Permintaan Tak Memadai, Laba Perusahaan Industri Besar Tiongkok Menurun Lebih dari 27% pada September

ETIndonesia. Pada September 2024, dimana, karena alasan seperti permintaan yang tidak memadai dan penurunan harga produk industri, laba perusahaan industri skala besar di seluruh Tiongkok turun sebesar 27.1% YoY, penurunan yang lebih besar 9.3 poin persentase dibandingkan Agustus, dan merupakan penurunan terbesar sejak pandemi COVID-19. Ini juga merupakan bulan kedua berturut-turut penurunan data ini di Tiongkok.

Pada  Minggu (27 Oktober), Biro Statistik Nasional Tiongkok merilis informasi tersebut, menunjukkan bukan hanya laba  September yang menurun secara signifikan, laba perusahaan industri skala besar nasional dari Januari hingga September juga dalam keadaan menurun.

Data menunjukkan bahwa total laba perusahaan industri besar nasional dari Januari hingga September tahun ini adalah sekitar 5,23 triliun yuan (RMB), turun 3.5% dibandingkan tahun lalu. Di antaranya, total laba industri pertambangan turun 10.7% tahun-ke-tahun, industri manufaktur turun 3.8%, sementara industri produksi dan pasokan listrik, panas, gas, dan air naik 12.1%.

Jika dihitung berdasarkan laba utama per industri, pada sembilan bulan pertama tahun ini, laba industri produk mineral non-logam di Tiongkok turun drastis 51% YoY; industri penggalian batu bara dan pencucian batu bara turun 21.9%; industri manufaktur mesin listrik dan peralatan turun 7.2%; dan industri peralatan khusus turun 5.5%… Namun, dari Januari hingga September, pendapatan operasional perusahaan industri besar meningkat sebesar 2.1% YoY.

Mengapa fenomena pendapatan meningkat sementara laba menurun terjadi?

Yu Weining, seorang statistikus dari Divisi Industri Biro Statistik Nasional, menyatakan dalam tanggapannya kepada media daratan bahwa penurunan laba perusahaan industri skala besar nasional sebesar 27.1% pada sembilan bulan pertama tahun ini disebabkan oleh permintaan yang tidak memadai dan penurunan harga produk industri. Ditambah dengan harga jual pabrik produk industri yang terus-menerus lesu dan indeks harga produsen industri pada September yang terus memperluas penurunannya, biaya perusahaan meningkat lebih cepat daripada pendapatan, menyebabkan penurunan laba kotor perusahaan.

Reuters mengatakan bahwa data resmi yang baru dirilis juga menunjukkan bahwa tekanan deflasi di Tiongkok meningkat, pertumbuhan ekspor melambat, dan permintaan kredit lemah.

Karena pemerintahan partai  Komunis Tiongkok sering kali memalsukan data ekonomi demi kestabilan politik, untuk menyembunyikan tingkat keparahan kondisi ekonomi Tiongkok yang buruk, maka tingkat kesulitan ekonomi sebenarnya di Tiongkok tidak diketahui oleh dunia luar. (jhon)

Sumber : NTDTV.com