Putin Yakin Trump Bisa Atasi Krisis Ukraina dan Perbaiki Hubungan AS–Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin percaya bahwa Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mampu menangani konflik yang semakin memanas di Ukraina dan memperbaiki ketegangan hubungan antara Amerika Serikat dan Rusia.

ETIndonesia. Pada Kamis, dalam konferensi pers  28 November 2024 di Astana, Kazakhstan, Putin menyatakan keyakinannya terhadap kemampuan Trump untuk mengatasi tantangan yang muncul dari perang Rusia yang semakin meningkat dengan Ukraina.

Putin menyebutkan bahwa pemerintahan Joe Biden baru-baru ini mengizinkan pasukan Ukraina menggunakan senjata yang disuplai AS untuk menyerang wilayah Rusia, yang menurutnya adalah eskalasi signifikan dalam konflik tersebut.

 Menurut Putin, Trump, yang disebutnya sebagai sosok “cerdas dan berpengalaman,” mampu menciptakan kondisi untuk memperbaiki hubungan AS–Rusia, sekaligus membuka peluang bagi kesepakatan damai dengan Ukraina.

Putin menyoroti bahwa keputusan Biden mengizinkan penggunaan rudal ATACMS oleh Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia dapat menyulitkan upaya pemerintahan Trump mendatang melibatkan Rusia dalam pembicaraan damai.

“Bisa jadi pemerintahan saat ini ingin menciptakan kesulitan bagi pemerintahan mendatang,” ujar Putin. “Namun, menurut pandangan saya, presiden terpilih adalah seseorang yang sangat cerdas dan berpengalaman. Saya pikir dia akan menemukan solusi, mengingat dia telah menghadapi tantangan besar seperti merebut kembali Gedung Putih.”

Putin juga mengajukan pandangan alternatif, menyarankan bahwa eskalasi Biden mungkin dimaksudkan untuk memperkuat posisi Trump dalam negosiasi masa depan dengan Moskow. Dengan meningkatkan konflik sebelum Trump menjabat, Biden dapat memberikan Trump lebih banyak pengaruh untuk merundingkan konsesi dan mencari resolusi dari posisi diplomatik yang lebih kuat.

“Ada berbagai opsi,” kata Putin, menurut terjemahan pernyataannya oleh The Epoch Times

“Dengan meningkatkan situasi dan derajat konfrontasi, dia menciptakan kondisi bagi pemerintahan mendatang. Akan mudah keluar dari situasi ini karena presiden terpilih dapat mengatakan: ‘Ini bukan saya, ini orang-orang yang benar-benar kehilangan akal sehat. Saya tidak ada hubungannya dengan ini. Mari kita bicara.’ Tentu saja, ini adalah salah satu opsi.”

Trump baru-baru ini mengumumkan bahwa dia t menunjuk Keith Kellogg, seorang pensiunan jenderal bintang tiga, sebagai utusan khususnya untuk Ukraina dan Rusia. Sebagai salah satu ketua Pusat Keamanan Amerika dari American First Policy Institute, Kellogg pada  April menulis laporan penelitian yang menawarkan semacam peta jalan untuk mengakhiri perang di Ukraina. 

Dalam laporan itu, Kellogg menyatakan bahwa kegagalan diplomasi dengan Rusia dan pola “menghindari risiko” pemerintahan Biden dalam mempersenjatai Ukraina  memperpanjang konflik.

“Mengakhiri perang Rusia-Ukraina akan membutuhkan kepemimpinan Amerika yang kuat untuk mencapai kesepakatan damai dan segera mengakhiri permusuhan antara kedua pihak yang bertikai,” tulis Kellogg.

Saran Kellogg meliputi mengejar gencatan senjata formal, menunda keanggotaan Ukraina di NATO sebagai imbalan atas perjanjian damai yang dapat diverifikasi, serta mengaitkan bantuan militer AS di masa depan dengan kesediaan Ukraina untuk bernegosiasi dengan Rusia. Kellogg juga menganjurkan pengurangan sanksi secara terbatas terhadap Rusia sebagai imbalan atas kepatuhan serta menjamin keamanan jangka panjang Ukraina melalui perjanjian pertahanan bilateral.

Sementara itu, Putin mengatakan pada KTT keamanan di Kazakhstan pada Kamis bahwa Rusia “siap untuk berdialog dengan Amerika Serikat, termasuk dengan pemerintahan mendatang,” sambil menekankan bahwa syarat-syarat untuk pembicaraan damai tetap tidak berubah seperti yang telah diumumkan sebelumnya tahun ini.

Pada pertemuan  Juni dengan para pemimpin Kementerian Luar Negeri Rusia, Putin menguraikan syarat-syarat untuk pembicaraan dengan Ukraina, termasuk penarikan pasukan Ukraina dari wilayah yang disengketakan, adopsi status netral oleh Ukraina, “denazifikasi dan demiliterisasi” Ukraina, serta pencabutan sanksi Barat.

Dalam beberapa bulan terakhir, perang tampaknya menguntungkan Rusia karena kekuatan militernya yang lebih besar memanfaatkan keunggulan jumlah dan alutsista untuk mendorong mundur pasukan Ukraina. Putin baru-baru ini mengumumkan bahwa sistem rudal balistik ultra-cepat jarak menengah baru yang disebut “Oreshnik”  resmi masuk ke Angkatan Bersenjata Rusia setelah berhasil diuji dalam pertempuran di Ukraina. Dia mengatakan rudal Oreshnik, yang mengenai target di Dnipro, Ukraina, tidak dapat dicegat oleh sistem pertahanan udara modern mana pun.

Pada KTT keamanan  Kamis, Putin mengancam akan menggunakan sistem rudal hipersonik ini terhadap pusat-pusat pengambilan keputusan di ibu kota Ukraina, Kyiv. (asr)

Sumber : The Epoch Times