Militer Israel mengonfirmasi bahwa pasukannya di Gaza membunuh pemimpin tertinggi Hamas, Yahya Sinwar, seorang arsitek utama serangan 7 Oktober tahun lalu
Chris Summers dan Ryan Morgan
Militer Israel pada 17 Oktober 2024 menyatakan bahwa pasukan Israel di Gaza telah membunuh pemimpin tertinggi kelompok Hamas, Yahya Sinwar, yang merupakan otak utama serangan tahun lalu terhadap Israel yang memicu perang.
“IDF dan ISA mengonfirmasi bahwa setelah pengejaran selama setahun, kemarin (Rabu), 16 Oktober 2024, tentara IDF dari Komando Selatan berhasil menewaskan Yahya Sinwar, pemimpin organisasi teroris Hamas, dalam sebuah operasi di Jalur Gaza bagian selatan,” kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam sebuah pernyataan.
“Yahya Sinwar merencanakan dan melaksanakan Pembantaian 7 Oktober, mempromosikan ideologi pembunuhannya baik sebelum maupun selama perang, dan bertanggung jawab atas pembunuhan dan penculikan banyak orang Israel.”
IDF menyatakan pasukannya, bekerja sama dengan Badan Keamanan Israel (ISA), membatasi pergerakan Sinwar saat mereka mendekati lokasi terakhirnya.
“Yahya Sinwar tewas setelah bersembunyi selama setahun terakhir di balik penduduk sipil Gaza, baik di atas maupun di bawah tanah di terowongan Hamas di Jalur Gaza,” kata IDF.
Menanggapi berita ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, “Kami telah menuntaskan masalah dengan Sinwar, ini adalah momen penting dalam perang.”
Sinwar menjadi buronan paling dicari Israel sejak dimulainya perang Israel-Hamas lebih dari setahun lalu, dan kematiannya merupakan pukulan besar bagi kelompok tersebut.
Sinwar, 61, dianggap oleh Israel sebagai dalang di balik invasi 7 Oktober 2023, di mana Hamas melakukan pembantaian di seluruh Israel selatan, menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas, ribuan lainnya terluka, dan 251 orang ditawan. Sekitar 100 tawanan masih berada di Jalur Gaza.
Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 17 Oktober, kepada keluarga para sandera, “Kami akan terus berjuang dengan seluruh kekuatan kami hingga semua orang yang Anda cintai, yang juga merupakan orang yang kami cintai, kembali pulang.”
Dia juga menyerukan kepada anggota Hamas yang masih tersisa di Jalur Gaza untuk menyerah. “Siapa pun yang meletakkan senjatanya dan mengembalikan tawanan kami, kami akan mengizinkan mereka pergi dan hidup,” kata pemimpin Israel itu.
Presiden AS Joe Biden menyambut berita ini pada 17 Oktober. “Ini adalah hari yang baik bagi Israel, bagi Amerika Serikat, dan bagi dunia,” katanya.
“Sebagai pemimpin kelompok teroris Hamas, Sinwar bertanggung jawab atas kematian ribuan orang-orang Israel, Palestina, Amerika, dan warga dari lebih dari 30 negara.”
Biden mengatakan Sinwar merupakan “rintangan yang tidak bisa diatasi” untuk mencapai penyelesaian politik dalam konflik yang telah berlangsung lama.
“Rintangan itu kini tidak lagi ada. Tapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” tambah Biden.
Biden berbicara dengan Netanyahu melalui telepon pada 17 Oktober untuk membahas kematian Sinwar.
Menurut laporan Gedung Putih tentang panggilan itu, kedua pemimpin juga membahas “bagaimana memanfaatkan momen ini untuk membawa sandera pulang dan mengakhiri perang dengan memastikan keamanan Israel serta Hamas tidak pernah lagi bisa menguasai Gaza.”
Gedung Putih mengatakan kedua pemimpin akan terus berhubungan dalam beberapa hari mendatang.
Wakil Presiden Kamala Harris dalam pernyataannya pada 17 Oktober mengatakan, “Israel memiliki hak untuk membela diri, dan ancaman yang ditimbulkan oleh Hamas terhadap Israel harus dihilangkan. Hari ini, ada kemajuan nyata menuju tujuan itu. Hamas dihancurkan, dan kepemimpinannya telah dieliminasi.”
Hamas belum mengonfirmasi kematian Sinwar.
Sinwar telah menjadi pemimpin regional tertinggi Hamas di Jalur Gaza sejak 2017. Dia juga mengambil alih jabatan Ketua Biro Politik Hamas pada musim panas ini setelah ketua sebelumnya, Ismail Haniyeh, tewas pada Juli dalam ledakan yang ditargetkan di sebuah wisma di ibu kota Iran, Teheran. Israel tidak mengklaim bertanggung jawab atas kematian Haniyeh, tetapi baik Hamas maupun pemerintah Iran menyimpulkan bahwa aktor Israel yang merencanakan ledakan tersebut.
Bahkan sebelum militer Israel menyimpulkan bahwa Sinwar tewas, pengguna media sosial memposting foto-foto grafis pada 17 Oktober yang diklaim menunjukkan tubuhnya sebagian terkubur di reruntuhan.
Sinwar diyakini tinggall di jaringan terowongan di bawah Jalur Gaza, bersama militan Hamas yang terus bertahan melawan pasukan Israel. Militer Israel merilis video pada Februari yang diklaim menunjukkan Sinwar melakukan perjalanan melalui terowongan di bawah Khan Younis pada 10 Oktober 2023, bersama beberapa anggota keluarganya.
Sinwar lahir pada 29 Oktober 1962, di kota Khan Younis, Gaza, dari orang tua yang melarikan diri dari Ashkelon pada Perang Arab–Israel 1948. Dia dibesarkan di Jalur Gaza dan merupakan salah satu yang pertama bergabung dengan Hamas saat terbentuk pada 1980-an.
Otoritas Israel menangkap Sinwar pada 1988 dan menuduhnya menculik serta membunuh dua tentara Israel dan lainnya yang dia tuduh bekerja sama dengan pemerintah Israel. Dia dijatuhi hukuman empat kali penjara seumur hidup atas pembunuhan tersebut.
Dia tetap berada di penjara Israel hingga 2011 ketika Israel setuju untuk membebaskan lebih dari 1.000 tahanan Palestina sebagai pertukaran untuk tentara Israel Gilad Shalit, yang ditangkap dan ditawan oleh Hamas di Gaza selama lima tahun.
Sinwar terus memimpin Hamas melawan Israel pada tahun-tahun setelah pembebasannya pada 2011. Konflik Israel–Hamas yang telah berlangsung selama puluhan tahun memicu konflik terbuka antara Hamas dan pasukan Israel di Jalur Gaza pada musim panas 2014 dan lagi selama periode 11 hari pada Mei 2021.
Pada 2015, Departemen Luar Negeri AS menetapkan Sinwar sebagai teroris global yang ditunjuk secara khusus. Penetapan tersebut berarti bahwa ilegal bagi warga negara AS untuk memberikan bantuan keuangan atau material kepadanya, dan aset apa pun yang mungkin dimilikinya di Amerika Serikat harus dibekukan.
“Pengejaran terhadap Sinwar tidak akan berhenti sampai kami menangkapnya, hidup atau mati,” kata juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari dalam konferensi pers saat merilis rekaman video tersebut, seraya mencatat bahwa video itu diambil dari kamera pengintai di dalam terowongan, di mana tentara mengejar Sinwar sejak mereka mengepung rumahnya pada Desember 2023.
Wakil Pemimpin Hamas Khalil al-Hayya mungkin sekarang akan menjadi ketua Hamas. Dia muncul dalam sebuah wawancara dengan reporter BBC Jeremy Bowen di Qatar pada 1 Oktober, tetapi lokasi keberadaannya saat ini tidak diketahui.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan aplikasi surat perintah penangkapan pada Mei untuk Sinwar, Haniyeh, dan Kepala Sayap Militer Hamas Mohamed Deif atas peran mereka dalam serangan 7 Oktober. ICC juga mengajukan aplikasi surat perintah penangkapan pada hari yang sama untuk Netanyahu dan Gallant terkait tindakan Israel selama perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Menteri Pertahanan Inggris John Healey, pada 17 Oktober, mengatakan kepada BBC, “Saya pribadi tidak akan berduka atas kematian seorang pemimpin teroris seperti Sinwar, seseorang yang bertanggung jawab atas serangan teroris pada 7 Oktober.”
Healey mengatakan Sinwar telah “memicu bukan hanya hari tergelap dan paling mematikan bagi orang Yahudi sejak Perang Dunia Kedua, [tetapi juga] lebih dari setahun konflik dan tingkat korban sipil Palestina yang tidak dapat ditoleransi.”
Pada 17 Oktober, kementerian kesehatan yang dikuasai Hamas di Gaza mengatakan 15 orang, termasuk lima anak-anak, tewas ketika serangan udara Israel menghantam sebuah sekolah yang menampung warga tunawisma Palestina.
The Associated Press dan Reuters berkontribusi pada laporan ini.