Ketegangan Menggila! Dari Serangan Israel-Iran hingga Senjata Baru Ukraina yang Membidik Rusia 

EtIndonesia. Pada Sabtu pagi, 26 Oktober 2024, Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran sebagai respons atas peluncuran 181 rudal balistik oleh Iran ke Israel pada 1 Oktober 2024. Serangan yang dianggap sebagai salah satu operasi udara terbesar dalam sejarah Israel ini dilakukan dengan mengerahkan lebih dari 100 pesawat tempur, termasuk jet siluman F-35. Israel menargetkan berbagai sasaran militer strategis di wilayah Iran.

Strategi dan Jalur Penerbangan yang Rumit

Dengan jarak 2.000 kilometer yang memisahkan kedua negara dan harus melewati Yordania, Suriah, Irak, dan Arab Saudi, Israel menghadapi tantangan logistik yang luar biasa. Dalam upaya ini, sebagian besar negara yang dilewati tetap netral, sementara Suriah menghadapi perlawanan yang tangguh dari teknologi perang elektronik Israel, yang secara efektif melumpuhkan sistem radar pertahanan udaranya. Pesawat tempur Israel melintas dengan aman, dan seluruh wilayah udara di antara Israel dan Iran dibersihkan dari penerbangan komersial.

Gelombang Serangan Pertama: Hancurkan Pertahanan Udara Iran

Serangan dimulai dengan gelombang pertama yang menargetkan sistem radar dan bandara militer Iran, termasuk Bandara Teheran. Serangan ini bertujuan melumpuhkan sistem pertahanan udara Iran, menjadikan langit negara itu terbuka bagi serangan berikutnya. Ratusan bom menghujani ibu kota, dan beberapa wilayah di Teheran terlihat terbakar hebat. Kantor Kementerian Pertahanan Iran, pusat pengembangan Korps Garda Revolusi Iran, serta pembangkit listrik strategis diserang, menciptakan kondisi darurat di beberapa wilayah.

Gelombang Serangan Kedua: Fasilitas Produksi Rudal dan Pabrik Drone Iran

Gelombang kedua serangan Israel menyasar fasilitas produksi rudal, pabrik drone, dan pangkalan militer di Iran. Menurut analisis militer, kerusakan yang ditimbulkan membuat Iran perlu setidaknya satu tahun untuk memulihkan kapasitas produksinya. Israel juga menyiapkan diri terhadap kemungkinan serangan balasan dari Iran, menunjukkan kesiapan untuk melanjutkan serangan penuh jika diperlukan.

Respon Iran yang Dinilai Lemah

Menariknya, respons Angkatan Udara Iran dinilai kurang agresif. Sebuah jet tempur MiG-29 buatan Rusia hanya berpatroli di wilayah utara Teheran, tanpa melakukan perlawanan yang signifikan. Serangan ini selesai dengan seluruh pesawat tempur Israel berhasil kembali ke pangkalan dengan selamat. Dalam aksi ini, Israel menunjukkan kekuatan militernya kepada dunia dengan menghindari fasilitas nuklir dan ladang minyak Iran, namun tetap menghancurkan jaringan listrik dan internet di berbagai wilayah Iran.

Dampak di Iran dan Respons Pemimpin Tertinggi Iran

Serangan ini memicu kepanikan di kalangan warga Teheran, dengan antrean panjang terlihat di stasiun bahan bakar. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, merespons pada 27 Oktober 2024, namun sikapnya kali ini lebih berhati-hati. Khamenei yang berusia 85 tahun, dalam kondisi kesehatan yang dilaporkan kritis, menyerahkan sebagian keputusan penting kepada otoritas lain di Iran. Kemungkinan besar, suksesi kepemimpinan akan jatuh ke putranya, Mojtaba Khamenei, dalam waktu dekat.

Pernyataan Israel dan Simbolisme

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa seluruh target telah dicapai dan serangan ini memberikan dampak signifikan bagi Iran. Netanyahu menggambarkan musuh di Timur Tengah sebagai gurita yang perlu ditaklukkan dan menegaskan bahwa Israel akan membalas setiap ancaman dengan tindakan yang lebih keras.

Konflik Rusia-Ukraina yang Memanas

Sementara itu, di Rusia, situasi di lapangan juga berubah. Pada 26 Oktober 2024, terjadi insiden penembakan di Taman Pusat Pushkino, Moskow, yang menyebabkan kepanikan warga setempat. Namun, Presiden Rusia, Vladimir Putin, tampaknya lebih harus mengkhawatirkan perkembangan di Ukraina. Pada hari yang sama, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menandatangani undang-undang yang memungkinkan warga asing bergabung sebagai perwira di militer Ukraina. Langkah ini memudahkan para pensiunan pilot dari negara-negara Barat, terutama AS, untuk menerbangkan jet F-16 di bawah bendera Ukraina, memperkuat kemampuan tempur Ukraina di udara.

Persiapan Ukraina dan Ancaman Baru bagi Rusia

Ukraina kini siap mengerahkan lebih dari 100 jet tempur F-16, didukung oleh lebih dari 200 pilot yang telah menyelesaikan pelatihan dasar di Inggris. Ditambah dengan senjata baru, seperti rudal balistik H2IM-2 buatan dalam negeri yang memiliki jangkauan 500-700 kilometer, Ukraina semakin percaya diri dalam menghadapi Rusia. Dengan kemampuan ini, Ukraina bisa menyerang target di Rusia tanpa memerlukan izin Barat, menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan militer Rusia.

Keterlibatan Korea Utara di Rusia

Di tengah meningkatnya ketegangan, pasukan Korea Utara dilaporkan akan bergabung dalam pertempuran di wilayah Kursk akhir pekan ini. Laporan menyebutkan bahwa tentara Rusia tidak menyukai prioritas amunisi yang diberikan kepada tentara Korea Utara, bahkan menyebut mereka dengan julukan bernada rasis. Perkembangan ini menunjukkan bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina bisa saja semakin melibatkan aktor-aktor internasional.

Kesimpulan

Situasi geopolitik dunia semakin memanas dengan eskalasi konflik di Timur Tengah dan Eropa Timur. Israel menunjukkan kekuatan penuh dalam serangan terhadap Iran, sementara Ukraina juga memperkuat posisinya melawan Rusia dengan bantuan teknologi dan pelatihan dari Barat. Kedua konflik ini memperlihatkan pola perang modern di mana serangan udara, teknologi canggih, dan aliansi militer semakin memainkan peran penting. Dunia kini memantau dengan cermat, menunggu apakah kedua konflik ini akan mereda atau justru bereskalasi menuju bentrokan yang lebih luas.