Trump Siap Ubah Peta Politik Global – Iran dan Rusia Siaga!

EtIndonesia. Sebelumnya pejabat dari Iran, negara-negara Arab, dan pihak Barat memprediksi bahwa Donald Trump, jika terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat, kemungkinan besar akan memperketat sanksi terhadap program nuklir Iran. Kebijakan tekanan maksimum terhadap industri minyak Iran, yang pernah diterapkan Trump, diperkirakan akan kembali diberlakukan. 

Publik internasional kini memperdebatkan apakah Trump yang telah memenangkan pemilu presiden AS dapat menangani isu-isu global yang paling mendesak, terutama dalam upayanya mengembalikan perdamaian di wilayah yang tengah memanas.

Dukungan Trump Terhadap Israel dan Konflik Timur Tengah

Salah satu tantangan besar yang akan dihadapi Trump adalah konflik yang terus berlangsung di Timur Tengah. Selama masa kampanye, Trump secara terbuka menyatakan dukungannya kepada Israel, terutama dalam menghadapi kelompok Hamas di Gaza. 

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada tanggal 6 memberikan ucapan selamat atas kemenangan Trump melalui media sosial. Dia menyebut kemenangan ini sebagai “kembalinya terbesar dalam sejarah,” dan mengungkapkan harapannya untuk kembali membangun aliansi kuat dengan AS demi menghadapi ancaman keamanan dari Iran.

Pernyataan ini sejalan dengan pandangan dari Partai Republik di Amerika Serikat. Menurut Pipko, juru bicara partai, Trump berharap perang di Timur Tengah segera berakhir, tetapi dia juga menginginkan kemenangan yang menentukan bagi Israel. 

Utusan urusan Muslim Trump pun menyatakan bahwa Trump berencana mempersiapkan dasar perundingan terkait kesepakatan nuklir dengan Iran bahkan sebelum dirinya resmi kembali ke Gedung Putih.

Gencatan Senjata Houthi dan Tindakan Iran di Perairan Internasional

Di lain pihak, kelompok Houthi yang mendapat dukungan Iran mengumumkan gencatan senjata dan menyatakan bahwa operasi mereka di perairan internasional dilakukan semata-mata untuk tujuan pertahanan. Meskipun demikian, video dari pihak Iran yang beredar di media menunjukkan janji untuk “menghancurkan Trump”.

Pada hari yang sama, Sekretaris Jenderal Hizbullah mengeluarkan pernyataan dari Iran, menyerukan serangan ke Israel. Hizbullah juga meluncurkan 150 roket ke wilayah Israel, dengan beberapa roket menghantam langsung kawasan Avvim di Galilea Barat, memicu kebakaran yang mengakibatkan sejumlah orang terluka.

Potensi Eskalasi Sanksi AS terhadap Iran

Diperkirakan bahwa Partai Republik AS akan meningkatkan tekanan terhadap Pemerintah Iran. Setelah serangan misil pada awal Oktober, Trump mendorong Netanyahu untuk mempertimbangkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. 

Dalam masa jabatan pertamanya, Trump telah berjanji untuk memindahkan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, dan setelah penandatanganan Abraham Accords oleh Uni Emirat Arab, Maroko, dan Bahrain pada tahun 2020, Trump diprediksi akan kembali mendorong negara-negara Arab lain untuk mengakui Israel secara resmi.

Menurut para analis, kebijakan luar negeri Trump terhadap Iran akan memberikan kebebasan lebih bagi Israel dalam merespons ancaman dari Hamas, Hizbullah, dan Iran. Langkah ini juga diyakini akan meningkatkan daya gentar AS dan Israel terhadap negara-negara musuh. Sementara itu, Trump diperkirakan akan mendorong lebih jauh upaya normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi, langkah yang juga tengah diperjuangkan oleh pemerintahan Biden.

Tanggapan Arab Saudi dan Ekspektasi Kenaikan Harga Minyak

Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, dengan cepat mengucapkan selamat kepada Trump, menyatakan harapannya untuk memperkuat hubungan antara AS dan Arab Saudi. 

Menurut laporan dari Voice of America, kemenangan Trump diprediksi akan membuat AS memberlakukan sanksi tambahan terhadap Iran yang dapat menurunkan ekspor minyak negara tersebut dan berpotensi menaikkan harga minyak global. Analis komoditas dari Commonwealth Bank of Australia, Dahl, memandang bahwa kemenangan Trump bisa berdampak langsung pada kenaikan harga minyak dunia.

Ukraina Luncurkan Serangan Drone ke Kapal Perang Rusia

Di sisi lain, situasi di Eropa Timur juga memanas. Pada tanggal 6 November 2024, Ukraina melancarkan serangan drone untuk pertama kalinya terhadap kapal perang Rusia di Laut Kaspia. Serangan ini merupakan bagian dari upaya serangan balasan Ukraina, yang berhasil menghantam kota pelabuhan Rusia, Kaspiisk, meski terletak ratusan mil dari garis depan pertempuran. Insiden ini menunjukkan kemampuan Ukraina untuk melakukan serangan jarak jauh yang semakin efektif, setelah sebelumnya Armada Laut Hitam Rusia mengalami kerusakan parah akibat serangan kapal tak berawak Ukraina.

Reaksi Rusia dan Sikap Berhati-hati Kremlin terhadap Kemenangan Trump

Kremlin melalui juru bicaranya, Dmitry Peskov, menyatakan kesiapan Rusia untuk membuka dialog dengan AS setelah Trump kembali ke Gedung Putih. Namun, dia juga menekankan bahwa AS merupakan pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam konflik melawan Rusia, menyebut AS sebagai “negara yang tidak bersahabat.” Meskipun banyak kepala negara memberikan ucapan selamat kepada Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin belum melakukannya. Saat ditanya oleh media, Peskov menyebut bahwa hubungan Rusia-AS sudah berada di titik terendah dalam sejarah, dan hampir tidak mungkin memburuk lebih jauh.

Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan bahwa Moskow akan terus mempertahankan kepentingan nasionalnya, tidak peduli siapa pun yang terpilih sebagai presiden AS. Rusia tetap berkomitmen melanjutkan operasi militer khususnya di Ukraina dan bersikeras bahwa syarat mereka tidak berubah. 

Salah satu syarat utama dari Putin adalah penarikan seluruh pasukan Ukraina dari wilayah yang dianggap sebagai kedaulatan Rusia, serta jaminan bahwa Ukraina tidak akan menjadi anggota NATO. Pemerintah Ukraina, di sisi lain, menolak syarat-syarat ini dan menyatakan akan terus berperang hingga semua wilayah mereka berhasil direbut kembali.

Kemenangan Trump membawa harapan bagi sekutunya dan tantangan bagi lawan politiknya di berbagai belahan dunia. Namun, berbagai ketegangan internasional yang sedang berlangsung menyoroti betapa kompleksnya dinamika global saat ini, dan dunia akan menyaksikan bagaimana Trump merancang kebijakan luar negerinya yang baru.