ETIndonesia. Pada Senin (25/11/2024), pertemuan Menteri Luar Negeri Kelompok Tujuh (G7) digelar di Fiuggi, Italia. Fokus utama diskusi adalah upaya mendorong gencatan senjata di Timur Tengah dan Ukraina. Selain itu, terdapat tanda-tanda bahwa Israel dan Hizbullah di Lebanon hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata.
“Bagi kami, dialog adalah hal yang sangat penting. Kami ingin bekerja sama untuk menghentikan perang di Lebanon, Palestina, dan Ukraina,” kata Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani.
Pada hari yang sama, para menteri luar negeri negara-negara G7 yang dipimpin oleh Menlu Italia, secara khusus membahas situasi di Timur Tengah. Terdapat indikasi bahwa kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah di Lebanon hampir tercapai.
“Kami mungkin hampir mencapai gencatan senjata di Lebanon. Mari kita berharap ini menjadi kenyataan dan tidak ada kemunduran di saat terakhir,” ujarnya.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada malam sebelumnya menyatakan bahwa secara prinsip, Israel telah menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang akan segera dicapai dengan Hizbullah.
Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Mike Herzog, pada Senin juga menyampaikan kepada Radio Angkatan Darat Israel bahwa kemungkinan kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah dapat tercapai dalam beberapa hari mendatang untuk mengakhiri konflik.
Amerika Serikat juga memberikan sinyal positif terkait gencatan senjata di Lebanon.
“Kami telah membuat kemajuan besar dalam mencapai solusi, tetapi masih belum selesai. Kami akan terus bekerja keras untuk mencoba mencapai kesepakatan,” ujar Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller.
Pada hari yang sama, kelompok yang terdiri dari Amerika Serikat, Arab Saudi, Yordania, Mesir, dan Uni Emirat Arab, yang dikenal sebagai Grup Lima, juga secara resmi bertemu dengan para menteri luar negeri G7. Kelompok ini telah aktif memediasi gencatan senjata di Timur Tengah dan bekerja menyusun rencana pasca-konflik Gaza.
Fokus lain dalam pertemuan tersebut adalah mendorong perdamaian di Ukraina. Menteri Luar Negeri Inggris, James Cleverly, mengumumkan sanksi baru terhadap “armada bayangan” Rusia. Armada ini merujuk pada kapal-kapal yang sering menggunakan bendera negara lain tetapi sebenarnya mengangkut minyak dan bahan bakar Rusia.
“Kami sedang melacak 30 kapal Rusia. Untuk mencegah Rusia menggunakan pendapatan dari minyak guna membiayai perangnya, kami mengambil langkah tegas terhadap masalah ini,” ujarnya.
Pertemuan G7 yang berlangsung selama dua hari ini berakhir pada Selasa (26 November), dengan pengamanan ketat di sekitar lokasi acara. (Hui)
Sumber : NTDTV.com