Forum Elite
Situasi politik di Beijing semakin tidak normal. Belakangan ini Xi Jinping semakin sering absen dalam beberapa pertemuan nasional yang penting. Tetapi orang nomor dua, yakni Perdana Menteri Li Qiang (dibaca: li chiang) yang berkunjung ke Vietnam, justru mendapat sambutan setingkat kepala negara. Menurut analisis para ahli, berbagai fenomena pada situasi politik di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) tersebut menunjukkan bahwa kekuasaan Xi Jinping sedang mengalami pengerdilan.
Penangkapan Wang Qishan Menjadi Berita Viral, Akankah Xi Jinping Bertindak Terhadapnya?
Chen Pokong (dibaca: Jen bo gung), seorang komentator politik menyatakan bahwa baru-baru ini ada rumor di Internet yang menyebutkan: Wang Qishan (dibaca: wang chi shan), juga sekretaris dan asistennya telah dibawa pergi oleh pihak berwenang dari lokasi di dekat gerbang timur Kota Terlarang Beijing pada 7 Oktober lalu.
Berita tersebut menimbulkan tanda tanya besar, karena Xi Jinping yang memaksakan diri untuk memasuki masa jabatannya yang ketiga, telah melakukan tahanan rumah atau tahanan rumah terselubung terhadap para sesepuh politik di masa sebelum dan sesudah Kongres Nasional PKT ke-20. Ini sudah bukan berita rahasia lagi. Tetapi usai kongres, tahanan rumah itu dicabut. Dari manakah berita itu berasal?
Itu terlihat dari Hari Peringatan Nasional RRT pada 1 Oktober lalu. Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang menyelenggarakan serangkaian kegiatan, di mana terlihat Wang Qishan tampil dua kali, satu di konser dan yang lainnya di resepsi Hari Nasional. Tetapi penampilannya sangat berbeda dari yang lain, ia terlihat depresi, khawatir, dengan raut muka yang tidak cerah. Dia tidak bertepuk tangan atau tersenyum.
Tidak menutup kemungkinan bahwa Wang Qishan telah menjadi sasaran pengawasan atau tahanan rumah terselubung. Tapi penulis tidak berpendapat bahwa Wang Qishan ditangkap, karena bagaimanapun juga, ia adalah mantan anggota Komite Tetap Biro Politik, mantan Wakil Presiden RRT, dan mantan Sekretaris Komisi Pusat Inspeksi Disiplin, ia merupakan tokoh Tingkat 2 nasional. Xi Jinping tidak bisa mengambil keputusan sendiri untuk melakukan tindakan terhadap tokoh seperti Wang Qishan.
Perlu dukungan sikap dari para pejabat senior, apalagi sekarang para politisi senior sudah mendapat ruang tertentu, mereka harus menyatakan pendiriannya sebelum Keputusan diambil. Dan saya pikir mereka tidak akan setuju. Mengapa berita penangkapan Wang Qishan begitu santer?
Karena tiga sekretaris utama Wang Qishan, yaitu Fan Yifei, Tian Huiyu, dan Dong Hong, semuanya dijatuhi hukuman mati dengan hukuman percobaan, hal itu lantas dispekulasikan bahwa tampaknya Wang Qishan juga dalam bahaya.
Chen selanjutnya menambahkan, pada masa jabatan pertama Xi Jinping, Wang dan Xi memiliki hubungan kerja sama. Pada masa jabatan kedua, karena banyaknya perbedaan dalam masalah Hong Kong dan negosiasi RRT-AS, Wang Qishan secara bertahap ditempatkan sebagai oposisi oleh Xi Jinping.
Xi Jinping tidak puas dengan Wang Qishan karena Wang tidak mendukung terpilihnya kembali dirinya sebagai sekjen PKT. Bisa jadi Xi menaruh dendam terhadapnya. Meskipun sekretaris dan pengurus rumah tangga Wang dijatuhi hukuman berat yang merupakan wujud balas dendam Xi Jinping, bukan berarti Wang akan ditangkap. Meskipun Wang Qishan berada dalam situasi yang buruk sekarang, saya rasa tidak ada orang yang bisa menyentuhnya saat ini.
Alasan mengapa Chen Pokong meragukan keaslian berita ini karena ada 2 hal yang patut dicurigai.
Pertama, konon Fan bingbing, bintang film yang kekasihnya Wang, memiliki 770 miliar dolar AS di Amerika Serikat (AS). Padahal Fan Bingbing adalah selebriti papan atas Tiongkok yang cukup terkenal secara internasional. Dia sendiri bisa menghasilkan banyak uang, dan tidak perlu bergantung kepada Wang Qishan.
Keraguan kedua adalah jika uang tersebut disimpan di negara seperti Swiss, mungkin saja bisa membuat orang percaya, tetapi kalau disembunyikan di AS? Rasanya tidak mungkin. Jadi siapa sebenarnya yang menyebarkan berita ini? Chen secara pribadi berpendapat bahwa berita tersebut menargetkan Xi Jinping. Mendorong Xi Jinping untuk bertindak adil dan tegas terhadap siapa pun pejabat korup meskipun pernah menjadi bawahannya? Seakan-akan pro-Xi Jinping membasmi korupsi, padahal “adu domba” ini adalah bagian dari perjuangan intra-partai, atau perselisihan antar anggota PKT.
Kini Wang Qishan Dibuang Meski Pernah Berjasa Membantu Xi Jinping Mempertahankan Kedudukan
Produser TV independen Li Jun menyatakan bahwa banyak orang yang berada dalam sistem PKT pernah takut terhadap Wang Qishan, tetapi lebih banyak lagi orang yang membencinya. Wang Qishan menjabat sebagai sekretaris Komisi Pusat Inspeksi Disiplin selama lima tahun dan menyelidiki serta menghukum setidaknya 440 orang pejabat senior di tingkat provinsi, kementerian, dan militer atas nama korupsi.
Ini termasuk 6 orang tokoh tingkat nasional seperti Zhou Yongkang, Guo Boxiong, Xu Caihou, Sun Zhengcai, Ling Jihua dan Su Rong. Selain itu, ada sekitar 43 orang anggota Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok ke-18, sembilan orang anggota Komisi Pusat Inspeksi Disiplin, dan lebih dari 8.900 orang kader tingkat departemen yang ditangkap karena berbagai kasus korupsi dan pelanggaran disiplin. Jumlahnya mungkin mencapai jutaan orang jika termasuk pejabat di tingkat wakil biro.
Dapat dikatakan bahwa Wang Qishan memainkan peran penting bagi Xi dalam memegang kekuasaan. Konon sebelum Kongres Nasional ke-19, Wang Qishan telah mewawancarai Zeng Qinghong (tangan kanan almarhum Presiden Jiang Zemin, pemimpin generasi ketiga di RRT setelah Mao Zedong dan Deng Xiaoping: Wikipedia), yang membuat takut keluarga Zeng.
Pada akhirnya, terdengar kabar bahwa Xi Jinping melepas kedudukan Wang Qishan karena membuat kesepakatan dengan faksi Jiang. Oleh karena itu, jika Wang Qishan sekarang difitnah orang, adalah hal yang bisa diduga sebelumnya, dan sama sekali tidak aneh.
Guo Jun menyatakan bahwa Wang Qishan dan Xi Jinping tidak memiliki banyak kontradiksi dalam pemikiran politik mereka, meskipun konflik kecil dalam hal pemikiran strategis dasar pasti ada saja. Dikatakan bahwa konsep berpikir seseorang dapat dilihat dari dengan siapa saja yang bersangkutan bergaul.
Jika kita lihat teman-teman pergaulan Wang Qishan adalah orang-orang seperti Ren Zhiqiang, Wang Shi, Vanke, Hu Shuli, dan rekan-rekan dari grup Harmonation, maka kita bisa menilai bahwa Wang Qishan adalah orang dengan konsep pemikiran yang relatif modern dan berwawasan internasional.
Pada tahun 1980-an Wang Qishan pergi ke Beijing bekerja di Pusat Pembangunan Pedesaan Dewan Negara dan banyak berinteraksi dengan orang-orang dari Institut Reformasi Ekonomi. Belakangan, ia mendapat dukungan dari Zhu Rongji.
Sejak itu, karirnya melejit, sehingga tidak menutup kemungkinan gagasan dasarnya terpengaruh oleh pemikiran Zhu Rongji (seorang negarawan RRT yang menjabat sebagai ketua Partai dan Wali kota di Shanghai antara 1987 dan 1991, sebelum menjabat sebagai gubernur Bank Rakyat Tiongkok antara tahun 1993 dan 1995, dan kemudian Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok ke-5 antara tahun 1998 dan 2003: Wikipedia), gagasan dari Institut Reformasi Fisik, dan bahkan Institut Reformasi Struktural Politik.
Inti dari reformasi dan keterbukaan di RRT adalah Komisi Restrukturisasi, namun lembaga pemikir yang paling penting adalah Institut Restrukturisasi. Inti dari semua reformasi adalah satu, bagaimana melakukan transisi dari perekonomian terencana ke perekonomian pasar. Dua, bagaimana melakukan transisi dari perekonomian yang didominasi sistem oleh perusahaan-perusahaan milik negara ke sistem ekonomi campuran. Tiga, bagaimana menutup pintu RRT dari perekonomian autarki kemudian bertransisi dari sistem perekonomian swasembada dan perdagangan terbatas ke sistem perekonomian terbuka. Ketiga transisi ini adalah inti dari reformasi dan keterbukaan ekonomi Tiongkok.
Guo Jun mengatakan bahwa dalam lima tahun terakhir, pemikiran Xi Jinping dalam mengatur negara sangat berlawanan dengan pemikiran mengenai tiga isu inti reformasi di atas. Oleh karena itu, jika dikatakan bahwa tidak ada selisih pemahaman antara Xi dan Wang itu tidak mungkin.
Selain itu, misalnya, Ren Zhiqiang yang sudah akrab dengan Wang Qishan sejak di sekolah menengah. Namun saat Ren Zhiqiang dijatuhi hukuman 18 tahun penjara, Wang Qishan ternyata tidak berdaya untuk menolongnya. Apakah mungkin Wang Qishan tidak menaruh peduli terhadapnya, atau Wang sudah tidak berdaya lantaran sudah ditinggalkan dan diabaikan secara politik oleh Xi Jinping, saya tidak berani menilainya, tetapi penulis selalu merasa bahwa seharusnya yang terakhir, yaitu dia telah ditinggalkan oleh Xi Jinping.
Namun mengingat Wang Qishan yang cerdik, berpengalaman dengan rencana yang luas jangkauannya, dia mungkin tidak bersedia mengungkapkan ketidakpuasannya di depan umum. Namun politik adalah tentang mempermainkan rasa takut. Selama Xi Jinping takut bahwa Wang akan menimbulkan kerugian, begitu muncul kecurigaan tersebut maka Wang akan tertimpa masalah.
Xi Mengalami Discredit dari Pejabat Senior Lewat Upacara Peringatan Jasa Mendiang Wu Bangguo
Chen Pokong menyatakan bahwa hal yang menarik dalam upacara peringatan jasa mendiang Wu Bangguo adalah, pertama, PM Li Qiang tidak berada dalam barisan tujuh anggota Komite Tetap. Wu Bangguo pernah menjabat sebagai pemimpin tingkat nomor dua di PKT. Saat itu, Jiang Zemin bersikeras untuk memasukkannya ke posisi nomor dua. Orang nomor satu di PKT biasanya adalah sekretaris jenderal dan orang nomor dua adalah perdana menteri.
Namun, pada masa jabatan itu, Wu Bangguo, sebagai ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional, terjepit di antara Hu Jintao dan Wen Jiabao, Jiang Zemin-lah yang bersikeras memisahkan Hu dan Wen demi mengurangi kekuasaan Wen Jiabao dan memperkuat kekuasaannya sendiri.
Ketika upacara peringatan jasa orang tingkatan nomor dua di PKT diadakan, selain ketujuh orang anggota Komite Tetap wajib hadir, bahkan Wakil Presiden, para tetua dan sesepuh politik pun harus hadir. Namun, kali ini terlihat jelas bahwa para tetua politik semuanya tidak hadir.
Reputasi Wu Bangguo merosot drastis setelah berita kematiannya, dikabarkan bahwa keluarganya sangat korup. Kakak dan adik laki-laki, putra, putrinya semua adalah pejabat korup dengan kekayaan bersih yang mencapai puluhan miliar RMB.
Oleh karena Wen Jiabao dan Li Ruihuan sudah dipastikan tidak menghadiri upacara tersebut, maka para tetua politik lainnya juga ikut menghindar. Bahkan anggota senior dari faksi Jiang pun merasa tidak nyaman untuk hadir, karena selain dapat menonjolkan faksi juga menimbulkan rasa canggung.
Selain itu Chen Pokong mengatakan, bahwa sebagai orang nomor dua Li Qiang semestinya dapat meluangkan waktu sedikit untuk menghadiri upacara perpisahan dan menunda kunjungannya ke Vietnam. Namun tampaknya PM Li Qiang tidak peduli. Hal ini menunjukkan bahwa baik para tetua politik, sesepuh partai maupun Li Qiang kurang menghargai formalitas upacara tersebut.
Hal penting lainnya yang cukup menarik perhatian adalah bahwa terjadi fenomena yang mendiskreditkan Xi Jinping saat ia melayat jenazah Wu Bangguo. Sebelumnya akibat para netizen Tiongkok suka menyamakan tokoh kartun Winnie the Pooh dengan Xi Jinping, sehingga Winnie the Pooh selain diblokir juga diperiksa di dalam dan di luar secara ketat oleh petugas yang berwenang. Terutama saat Xi Jinping sedang melakukan kegiatan, jangan harap ada gambar atau pun boneka Winnie the Pooh yang muncul.
Namun. ketika Xi Jinping berjabat tangan dengan Nyonya Wu Bangguo, di karangan bunga persis di samping Xi berdiri terdapat nama Winnie, yang diduga merupakan nama dari seseorang yang mungkin setingkat cucu Wu. Ini menjadi sebuah ironi yang menggugah pikiran, karena tak satu pun personel keamanan Xi yang melihat. Tapi kalau pun terlihat, mau diapakan? Serba salah!
Chen Pokong menyatakan, dilihat dari fenomena yang muncul dalam upacara perpisahan terhadap mendiang Wu Bangguo, tampaknya pendekatan sayap kiri ekstrem yang diidamkan oleh Xi Jinping telah mengalami kegagalan total. Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok selain tidak mempromosikan garis Xi, malahan mempromosikan garis Deng (Xiaoping).
Sebelum Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, Xi dijunjung dan Deng ditekan, setelah itu Deng yang dipromosikan untuk menekan Xi. Xi Jinping yang sempat “menghilang” selama beberapa saat kini harus menemui kenyataan bahwa kekuatannya di militer telah menurun. Banyak orang mulai berhati-hati dalam berpihak, ditambah lagi dengan sinyal yang dikirim keluar dari 2 orang sesepuh partai yakni Wen Jiabao dan Li Ruihuan yang duduk mengapit Xi Jinping saat resepsi Hari Nasional.
Seperti dalam waktu dekat akan ada penyesuaian situasi politik. Jadi semua orang ingin mengamankan diri dengan menarik garis yang jelas terhadap Wu Bangguo. Sesungguhnya banyak informasi yang kita dapatkan dari upacara perpisahan seorang tetua PKT ini.
Akankah Situasi Politik Bergeser ke Kanan Setelah Pengerdilan Kekuasaan Xi?
Li Jun menyatakan bahwa akhir-akhir ini PM Li Qiang relatif lebih menonjol daripada Xi Jinping. Ia mengunjungi Vietnam dari 12 hingga 14 Oktober. CCTV (stasiun TV pemerintah RRT) terus melaporkan bahwa ia bertemu dengan Perdana Menteri dan Ketua Majelis Nasional, Bahkan bertemu dengan Sekjen Partai Komunis Vietnam Su Lin, dan sempat berdiskusi secara mendalam mengenai masalah pentingnya untuk mempertahankan komunikasi dan kunjungan antara pimpinan kedua partai.
Dari sini terlihat bahwa Li Qiang cukup menjadi pusat perhatian. Di sisi lain, pada 11 Oktober, Partai Komunis Tiongkok mengadakan pertemuan untuk memperingati 70 tahun berdirinya Asosiasi Persahabatan dengan Negara Asing.
Sebelumnya, Hu Jintao dan Xi Jinping secara pribadi menghadiri peringatan tersebut. Namun kali ini, Xi Jinping tidak hadir dan justru Wakil Pimpinan Han Zheng yang ditunjuk hadir. Di waktu-waktu sebelumnya, Xi Jinping selalu turun tangan sendiri untuk memimpin, memerintahkan dan mengerahkan segala sesuatunya, namun kini hal itu sudah tidak tampak.
Chen Pokong menyatakan bahwa saat ini situasi sudah di luar kendali orang, Xi Jinping yang awalnya ingin merealisasikan kehendaknya pada Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral PKT, tetapi beberapa “banting setir” terpaksa harus dilakukan.
Salah satunya, setelah Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20, di bawah tekanan “revolusi kertas putih”, Li Qiang mengatakan bahwa dirinya sudah tidak berdaya lagi untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi, sehingga mengusulkan pelonggaran terhadap kebijakan pencegahan epidemi yang ketat.
Akibatnya kebijakan itu ditinggalkan begitu saja oleh Xi secara tiba-tiba dalam keadaan tanpa peringatan, tanpa persiapan obat-obatan, dokter, dan rumah sakit, sehingga terjadi banyak kematian.
Kali ini pun sama, awalnya Xi ingin mengabaikan penderitaan masyarakat karena buruknya perekonomian Tiongkok dan tidak bersedia memberikan uang kepada rakyat. Dia bahkan meminta Li Qiang untuk memberitakan bahwa karena perekonomian Tiongkok sedang melemah parah sehingga pemerintah perlu melakukan konsolidasi demi memperkuat fondasi. Tetapi saat ini Xi malahan “banting setir” untuk merangsang perekonomian dengan mengucurkan dana besar ke pasar, ingin harga saham cepat naik.
Apakah perubahan tajam ini dimaksudkan untuk meniru Wen Jiabao belasan tahun silam dalam menolong perekonomian kemudian mengguyurkan dana talangan sebesar 4 triliun yuan?
Sejak mendapat tempat duduk di samping Xi Jinping pada resepsi Hari Nasional tahun ini, wajah Wen Jiabao tampak jauh lebih cerah ketimbang waktu-waktu sebelumnya, dia tampak lebih bersemangat, mengobrol, tertawa.
Sedangkan Xi Jinping yang dulunya bermusuhan dengan Wen Jiabao juga menampakkan dirinya seakan-akan tidak pernah bermasalah dengan Wen.
Dulu, saat Wen Jiabao menghadiri acara-acara partai, Xi bahkan tidak menyebut namanya. Tetapi kali ini tidak hanya namanya saja yang disebutkan, penempatan kursi duduknya pun berbeda, sudah diperlakukan sebagai tamu kehormatan.
Dalam situasi seperti ini, Xi Jinping mungkin terdesak untuk “membanting setir” demi terjadinya perubahan ekonomi, namun kecil kemungkinannya Xi akan dibiarkan untuk melakukan perubahan secara politik.
Harus dikatakan bahwa setelah Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral, kekuasaan Xi Jinping mulai melemah dan sekarang mungkin saja sudah tidak bisa lagi “semau gue” dalam mengambil keputusan, bukan lagi dia sendiri yang bisa “mengetuk palu”.
Mungkin pendapat pemimpin lain lagi yang perlu didengar, semoga saja sistem kepemimpinan kolektif serta sistem masa jabatan kepemimpinan sampai batas tertentu dapat dipulihkan kembali.
Chen Pokong mengatakan bahwa konon setelah Wang Xiaohong menyeberang ke kubu Zhang Youxia dan bekerja sama dengan Zhang untuk membebaskan tahanan rumah bagi tetua politik, sikap Wang Xiaohong saat ini mungkin adalah bersedia melakukan tugas yang lain asal tidak menjadikan tetua politik sebagai tahanan rumah, karena ia tidak mau disalahkan. Sejak dia menolak melakukan tugas ini, para tetua politik memiliki hak tertentu untuk ikut menentukan arah politik Tiongkok di masa mendatang.
Jadi beginilah pola yang terjadi sekarang, yang tidak lagi dapat dikendalikan oleh seorang Xi Jinping. Itulah sebabnya saya katakan bahwa Wang Qishan tidak akan ditangkap, Xi Jinping tidak bisa lagi mengambil keputusan sendirian.
Jika Wang Qishan adalah faksi anti-Xi atau reformis, coba bayangkan beberapa orang masih akan mendukungnya. Jadi dalam kasus ini, saya pikir Wang Qishan cuma terancam tetapi tidak membahayakan.
Shi Shan, editor senior dan kepala penulis The Epoch Times menyatakan bahwa tampaknya situasi di Beijing saat ini cukup sensitif. Masa sensitif ini mengartikan bahwa rezim PKT sedang berada pada satu titik keseimbangan yang jika sewaktu-waktu terjadi suatu hal kecil saja yang membuat keseimbangan terganggu, maka sebuah perubahan besar bisa terjadi.
Terutama dalam sistem pemerintahan yang otokratis, akibat pemimpin memiliki kekuasaan yang tak terbatas, tidak transparan, dan tidak terbuka, maka lebih besar kemungkinan terjadinya perubahan mendadak. (sin/whs)