EtIndonesia. Times of Israel melaporkan bahwa wilayah utara Israel mengalami serangan intensif dengan lebih dari 130 roket ditembakkan dari arah Lebanon dalam kurun waktu 24 jam terakhir. Serangan masif ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan, dengan tentara Israel kini tengah menyelidiki apa yang menyebabkan kegagalan sistem pencegahan pertahanan udara mereka.
Di sisi lain, Tiongkok, yang merupakan sekutu penting Iran, justru dianggap bersikap pasif dalam situasi ini. Sikap ini memicu kekhawatiran di kalangan akademisi dan pejabat Iran yang merasa bahwa mereka tidak bisa sepenuhnya mengandalkan dukungan Tiongkok dalam menghadapi tekanan dari Barat, terutama dalam menghadapi ancaman militer dari Israel dan Amerika Serikat.
Elon Musk Dukung Trump, Spekulasi Deportasi Beredar di AS
Sementara itu, di Amerika Serikat, pengusaha teknologi Elon Musk secara terbuka menyatakan dukungannya untuk mantan Presiden Donald Trump. Pernyataan ini memicu perdebatan luas di media tentang apakah dukungan tersebut bisa berimplikasi lebih jauh, hingga munculnya spekulasi bahwa Musk mungkin berpotensi dideportasi.
Hizbullah Klaim Serangan Drone dan Rudal ke Israel
Pada 2 November 2024, kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon mengklaim telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel menggunakan rudal dan drone yang membawa bahan peledak. Fasilitas militer dan intelijen di wilayah utara serta tengah Israel dilaporkan menjadi target serangan ini. Militer Israel menyebutkan bahwa beberapa drone dari Lebanon telah memasuki wilayah udara Israel. Salah satu drone berhasil dicegat, tetapi beberapa sasaran masih tercapai dan jatuh di daerah sekitar.
Israel juga mendapat serangan dari total 10 drone yang berasal dari arah Lebanon, Irak, serta lokasi-lokasi yang tidak diketahui. Dari jumlah ini, tiga drone berhasil menembus sistem pencegatan dan menyebabkan kerusakan. Salah satu bangunan di Kota Tira terkena hantaman langsung, mengakibatkan 11 orang terluka akibat pecahan peluru dan kaca.
Iran Ancam AS dan Israel dengan Pembalasan “Hukuman”
Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran, memberikan ancaman terbuka terhadap Israel dan AS, menyebut bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi serius atas setiap serangan yang ditujukan kepada Iran dan sekutunya di kawasan. Beberapa pejabat tinggi Iran menyebutkan bahwa balasan ini mungkin akan dilakukan sebelum pemilihan presiden AS, sementara sumber lainnya mengindikasikan bahwa pembalasan bisa saja terjadi setelah pemungutan suara.
Di tengah meningkatnya ketegangan, Pentagon mengumumkan rencana untuk memperkuat keberadaan militernya di kawasan Timur Tengah dengan menambah kapal perusak rudal, pesawat tempur, dan pesawat pembom B-52. Langkah ini, menurut beberapa pengamat militer, bisa menjadi ancaman langsung bagi Iran, terutama jika sistem pertahanan udara mereka tidak mampu mencegah pembom B-52 dari Amerika Serikat untuk terbang di wilayah udara Iran.
Presiden Iran Desak Israel Akhiri Perang, Peringatan Soal Gencatan Senjata
Presiden Iran pada 3 November 2024 memberikan peringatan tegas kepada Israel untuk segera mengakhiri serangan dan menyetujui gencatan senjata. Iran berjanji akan melakukan penyesuaian dalam strategi serangan untuk meminimalkan korban dan kerusakan jika Israel bersedia menghentikan eskalasi.
Menurut laporan Axios, Zimmet, seorang peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional Israel, menyatakan bahwa jika Iran menggunakan kelompok milisi pro-Iran yang berbasis di Irak untuk melancarkan serangan, maka posisi Israel akan sulit dalam hal pembalasan. Target balasan yang potensial seperti fasilitas minyak dan nuklir Iran, berada di luar jangkauan, menjadikan situasi semakin rumit bagi Israel.
Tiongkok Dipandang Tidak Aktif dalam Konflik Timur Tengah, Iran Merasa Dieksploitasi
Di tengah ketegangan ini, peran Tiongkok dalam mendukung Iran mendapat sorotan. Meski Tiongkok membantu Iran untuk menghindari keruntuhan ekonomi akibat sanksi, banyak kalangan di Iran yang merasa bahwa Beijing lebih banyak memanfaatkan situasi ini demi keuntungan ekonomi mereka. Minyak Iran yang dijual dengan harga murah ke Tiongkok dianggap sebagai bentuk ketergantungan yang tidak sepenuhnya menguntungkan bagi Iran.