EtIndonesia. Pada 26 Oktober 2024, Israel melakukan serangan udara besar-besaran terhadap Iran, melibatkan lebih dari 100 pesawat tempur yang menempuh jarak 2.000 kilometer untuk menghancurkan target-target militer strategis di dalam wilayah Iran. Serangan ini memicu peningkatan ketegangan di Timur Tengah dan membuat banyak pihak khawatir akan potensi eskalasi konflik di kawasan tersebut, yang bahkan bisa memicu Perang Dunia Ketiga.
Serangan Udara Terencana dengan Peringatan kepada Iran
Sebelum melancarkan serangan, Israel dilaporkan memberi tahu Iran mengenai target-target yang akan dihantam, serta memperingatkan agar tidak melakukan respons militer yang akan memperburuk situasi. Langkah ini menunjukkan dua hal utama.
Pertama, Israel berupaya meminimalisasi korban jiwa dalam serangan ini dan menyampaikan pesan tegas kepada Iran tanpa harus memicu eskalasi yang lebih serius.
Kedua, langkah ini juga mencerminkan kepercayaan diri Israel terhadap efektivitas dan ketepatan strategi militer mereka, bahkan setelah memperingatkan lawan, Israel yakin bahwa persiapan Iran tidak akan cukup untuk mencegah kerusakan besar yang terjadi.
Perjalanan 2.000 Kilometer: Operasi Besar dengan Risiko Tinggi
Serangan Israel ini, berbeda dari yang biasanya dilakukan oleh Iran, didominasi oleh kekuatan udara. Pesawat-pesawat tempur Israel seperti F-35, F-15, dan F-16, dilengkapi dengan amunisi dan sistem elektronik mutakhir, terbang 2.000 kilometer menuju perbatasan Iran. Dalam jarak tempuh yang jauh ini, Israel membutuhkan pengisian bahan bakar di udara yang dilakukan kemungkinan besar di wilayah udara Suriah atau Irak. Hal ini memicu gelombang pertama serangan yang menargetkan sistem radar dan pertahanan udara di Suriah, memastikan keamanan perjalanan pesawat-pesawat Israel dalam misi pulang pergi.
Tiga Gelombang Serangan: Menghancurkan Sistem Pertahanan dan Infrastruktur Militer Iran
Serangan udara Israel diluncurkan dalam tiga gelombang yang terencana. Gelombang pertama fokus pada penghancuran sistem radar dan pertahanan udara di Iran dan Suriah, mencegah deteksi dini dan meminimalkan ancaman balasan dari kedua negara tersebut. Langkah ini penting karena wilayah udara Suriah menjadi rute utama Israel untuk memasuki wilayah Iran. Pada pukul 01: 48 pagi waktu setempat, ledakan terdengar di beberapa kota di Iran, termasuk Karaj di barat laut Teheran, hingga Damaskus di Suriah.
Gelombang kedua dan ketiga lebih berfokus pada fasilitas produksi misil dan drone Iran, termasuk pabrik mesin roket propelan padat di Parchin yang memproduksi rudal balistik seperti Fateh.
Berdasarkan citra satelit, enam bangunan rusak parah dalam serangan ini, dan fasilitas mixer planetary untuk produksi bahan bakar padat yang diimpor dari Tiongkok juga hancur. Diperkirakan, Iran akan membutuhkan setidaknya satu tahun untuk memulihkan kembali kapasitas produksi misilnya, yang berdampak signifikan terhadap kemampuan pertahanan dan serangan jarak jauhnya.
Taktik Israel dan Efektivitasnya: Menggunakan Senjata Jarak Jauh
Menurut laporan media, Israel melakukan serangan ini dari wilayah udara Suriah dan Irak, tanpa memasuki wilayah udara Iran. Israel menggunakan senjata jarak jauh seperti misil balistik udara dan rudal jelajah untuk memastikan keamanan pesawatnya. Informasi dari militer Iran mengonfirmasi bahwa serangan datang dari perbatasan Irak, memperlihatkan koordinasi Israel untuk melindungi pesawat-pesawatnya dari risiko konfrontasi langsung.
Analisis Tujuan Serangan: Pesan Terselubung dan Batasan Eskalasi
Serangan ini terbilang cukup moderat jika dilihat dari target yang dipilih. Israel tidak menyerang fasilitas nuklir atau infrastruktur penting lainnya seperti ladang minyak atau kilang. Alih-alih, Israel hanya menargetkan dua sasaran utama: sistem radar dan pertahanan udara, serta pabrik produksi misil dan drone. Langkah ini mengirimkan pesan tegas kepada Iran bahwa Israel memiliki kemampuan untuk melumpuhkan sistem pertahanan mereka, sekaligus membatasi kapasitas serangan Iran di masa depan tanpa memicu perang besar.
Juru bicara Departemen Pertahanan AS menggambarkan serangan ini sebagai tindakan yang “moderat,” yang menunjukkan bahwa Israel tidak bermaksud memperburuk ketegangan lebih jauh. Dengan memberi tahu Iran sebelumnya, Israel tampak berusaha menghindari eskalasi konflik langsung.
Apakah Timur Tengah Menuju Eskalasi Konflik Besar?
Saat ini, kemampuan Iran untuk membalas secara signifikan terhadap serangan ini tampak terbatas. Dalam konteks yang lebih luas, meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea, konflik Israel-Iran, serta perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran global. Namun, berdasarkan analisis terbaru, tampaknya kemungkinan pecahnya Perang Dunia Ketiga dalam waktu dekat masih kecil.
Israel telah menunjukkan kekuatannya dengan cara yang tidak memicu eskalasi lebih lanjut, sementara Iran mungkin akan berusaha memulihkan infrastrukturnya terlebih dahulu sebelum mempertimbangkan respons yang lebih besar.