Jakarta — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) yang digelar pada 30 Oktober 2024 menegaskan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga, meskipun risiko geopolitik global dan melemahnya aktivitas ekonomi dunia terus meningkat. Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi, mengungkapkan dalam konferensi pers bahwa OJK terus memantau perkembangan ini secara seksama untuk memastikan ketahanan sektor keuangan.
“Stabilitas sektor keuangan Indonesia tetap kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Meskipun ekonomi global, terutama di beberapa negara utama, menunjukkan tanda-tanda perlambatan, perekonomian kita tetap didukung oleh inflasi yang terkendali dan surplus neraca perdagangan sejak Juli 2024,” ujar M. Ismail Riyadi.
Seiring perkembangan ekonomi AS yang lebih baik dari ekspektasi, kondisi di Eropa juga mulai membaik. Meski begitu, ketidakpastian tetap tinggi, terutama di tengah dinamika politik AS menjelang pemilu dan eskalasi konflik di Timur Tengah yang turut mempengaruhi harga komoditas global, termasuk kenaikan harga emas. Kondisi ini mendorong premi risiko yang lebih tinggi dan yield obligasi global yang meningkat, sehingga berdampak pada aliran modal keluar dari pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pasar Modal Menguat, Arus Modal Keluar Terjaga
Pada pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik sebesar 1,05% mtd pada akhir Oktober 2024 menjadi 7.606,60, mencatatkan kenaikan 4,59% secara ytd. Nilai kapitalisasi pasar juga naik 1,33% mtd atau 9,02% ytd, meskipun terjadi net sell sebesar Rp9,50 triliun oleh investor asing. Kenaikan tertinggi terjadi di sektor properti, real estate, dan teknologi.
“Kinerja pasar modal kita masih kuat, didukung oleh likuiditas yang memadai dengan rata-rata nilai transaksi harian yang stabil di angka Rp12,89 triliun ytd,” ungkap Ismail.
Pertumbuhan Perbankan Tetap Solid
Sektor perbankan pun menunjukkan ketahanan dengan pertumbuhan kredit yang mencapai 10,85% yoy pada September 2024, didorong oleh peningkatan Kredit Investasi sebesar 12,26%. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh 7,04% yoy, dengan profil risiko yang tetap terjaga, di mana rasio NPL berada di level rendah, yakni 2,21%. Kondisi likuiditas perbankan juga terjaga stabil dengan Liquidity Coverage Ratio (LCR) yang mencapai 222,64%.
Ismail menambahkan, “Profitabilitas perbankan tercermin dari Return on Assets (ROA) yang meningkat menjadi 2,73%, menandakan industri perbankan kita tetap resiliensi menghadapi ketidakpastian ekonomi global.”
Investasi di Bursa Karbon dan Tren Positif Penghimpunan Dana
Sejak peluncuran Bursa Karbon pada 26 September 2023, tercatat volume transaksi sebesar 614.454 tCO2e dengan nilai akumulasi mencapai Rp37,09 miliar. Bursa Karbon ini terus tumbuh dengan potensi besar, mengingat tingginya minat pasar domestik yang tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI).
Selain itu, tren positif juga terlihat dalam penghimpunan dana di pasar modal, di mana nilai Penawaran Umum tercatat mencapai Rp159,19 triliun hingga Oktober 2024, termasuk kontribusi dari 30 emiten baru.
“Ke depan, kita optimis terhadap potensi perkembangan Bursa Karbon dan sektor pasar modal kita, karena tingginya permintaan serta tingginya potensi unit karbon yang dapat ditawarkan,” kata Ismail Riyadi menutup keterangannya.