Jepang dan Uni Eropa meluncurkan kemitraan keamanan baru di tengah meningkatnya agresi dari Rusia, Korea Utara, dan Partai Komunis Tiongkok.
ETIndonesia. Jepang dan Uni Eropa meluncurkan kemitraan keamanan baru untuk meletakkan dasar kerja sama lebih erat dalam berbagai isu pertahanan dan keamanan.
Kemitraan ini adalah yang pertama dari jenisnya antara Uni Eropa dan negara Indo-Pasifik, menurut Menteri Luar Negeri Jepang Takeshi Iwaya dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, yang mengumumkan kesepakatan tersebut pada 1 November 2024.
“Hari ini, kita membuka babak baru dalam hubungan kita. Babak baru ini bukan tentang perdagangan atau ekonomi, melainkan tentang keamanan dan pertahanan,” ujar Borrell kepada wartawan di Tokyo.
“Kerangka politik ini memperdalam kemampuan kita untuk bersama-sama menghadapi ancaman yang muncul dan berupaya menuju masa depan di mana nilai-nilai kita tentang demokrasi, hak asasi manusia, dan tatanan internasional berbasis aturan terus memandu jalan.”
Kemitraan baru ini mencakup pedoman untuk kerja sama dalam keamanan maritim, keamanan ruang angkasa dan pertahanan, isu siber, disinformasi asing, pemberantasan terorisme, non-proliferasi dan perlucutan senjata, inisiatif industri pertahanan, serta partisipasi Jepang dalam misi-misi Uni Eropa.
Kemitraan ini juga menetapkan dialog strategis tahunan Jepang-Uni Eropa di tingkat menteri luar negeri, meningkatkan konsultasi informal yang ada menjadi dialog resmi tahunan, dan mengembangkan dialog baru di bidang-bidang kepentingan bersama termasuk penilaian ancaman di kawasan Indo-Pasifik.
“Keamanan tidak lagi terbatas pada topik-topik militer dan pertahanan tradisional, tetapi mencakup berbagai dimensi yang semakin luas dan saling terkait, seperti ancaman siber dan hibrida, keamanan maritim dan ruang angkasa, serta keamanan ekonomi,” demikian bunyi dokumen tersebut.
Kedua pihak juga akan mempertimbangkan kemungkinan perjanjian berbagi intelijen, mempromosikan pertukaran informasi industri pertahanan, dan bekerja sama dalam upaya perlucutan senjata nuklir.
Yang patut dicatat, kemitraan baru yang luas ini mencakup komitmen untuk melakukan latihan militer bersama dan muncul di tengah meningkatnya ketegangan dengan Tiongkok, Korea Utara, dan Rusia.
Tiongkok, Korea Utara, dan Rusia semuanya telah melakukan manuver agresif di sekitar Jepang dalam beberapa tahun terakhir, karena hubungan antara negara-negara tersebut dan Amerika Serikat semakin memburuk.
Korea Utara menguji coba rudal balistik minggu lalu, ini adalah peluncuran rudal balistik terbaru dalam deretan provokasi regional selama beberapa dekade.
Sementara itu, Tiongkok juga meluncurkan rudal di atas Taiwan dan ke perairan ekonomi eksklusif Jepang, meskipun rudal tersebut jatuh sebelum mencapai wilayah daratan Jepang.
Sedangkan pesawat Rusia, melanggar wilayah udara teritorial Jepang sebanyak tiga kali bulan lalu, yang menyebabkan pasukan Jepang menembakkan suar terhadap penyusup udara untuk pertama kalinya.
Korea Utara juga mulai mengirimkan ribuan pasukan ke Rusia, meningkatkan kekhawatiran tentang kerja sama militer lebih konkret antara negara-negara otoriter di kawasan tersebut.
Oleh karena itu, semakin berkembang keyakinan di antara para pemimpin Uni Eropa dan Jepang bahwa keamanan di kedua wilayah tersebut saling terkait dan bahwa kegagalan untuk menghentikan agresi Rusia terhadap Ukraina dapat mendorong agresi lebih lanjut dari Tiongkok dan Korea Utara di Indo-Pasifik.
Untuk itu, kedua pemimpin tersebut mengungkapkan “keprihatinan yang mendalam” tentang kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia. Mereka menyarankan bahwa peningkatan kemitraan strategis antara Eropa dan Indo-Pasifik diperlukan untuk menjaga keamanan di kedua wilayah.
“Kita hidup di dunia yang sangat berbahaya. Kita hidup di dunia yang penuh persaingan, bencana iklim, dan ancaman perang,” kata Borrell.
“Dan hanya ada satu penangkal untuk dunia yang menantang ini, yaitu kemitraan di antara para sahabat.”
Borrell melakukan tur ke Asia Timur dan menggelar dialog strategis dengan Korea Selatan akhir pekan ini, yang mana menegaskan keterlibatan Uni Eropa dengan kawasan tersebut.
Sumber : The Epoch Times