.
Menurut laporan Reuters, Selen dalam sebuah acara yang membahas dampak keamanan Tiongkok terhadap perusahaan Jerman menyatakan: “Kami sudah memiliki banyak contoh yang menunjukkan bahwa sikap yang terlalu optimis dan berharap terhadap perdagangan dengan Tiongkok, dapat membuat perusahaan-perusahaan ini hampir menghilang.”
Selen menjelaskan bahwa salah satu masalahnya adalah, perusahaan-perusahaan Tiongkok mengklaim sepenuhnya swasta, namun sebenarnya mereka melayani kepentingan negara Tiongkok dan didukung oleh pemerintah.
Dia menambahkan, tujuan akhir Tiongkok adalah menjadi kekuatan ekonomi, teknologi, dan politik terbesar di dunia sebelum tahun 2049. Bidang-bidang yang paling menarik perhatian Tiongkok meliputi teknologi antariksa, robotika, biomedis, transportasi listrik, teknologi informasi, serta teknologi hemat energi.
Beberapa hari sebelumnya, jaksa Jerman mengumumkan penangkapan tiga warga Jerman yang diduga bekerja untuk badan intelijen Tiongkok, dan memberikan teknologi yang dapat digunakan untuk keperluan militer kepada pihak Tiongkok.
Selen menegaskan bahwa secara keseluruhan, Jerman sedang menghadapi tantangan besar dari aktivitas mata-mata.
Norwegia: Aktivitas Mata-mata Tiongkok Telah Menyebar di Seluruh Eropa
Menurut Newsweek dan Voice of America (VOA), pada 12 Februari, badan intelijen Norwegia dalam sebuah dokumen yang dirilis menyatakan bahwa aktivitas Tiongkok melibatkan spionase politik dan industri, dan ruang siber adalah pintu utamanya.
Badan intelijen Norwegia menyatakan bahwa departemen intelijen Tiongkok menggunakan serangkaian alat dan infrastruktur digital yang umum digunakan, serta menyembunyikan jejak aktivitas mereka, dan melakukan operasi di seluruh Eropa.
Diketahui bahwa badan intelijen Tiongkok tidak lagi bertindak sendiri, tetapi mendapat bantuan dari diplomat, delegasi wisata, individu, perusahaan, dan kelompok kepentingan khusus lainnya.
Selain itu, badan intelijen Tiongkok juga bergantung pada hubungan erat dengan perusahaan Tiongkok. Menurut undang-undang Tiongkok, semua warga negara dan perusahaan Tiongkok wajib membantu pemerintah dalam mengumpulkan intelijen jika diminta.
Pemerintah Norwegia memperingatkan bahwa Barat menghadapi situasi keamanan yang lebih berbahaya daripada tahun lalu, terutama karena Tiongkok, Rusia, dan organisasi ekstremis yang didukung oleh Iran seperti Hamas, telah menantang tatanan dunia saat ini.(jhon/yn)