EtIndonesia. Ketegangan antara Ukraina dan Rusia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya serangan udara yang dilancarkan oleh Ukraina menggunakan senjata jarak jauh dari Barat. Konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun ini menunjukkan dinamika baru dengan eskalasi serangan yang lebih intens dan melibatkan teknologi militer canggih.
Serangan Rudal ATACMS dan Drone ke Kursk dan Lipetsk
Pada malam 23 November 2024, pasukan Ukraina melancarkan serangan udara besar-besaran dengan menggunakan 10 rudal jarak jauh ATACMS ke wilayah Kursk dan Lipetsk di daratan Rusia. Selain itu, serangan didukung oleh penggunaan drone yang terus-menerus menyerang kedua wilayah tersebut. Sistem pertahanan udara Rusia bekerja sepanjang malam untuk menembak jatuh rudal dan drone yang masuk.
Gubernur Kursk melaporkan bahwa pasukan pertahanan udara berhasil menembak jatuh 27 drone dan beberapa rudal. Meskipun demikian, puing-puing rudal dan drone tetap menyebabkan kerusakan signifikan pada fasilitas darat di kedua wilayah tersebut. Rusia akhirnya mengakui bahwa wilayah Kursk dan Lipetsk telah diserang, dengan beberapa ledakan dan kobaran api yang menghanguskan kawasan tersebut.
Penghancuran Infrastruktur Transportasi Rusia di Kursk
Sekitar 22 November 2024, Angkatan Udara Ukraina melakukan serangan presisi terhadap jalur transportasi Rusia di Kursk menggunakan bom berpemandu GBU-39 buatan Amerika Serikat. Serangan ini berhasil menghancurkan jembatan penyeberangan sungai sementara yang digunakan untuk logistik militer Rusia. Ledakan yang dihasilkan menciptakan asap pekat yang membentuk awan jamur di atas sungai, menandakan kerusakan parah pada infrastruktur penting milik Rusia.
Sejak memasuki wilayah Kursk, pasukan Ukraina telah menghancurkan beberapa jembatan di dekat Sungai Seim. Upaya Rusia untuk membangun jembatan tambahan sering kali tergagalkan karena serangan terus-menerus dari Ukraina, menyebabkan jalur suplai militer Rusia kembali terputus.
Penghancuran Sistem Pertahanan Udara S-400 Rusia
Pada 24 November 2024, pasukan Ukraina mengumumkan keberhasilan mereka dalam menghancurkan sistem pertahanan udara S-400 milik Rusia di Kursk. Kepala Staf Umum Ukraina menyatakan bahwa operasi ini memanfaatkan kombinasi rudal dan drone untuk menyerang sistem pertahanan udara S-400 dari Pasukan Pertahanan Udara Ke-1490 Rusia, yang merupakan bagian dari Divisi Pertahanan Udara Keenam Rusia dan dianggap sebagai pasukan elit. Bagian radar dari sistem tersebut berhasil dihancurkan sepenuhnya, mengurangi kemampuan pertahanan udara Rusia di wilayah tersebut. Serangan ini menunjukkan pergeseran kendali udara yang semakin condong ke pihak Ukraina, sementara kekuatan serangan balik Rusia di medan perang darat semakin melemah.
Penurunan Kekuatan Mekanis Rusia dan Efektivitas Pertahanan Ukraina
Dalam beberapa hari terakhir, kekuatan serangan mekanisasi Rusia di Kursk mengalami penurunan tajam. Penggunaan tank dan kendaraan armor menurun drastis, dengan pasukan Rusia lebih mengandalkan kendaraan off-road dan motor untuk menyerang. Kerugian besar pada peralatan armor Rusia tercermin dari statistik yang menunjukkan bahwa pasukan Rusia di wilayah Kursk telah kehilangan lebih dari 100 unit kendaraan armor dalam beberapa hari terakhir. Meskipun Rusia berusaha melancarkan serangan pasukan armor, skala dan frekuensinya tidak seintensif sebelumnya.
Dalam tiga hari terakhir, Ukraina berhasil menangkis tiga serangan mekanisasi Rusia, dengan Brigad Marinir ke-36 Ukraina menangkis serangan mendadak kendaraan off-road Rusia dan Pasukan Khusus Resimen ke-8 Ukraina melakukan serangan balik yang berhasil membersihkan sepuluh tentara Rusia serta menangkap tiga orang.
Serangan Presisi Menewaskan Letnan Jenderal Rusia
Pada 20 November 2024, pasukan Ukraina menggunakan 12 rudal Storm Shadow untuk menyerang sebuah markas komando bawah tanah di wilayah Kursk, Rusia. Serangan ini menyebabkan 18 orang tewas dan 33 luka-luka, termasuk Letnan Jenderal Valerii Solodkuchuk, Wakil Komandan Utama Divisi Militer Leningrad Rusia. Kematian Jenderal Solodkuchuk, seorang komandan berpengalaman yang pernah memimpin berbagai divisi militer penting, menambah daftar panjang kerugian Rusia yang mencakup 14 jenderal gugur dan lebih dari 5.100 komandan yang tewas atau luka parah sejak pecahnya perang. Selain itu, beberapa komandan senior Rusia telah ditangkap atau diberhentikan karena melebih-lebihkan hasil perang dan menyembunyikan kondisi sebenarnya di medan perang, menimbulkan kekacauan dalam sistem komando Rusia.
Serangan Rudal Balistik Rusia dan Dampaknya
Pada 22 November 2024, Rusia meluncurkan serangan rudal besar-besaran ke Kota Tineberro, Ukraina, menggunakan berbagai jenis rudal jelajah dan rudal balistik, termasuk kemungkinan penggunaan rudal balistik jarak menengah RS-26 dari wilayah Astrakhan, Rusia. Meskipun serangan ini tidak menyebabkan korban jiwa besar, hal ini menimbulkan kekhawatiran internasional mengenai eskalasi konflik dan potensi penggunaan senjata nuklir. Menteri Luar Negeri Rusia, Lavrov, dalam KTT G20 menegaskan bahwa Rusia tidak berniat menggunakan senjata nuklir dalam konflik ini, namun tindakan peluncuran rudal balistik tetap meningkatkan ketegangan global.
Kehadiran Militer Korea Utara di Ukraina?
Laporan terbaru mengindikasikan kemungkinan keberadaan tentara Korea Utara di medan perang Ukraina. Meskipun pihak resmi Ukraina menyangkal klaim ini, analis mempertimbangkan adanya kerja sama militer mendalam antara Rusia dan Korea Utara. Sejak Maret 2024, Rusia telah mengirim lebih dari 1 juta barel minyak ke Korea Utara sebagai imbalan dukungan senjata dan personel militer, meningkatkan kekhawatiran internasional terhadap peran Korea Utara dalam konflik ini. Lembaga netral Inggris melalui citra satelit mengonfirmasi setidaknya 43 kali pengiriman kapal pesiar antara Rusia dan Korea Utara untuk mengangkut material, termasuk rudal pertahanan udara.
Dukungan Militer Amerika Serikat kepada Ukraina Meningkat
Masa jabatan Presiden Biden yang mendekati akhir, dukungan militer Amerika Serikat kepada Ukraina terus meningkat. Pemerintah AS kemungkinan akan segera menyerahkan rudal JASSM ke Ukraina, yang memiliki jangkauan hingga 900 kilometer dan sangat sulit untuk dicegat. Selain itu, Amerika Serikat mempertimbangkan pemberian jaminan keamanan bilateral yang lebih besar kepada Ukraina, meskipun rencana undangan resmi ke NATO telah dibatalkan. Dukungan ini sejalan dengan janji AS untuk memberikan setidaknya 7,1 miliar dolar dalam bentuk peralatan militer sebelum 20 Januari 2025, serta pertimbangan serius terhadap kemungkinan Ukraina bergabung dengan NATO di masa depan.
Pemadaman Listrik di Moskow Diduga Serangan Drone Ukraina
Pada malam 24 November 2024, Moskow, ibu kota Rusia, mengalami pemadaman listrik besar-besaran yang menyebabkan kegelapan total dan pemutusan pasokan air di beberapa wilayah, terutama di Komnarka. Warga setempat menyatakan ketidakpuasan yang kuat terhadap pemadaman mendadak ini, terutama di tengah cuaca dingin di bawah nol derajat. Media Rusia menyebutkan kemungkinan serangan drone Ukraina sebagai penyebab pemadaman, meskipun pihak Ukraina belum mengonfirmasi hal tersebut. Selain itu, wilayah Rostov mengalami kebakaran besar di sebuah pembangkit listrik pada malam yang sama, dengan beberapa ledakan terdengar di langit malam. Penyebab kebakaran masih belum dipastikan, namun wilayah Rostov telah mengalami setidaknya tiga kali serangan besar-besaran dari Ukraina sejak November.
Serangan Rudal dan Drone di Wilayah Lain
Selain Kursk dan Lipetsk, wilayah Belgorod, Orel, Karuga, Voronezh, dan Bryansk juga telah mengaktifkan alarm pertahanan udara sebagai respons terhadap serangan drone Ukraina yang terus-menerus. Sistem pertahanan udara Rusia terus merespons serangan ini, namun kerugian spesifik masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut. Di medan perang Ukraina, pasukan Rusia berhasil menembus arah Andreevka dan menyeberangi Kanal Donbas, namun Brigade Utama ke-93 Ukraina berhasil menghentikan serangan lebih lanjut. Pertempuran di Andreevka, yang merupakan titik dukungan penting bagi garis pertahanan Bakhmut, masih berlangsung hebat dengan kedua belah pihak bertempur sengit.
Keterlibatan Korea Utara dan Implikasi Internasional
Keberadaan tentara Korea Utara di Ukraina, meskipun belum dikonfirmasi secara resmi, menimbulkan kekhawatiran internasional mengenai eskalasi konflik. Kerja sama militer antara Rusia dan Korea Utara, termasuk pengiriman rudal pertahanan udara, menunjukkan potensi keterlibatan lebih dalam konflik ini. Jika benar, ini akan menjadi pertama kalinya tentara Korea Utara terlibat langsung di medan perang Ukraina, yang dapat mengubah dinamika konflik dan meningkatkan ketegangan global.
Pengembangan Sistem Pertahanan Udara oleh Ukraina
Presiden Ukraina, Zelenskyy, menyatakan bahwa Ukraina tengah aktif mengembangkan sistem pertahanan udara baru untuk menghadapi ancaman rudal antarbenua yang semakin parah. Dalam pidato video, Zelenskyy mengungkapkan bahwa Menteri Pertahanan sedang bertemu dengan mitra internasional untuk mendorong pengembangan sistem pertahanan tersebut. Ia menekankan pentingnya respons tegas dari masyarakat internasional terhadap tindakan Rusia yang menggunakan rudal jarak menengah baru, serta pentingnya pengembangan sistem pertahanan untuk melindungi wilayah Ukraina dari serangan mendatang.
Reaksi Rusia dan Peningkatan Produksi Rudal Oreshnik
Presiden Rusia, Putin, mengumumkan bahwa pengujian rudal jarak menengah baru, Oreshnik, akan terus dilakukan dalam kondisi tempur dan percepatan produksi massalnya. Rudal ini memiliki jangkauan 5.000 hingga 6.000 kilometer dan kemampuan untuk membawa senjata nuklir. Rusia berharap rudal ini dapat meningkatkan kemampuan militernya, namun langkah ini justru meningkatkan semangat juang Ukraina dan memperkuat tekad mereka untuk melawan agresi Rusia. Rusia juga mengalami kesulitan dalam mempertahankan jalur suplai dan logistik mereka, dengan pasukan Ukraina yang aktif menyerang basis peluncuran rudal di wilayah Astrakhan Kapuskinar dan Adygea, menyebabkan kebakaran hebat di lokasi tersebut.
Dukungan Internasional dan Bantuan Militer kepada Ukraina
Menteri Luar Negeri Republik Ceko, Jan Lipavský, mengunjungi Ukraina dan mengumumkan rencana bantuan militer baru yang mencakup penyediaan 500.000 peluru artileri kepada pasukan Ukraina sebelum akhir tahun. Selain itu, Bank Dunia telah menyediakan pendanaan sebesar 4,8 miliar dolar untuk memperkuat pertahanan nasional Ukraina. Dukungan ini menunjukkan komitmen kuat dari negara-negara Barat dalam membantu Ukraina menghadapi agresi Rusia, baik melalui bantuan militer maupun finansial.
Upaya Diplomatik dan Pertemuan Darurat NATO
Dewan NATO Ukraina merencanakan pertemuan darurat pada 26 November untuk membahas konsekuensi dari serangan rudal Rusia dan strategi pertahanan yang lebih efektif. Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan keputusan penting dalam mendukung Ukraina serta memperkuat aliansi internasional dalam menghadapi ancaman dari Rusia.
Kesimpulan
Konflik antara Ukraina dan Rusia terus menunjukkan dinamika yang kompleks dan meningkat, dengan serangan udara presisi, penggunaan drone, dan keterlibatan pihak ketiga seperti Korea Utara. Dukungan internasional yang kuat kepada Ukraina, terutama dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, menunjukkan komitmen untuk mempertahankan kedaulatan Ukraina dan mengatasi agresi Rusia. Sementara itu, Rusia menghadapi tantangan signifikan dalam mempertahankan wilayahnya, dengan kerugian militer yang terus bertambah dan tekanan internasional yang meningkat. Situasi ini menandakan bahwa konflik Rusia-Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda mereda, dan langkah-langkah diplomatik serta militer akan terus menjadi fokus utama perhatian dunia internasional dalam waktu dekat.