OJK Jawa Timur Paparkan Pertumbuhan Industri Keuangan dalam Menghadapi Tantangan Global 2025

Surabaya– Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Timur, bersama Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Kementerian Keuangan, dan Direktorat Pajak serta Perbendaharaan Provinsi Jawa Timur, menggelar Temu Media bertema “Sinergi Berkesinambungan untuk Menjaga Stabilitas dalam Menghadapi Tantangan Global Tahun 2025” pada Rabu, 6 November 2024. Acara ini menyoroti peran strategis OJK dan lembaga keuangan lainnya dalam memperkuat ekonomi daerah menghadapi tahun mendatang yang penuh tantangan global.

Kepala OJK Provinsi Jawa Timur, Yunita Linda Sari, memaparkan bahwa industri jasa keuangan Jawa Timur menunjukkan pertumbuhan positif sepanjang tahun 2024, meski tantangan ekonomi global terus meningkat.

Pertumbuhan Industri Perbankan dan Pasar Modal yang Solid

Yunita menyampaikan bahwa industri perbankan Jawa Timur menunjukkan kinerja kuat, dengan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp45,2 triliun atau tumbuh 6,10% secara tahunan (year-on-year/yoy) hingga September 2024. Di sisi penyaluran kredit, terjadi peningkatan sebesar Rp42,7 triliun atau 7,66% (yoy), sementara rasio kredit bermasalah (NPL) berhasil terkendali pada level 3,04%. Stabilitas permodalan pun terjaga, dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 30,27%.

Dalam sektor pasar modal, jumlah perusahaan asal Jawa Timur yang melakukan penawaran saham perdana (go public) terus meningkat. Hingga September 2024, terdapat 53 emiten dari provinsi ini dengan total dana terhimpun Rp13,74 triliun. Di bidang security crowdfunding, penerbit terus bertambah hingga mencapai 35 perusahaan dengan total penghimpunan dana Rp46,82 miliar, naik 35,06% dibanding tahun sebelumnya.

Pertumbuhan di Industri Asuransi, Pembiayaan, dan Inklusi Keuangan

Industri perasuransian juga mengalami peningkatan yang signifikan, dengan jumlah polis yang melonjak sebesar 180,32% (yoy) menjadi 3,9 juta polis hingga triwulan I 2024. Sementara itu, aset Dana Pensiun tumbuh 4,94% (yoy) menjadi Rp4,4 triliun per September 2024.

Di sektor pembiayaan, total pembiayaan tercatat meningkat sebesar 10,51% (yoy) menjadi Rp46,15 triliun per Agustus 2024, dengan Non-Performing Financing (NPF) gross yang tetap terkendali di angka 3,02%. Sektor fintech lending menunjukkan lonjakan outstanding pembiayaan sebesar Rp9,15 triliun atau tumbuh 41,95% (yoy). Yunita juga menambahkan bahwa pembiayaan oleh lembaga pegadaian swasta naik 27,01% menjadi Rp9,64 triliun pada periode yang sama.

Program Inklusi dan Literasi Keuangan untuk Masyarakat

OJK Jawa Timur juga berfokus pada peningkatan literasi dan inklusi keuangan melalui Program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN) yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas keuangan, sejalan dengan tema “Masyarakat Cerdas Keuangan Menuju Indonesia Emas.” Dalam upaya ini, sebanyak 640 kegiatan edukasi keuangan telah dilaksanakan di 38 kota/kabupaten Jawa Timur, menjangkau 162.934 peserta dari berbagai lapisan masyarakat.

Untuk meningkatkan akses keuangan di pedesaan, OJK telah menginisiasi Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) di beberapa lokasi, seperti Desa Dolokgede di Bojonegoro dan Desa Peger Kulon di Jember. Selain itu, Program Ekosistem Pondok Pesantren Inklusif Keuangan Syariah (EPIKS) juga diluncurkan di beberapa pesantren, termasuk di Darul Ulum, Jombang, guna memperluas akses keuangan syariah dan jaminan sosial ketenagakerjaan di lingkungan pesantren.

Selama Bulan Inklusi Keuangan Oktober 2024, Jatim Inclusion Festival yang diadakan di Surabaya berhasil menarik 2.962 pengunjung, dengan pembukaan 1.888 rekening baru dan nilai transaksi sebesar Rp5,01 miliar.

Sinergi Antar Lembaga untuk Penguatan Ekonomi Daerah

OJK Jawa Timur juga menyusun kajian pengembangan ekonomi daerah yang dituangkan dalam program Kredit/Pembiayaan TUNAS (Tangguh, Unggul, dan Berkelanjutan) untuk mendorong sektor pertanian di Jawa Timur. Yunita menekankan bahwa sinergi lintas lembaga merupakan kunci dalam menjaga stabilitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Jawa Timur.

“Sinergi antar pemangku kepentingan sangat penting untuk membangun perekonomian yang inklusif di daerah pedesaan dan memperkuat industri jasa keuangan Jawa Timur di tengah tantangan global,” tegas Yunita.