Korea Utara Uji Coba Rudal Balistik Antarbenua, Analisis: Tiongkok Berada di Balik Layar

Kurang dari seminggu menjelang pemilihan presiden AS, pada Kamis (31 Oktober), Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik antarbenua untuk pertama kalinya dalam hampir setahun, sementara AS dan Korea Selatan melakukan latihan udara bersama pada hari yang sama

ETIndonesia. Pada Kamis 31 Oktober, Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua, menunjukkan kemampuannya untuk menyerang daratan AS dengan senjata nuklir.

“Rudal ini terbang selama sekitar 86 menit dan diperkirakan jatuh sekitar 200 kilometer barat Pulau Oshima, di luar zona ekonomi eksklusif Jepang,” kata Menteri Pertahanan Jepang, Yasukazu Hamada.  

Komentator politik, Tang Jingyuan, mengatakan bahwa tujuan peluncuran rudal oleh Korea Utara adalah untuk mempertahankan diri dan berharap AS dan Korea Selatan tidak menyerang Korea Utara saat mereka mendukung Rusia.

Tang Jingyuan menambahkan, “Meskipun terlihat seperti provokasi, sebenarnya niatnya lebih kepada mempertahankan diri. Korea Utara ingin menunjukkan kekuatan melalui peluncuran rudal, memberi sinyal kepada Korea Selatan bahwa mereka juga bukan lawan yang mudah.”

Yao Cheng, mantan staf perwira di Komando Angkatan Laut Tiongkok, menjelaskan bahwa rudal antarbenua Korea Utara tidak dapat diandalkan sebelum 2022, tetapi sejak bekerja sama dengan Rusia, teknologi rudalnya telah berkembang pesat.

Dia menyatakan bahwa peluncuran rudal antarbenua secara berturut-turut oleh Tiongkok, Rusia, dan Korea Utara menjelang pemilihan AS adalah bagian dari strategi Tiongkok untuk menakut-nakuti publik AS agar tidak menghalangi agresi Tiongkok terhadap Taiwan, serta mempengaruhi hasil pemilihan tersebut.

“Tiongkok sangat memperhatikan pemilihan ini, dengan latihan bersama angkatan roket, helikopter bersenjata, dan kapal perang. Mereka sedang menunggu perubahan dalam pemilihan AS, sementara perang Rusia-Ukraina dan konflik di Timur Tengah terus berlanjut, sehingga AS tidak memiliki kekuatan untuk terlibat dalam konflik di Selat Taiwan, yang memungkinkan Tiongkok mengambil alih Taiwan,” kat Yao Cheng.

Pejabat AS juga mengkonfirmasi pada Kamis bahwa Tiongkok sepenuhnya mendukung industri militer Rusia dan tidak ingin perang Rusia-Ukraina segera berakhir.

Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood, mengatakan, “Dukungan Tiongkok sangat menentukan. Dukungan Tiongkok sedang memperpanjang perang.”

Angkatan Udara AS dan Korea Selatan pada  Kamis menggelar latihan udara bersama sebagai tanggapan terhadap peluncuran rudal oleh Korea Utara. (Jhon)

Sumber : NTDTV.com