Tiongkok Memasuki Era Mengerikan, Perilaku Agresif Tanpa Pandang Bulu Merebak di Mana-Mana

Forum Elite

Tiongkok tampaknya sedang memasuki era yang mengerikan dengan meningkatnya secara signifikan jumlah perilaku agresif di tempat-tempat umum sejak memasuki  November tahun ini. Selain kejadian mobil yang sengaja menabrak orang di Zhuhai sehingga jatuh banyak korban, masih banyak kejadian serupa yang muncul di berbagai tempat sehingga berdampak buruk bagi masyarakat di Tiongkok daratan. Karena itu, orang bertanya: Apa yang sedang terjadi di Tiongkok saat ini?

Jelang musnahnya PKT, warga putus asa, perilaku agresif tanpa pandang bulu merebak hebat

Produser TV independen Li Jun mengatakan bahwa Tiongkok akhir-akhir ini memasuki era merebaknya berbagai tindakan dari yang membahayakan, mencelakakan sampai pembunuhan tanpa pandang bulu. Pada 11 November, sebuah mobil yang melaju di Distrik Xiangzhou, Kota Zhuhai, Provinsi Guangdong secara sengaja menabrak kerumunan orang sehingga menimbulkan 35 orang tewas dan puluhan orang lainnya terluka, demikian menurut laporan pejabat berwenang Tiongkok. Namun menurut berita terbaru, jumlah korban tewas telah mencapai lebih dari 65 orang. Pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Qiang keduanya sampai secara khusus memberikan instruksi pengusutannya.

Insiden mobil maut menabrak orang-orang di Pusat Olahraga Zhuhai Guangdong (Komposit tangkapan layar webcam)

Hanya dalam waktu 3 hari dari 15 hingga 17 November,  di platform X setidaknya 5 atau 6 kasus pembunuhan tanpa pandang bulu yang terjadi di Wuxi, Shenyang, Guiping dan tempat lainnya. Pada 16 November, insiden penusukan dengan senjata tajam terjadi di Poliklinik Wuxi, menewaskan sedikitnya 8 orang dan melukai 17 orang lainnya. 

Kabarnya, bahwa beberapa anak laki-laki yang putus asa dikarenakan pihak sekolah dengan niat buruk telah menahan sertifikat kelulusan mereka, dan memaksa mereka bekerja magang selama 16 jam sehari di pabrik, dan upahnya pun ditunggak. Mereka yang mencoba segala macam cara untuk bernalar demi menyelesaikan masalah telah menemui jalan buntu, yang akhirnya memicu beberapa orang itu untuk membentuk geng pembunuh yang membalas dendam terhadap masyarakat.

Pada 19 November pagi hari, sebuah mobil dengan sengaja menabrak orang-orang di depan Sekolah Dasar Yong’an yang berlokasi di Distrik Dingcheng, Kota Changde, Provinsi Hunan. Banyak siswa sekolah dasar tewas dan terluka. Kabar yang beredar menyebutkan, bahwa anak laki-laki berusia 9 tahun dari pria yang menabrakkan mobilnya ke siswa telah mengalami perundungan fisik dari siswa lainnya di sekolah, sampai buah zakarnya pecah. Pria tersebut mencoba mendapatkan penjelasan dari sekolah dan polisi tetapi tidak mendapat tanggapan yang semestinya, membuat pria yang cemas tersebut naik pitam dan terjadilah tragedi itu.

Li Jun mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak kasus balas dendam terhadap masyarakat serupa yang terjadi, namun media tidak berani memberitakannya. Kali ini Xi Jinping memberikan instruksi agar terungkap sumbernya. 

Beberapa netizen berkomentar bahwa sumbernya tak lain adalah Partai Komunis Tiongkok sendiri, yang dari awal menerapkan pendidikan kebencian yang ekstrim, sehingga masyarakat telah kehilangan rasa keadilan yang paling mendasar. Gabungan dari kedua faktor itulah yang menghantarkan masyarakat Tiongkok selangkah demi selangkah menuju kondisi saat ini.

Ketika Li Jun bekerja di media, ia menyadari ada fenomena yang sangat aneh dalam cara Partai Komunis Tiongkok (PKT) mengelola masyarakat. Jika seseorang mencoba berbicara secara masuk akal dengan PKT, maka itu tidak akan berhasil. Alias mereka tidak akan peduli. Namun, jika Anda menggunakan cara yang lebih ekstrem, misalnya melakukan pembunuhan, pembakaran, atau memperbesar masalah, barulah mereka akan menyelesaikannya.  

Oleh karena itu, kata Li Jun, banyak warga sipil mengatakan, tidak perlu bernalar dengan pemerintah. Semakin kejam dan keras atau ekstrem Anda bertindak, maka akan semakin efektif dalam menarik kepedulian PKT untuk memperhatikan masalah yang sedang Anda hadapi. Li Jun berpikir ini adalah semacam panduan yang kejam, dan PKT harus memikul tanggung jawab penuh.

Shi Shan, editor senior dan kepala penulis The Epoch Times, mengatakan bahwa hal ini memang sangat menakutkan. Sudah menjadi hukum alam bahwa semua kebaikan maupun kejahatan akan terbalas. Hukum juga untuk membatasi orang bertindak jahat dan mendorong orang bertindak bajik. 

Namun demikian, dalam sistem pendidikan Partai Komunis Tiongkok, ketika orang melakukan hal-hal jahat, mereka justru mendapatkan pahala. Di bawah sistem ini, masyarakat akan berubah menjadi jahat. Apa pun yang dilakukan seseorang, yang dilihat adalah sejauh apa galak dan kejamnya, siapa yang paling tidak tahu malu, dan siapa yang lebih mampu menipu. Ini sangat menakutkan. 

Meskipun pemerintah sudah mengeluarkan larangan bagi warga sipil untuk membawa senjata api atau senjata tajam, apakah sekarang pihak berwenang akan mengeluarkan larangan membawa mobil? Larangan apa pun sudah tidak ada gunanya, “nasi sudah menjadi bubur”, rasanya momen paling gelap bagi Tiongkok telah mendekat.

Wang Juntao, ketua Partai Demokrasi Tiongkok dalam rantau mengatakan bahwa masyarakat sudah tidak puas dengan situasi sosial saat ini, tidak hanya situasi ekonomi, tetapi juga ketidakpuasan terhadap tata kelola pemerintah, hal inilah yang menyebabkan kemarahan masyarakat. 

Pada tahun 1990-an, ketika terjadi gelombang PHK di Tiongkok, 20 juta pekerja sangat tidak puas dengan penutupan dan pengalihan 200.000 hingga 300.000 perusahaan milik negara oleh Perdana Menteri Zhu Rongji. Saat itu juga terjadi berbagai tragedi seperti anggota keluarga membakar diri, mengakhiri hidup dengan meminum racun, dan lain sebagainya. 

Pada dekade pertama abad ke-21, setelah Tiongkok masuk ke WTO, pemerintah daerah berlomba melakukan pembangunan infrastruktur, yang juga memicu terjadinya pembongkaran paksa dan pembebasan lahan warga sipil, sehingga banyak insiden berdarah terjadi, sampai ada beberapa warga nelayan di Shanwei yang menggunakan peledak penangkap ikan untuk melawan polisi bersenjata. Beberapa tahun yang lalu, seorang pria Shanghai bernama Yang Jia telah menikam 11 orang polisi, menewaskan 6 orang dan melukai 5 lainnya, tetapi perbuatannya itu justru mendapat tepuk tangan dari para netizen Tiongkok.

Berbagai insiden keji nyaris tidak berhenti sejak rezim Partai Komunis Tiongkok berkuasa, namun kasus yang terjadi belakangan ini disebut tindakan membahayakan orang lain secara tidak pandang bulu. Di masa lalu, pembalasan atas suatu kesalahan umumnya diarahkan kepada pelakunya yang menimbulkan masalah, yaitu siapa yang menimbulkan masalah baginya, maka dialah yang harus menerima balas dendam dari  dirinya. Tapi sekarang balasan dendam itu diarahkan kepada orang-orang yang tidak bersalah. Para pelaku sekarang telah benar-benar putus asa terhadap masyarakat ini, sehingga mereka berusaha membalas dendam kepada masyarakat. Ini adalah fenomena baru, yang menjadi semakin serius di era Xi Jinping berkuasa. 

Meskipun dalam kenyataannya, hal-hal semacam ini juga terjadi pada masa kekuasaan Hu Jintao, Wen Jiabao, dan Jiang Zemin, tetapi para elit tidak peduli. Kini para elit sangat tersentuh dan bersedia membicarakan penyebab mendasar dari peristiwa-peristiwa ini, yang pada akhirnya sumber penyebab akan mengarah pada Xi Jinping dan kegagalan rezim Partai Komunis Tiongkok dalam mengelola masyarakat.

Shi Shan berpikir ini adalah tanda bahwa PKT tidak hanya kehilangan kepercayaan dari masyarakat kelas bawah karena tidak peduli terhadap kehidupan mereka, seperti contohnya gelombang PHK yang terus meluas dan perampasan tanah, penggusuran rumah warga juga menimbulkan antipati dari para pekerja dan petani Tiongkok. Selain itu, Tiongkok saat ini juga telah kehilangan dukungan populer dari para teknokrat, pengusaha, dan intelektual yang semua ini merupakan pilar masyarakat modern.

Guo Jun mengatakan bahwa masalah utama di Tiongkok adalah pengangguran, tunggakan gaji, penggusuran rumah warga, dan perampasan kekayaan rakyat oleh pemerintah daerah yang disebabkan oleh ketidakadilan sosial, yang sepenuhnya dilakukan dengan mengabaikan hukum. Kekuasaan yang tidak terbatas pasti akan menyebabkan ketidakadilan sosial yang tidak terbatas. 

Guo Jun mengatakan, perekonomian telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Meski pada masa itu juga terjadi banyak masalah ketidakadilan sosial, namun lantaran ada banyak jalan keluarnya sehingga masalah tidak begitu menonjol. 

Namun demikian, sekarang perekonomian Tiongkok sedang terpuruk, dan pendapatan fiskal banyak pemerintah daerah telah menurun. Para pejabat pemerintah pun mengalami kemerosotan penghasilan, sehingga mereka berusaha melalui berbagai cara illegal untuk memeras rakyat. Di sisi lain, karena perekonomian sedang terpuruk, masyarakat tidak punya jalan keluar, sehingga kebencian dan kemarahan lebih mudah tersulut. 

Beberapa orang mengatakan bahwa tahun ini mungkin merupakan tahun terbaik bagi perekonomian Tiongkok dalam 20 tahun ke depan. Jika hal ini benar, kita tidak akan melihat bahwa berbagai insiden sosial yang keji terjadi semakin banyak dan serius. Sia-sia saja untuk membungkus api dengan kertas. Guo Jun  khawatir tindakan yang diambil oleh pihak berwenang tidak akan ada gunanya.

Gerakan kelompok muda merupakan kekuatan kunci yang mempengaruhi situasi sosial

Wang Juntao mengatakan bahwa sebenarnya, mahasiswa sudah mulai bergerak melalui teriakan “Hallo (Deng) Xiaoping” pada tahun 1984, kemudian menjadi gerakan yang lebih besar pada tahun 1985.  Wang Juntao ingat ketika dirinya kembali ke Beijing dari Wuhan pada tahun 1985, seorang reporter media asing mewawancarai dirinya dan bertanya, apakah mahasiswa saat ini masih tetap menganggap dunia sebagai tanggung jawab mereka, dan apakah mereka bersatu untuk merevitalisasi Tiongkok seperti yang Anda lakukan saat itu? ia mengatakan bahwa generasi muda sekarang tampaknya cukup puas dengan Partai Komunis, ia juga berpikir mereka tidak lagi memiliki kesadaran politik. Berbeda dengan kelompok muda generasi kami saat itu, mereka telah mengumpulkan banyak pengalaman politik, pengalaman hidup serta mengetahui beberapa masalah negara. 

Akan tetapi 2 minggu setelah itu, yakni 18 September, terjadi gerakan mahasiswa di Universitas Peking, yang kemudian berkembang menjadi gerakan mahasiswa tahun 1986, yang juga berujung pada pengunduran diri Hu Yaobang dan gerakan mahasiswa besar-besaran pada tahun 1989. 

Pada 14 Maret 2022 setelah insiden pembunuhan pengacara Li Jinjin, media asing yang mewawancarai dirinya bertanya, bagaimana menurut dirinya apakah gerakan pro-demokrasi Tiongkok masih memiliki prospek? ia katakan itu pasti akan terjadi. Hasilnya, Gerakan Buku Putih berkobar pada  November, dan generasi muda Tiongkok pasti akan terus turun ke jalan di masa mendatang.

Juntao berpikir selama kaum nasionalis muda Tiongkok di internet saat ini tidak disuap oleh PKT dan tidak berhati jahat, begitu kaum ini yang percaya kepada PKT karena tertipu atau kebodohan mereka mulai sadar, mereka akan menjadi potensi yang dapat sangat merugikan PKT, dan mereka juga akan tanpa ragu-ragu untuk melawan PKT. Oleh karena itu, Juntao yakin selama benih demokrasi dan ketidakpuasan terhadap Partai Komunis masih tumbuh, suatu saat akan menjadi kobaran api yang sangat besar.

Guo Jun mengatakan, bahwa kekacauan sosial (social chaos) yang terjadi dalam sejarah umumnya berkaitan erat dengan gerakan kaum muda. Analisa umum berpendapat bahwa hal tersebut disebabkan karena generasi muda relatif lebih idealis, tidak mempunyai beban hidup yang terlalu berat, belum mengalami kesulitan dalam masyarakat, dan kurang memahami kompleksitas permasalahan sosial dan penyebabnya. 

Namun, yang lebih menonjol adalah mereka ini lebih tidak sabar dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Mereka menghendaki penyelesaian begitu masalah muncul, harus ada solusi, sehingga lebih impulsif. Namun di sisi lain, tentu saja banyak kaitannya dengan perekonomian, namun biasanya juga ada hubungannya dengan proporsi generasi muda dalam populasi.

Guo Jun mengatakan bahwa pada tahun 1960-an dan 1970-an, terjadi gelombang gerakan perlawanan generasi muda di seluruh dunia. Di Tiongkok terjadi Revolusi Kebudayaan, di Amerika Serikat terjadi gelombang anti-Perang Vietnam dan gerakan hippie. Di Eropa juga sama. Kali ini bertepatan dengan booming bayi pascaperang. 

Sejak akhir Perang Dunia II hingga awal tahun 1950-an, terjadi ledakan bayi di seluruh dunia. Pada pertengahan tahun 1960-an dan 1970-an, kelompok orang ini mulai memasuki usia dua puluhan yang sedang mengalami pertumbuhan fisik dan psikologis yang cepat, sehingga mereka dapat berdampak besar terhadap masyarakat.。

Guo Jun mengajak melihat situasi di Amerika Serikat. Pada tahun 1960an dan 1970an, tingkat kejahatan di Amerika Serikat terus meningkat. Mengambil contoh New York, tingkat kejahatan terus meningkat hingga pertengahan tahun 1990an, namun tiba-tiba menurun mulai tahun 1996. Ada banyak penelitian mengenai masalah ini yang dilakukan di Amerika Serikat. Salah satu teorinya adalah pada akhir tahun 1990-an, proporsi generasi muda di Amerika Serikat sudah mulai menurun karena mereka sudah beranjak dewasa, sehingga para peneliti yakin bahwa proporsi generasi muda berdampak besar terhadap permasalahan sosial.

Namun kenyataannya, Amerika Serikat mulai memasuki stagnasi ekonomi pada tahun 1960an dan 1970an. Melalui penerapan kebijakan ekonomi konservatif Presiden Reagan pada tahun 1980an, perekonomian AS mulai tumbuh kembali pada pertengahan tahun 1990an dengan bantuan teknologi baru dan model ekonomi yang inovatif dan kewirausahaan. 

Pada tahun 1990-an, pertumbuhan internet dan ekonomi teknologi baru di Amerika Serikat telah membuka lapangan kerja bagi kaum muda. Tidak hanya kaum muda memiliki tingkat pengangguran yang relatif rendah, namun karena munculnya teknologi baru, pendapatan mereka juga lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Saat itu, status ekonomi generasi muda di Amerika Serikat jauh lebih baik dibandingkan dengan generasi muda sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu. 

Jadi menurut Gou Jun penurunan proporsi generasi muda dalam populasi, ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang memberikan prospek lebih baik bagi generasi muda, mungkin menjadi alasan utama mengapa tingkat kejahatan di Amerika Serikat menurun secara signifikan setelah tahun 1990an.

Mari kita lihat kembali situasi di Tiongkok saat ini. Dalam 2 atau 3 tahun terakhir, perekonomian Tiongkok mengalami penurunan drastis, industri yang dapat memberikan upah lebih tinggi kepada kaum muda telah jauh berkurang. Ini adalah alasan utama merebaknya masalah sosial di Tiongkok. 

Misalnya, jika terjadi permasalahan dalam industri internet dan industri game, maka akan timbul permasalahan dalam mencari jalan keluar bagi generasi muda, dan permasalahan sosial yang berkaitan dengan generasi muda pun akan semakin serius. Salah satu wujudnya adalah memburuknya keamanan publik.

Pada 8 November malam, 200.000 mahasiswa di Zhengzhou mengendarai sepeda ke Kaifeng pada malam hari, menyebabkan kepanikan di antara otoritas Partai Komunis Tiongkok. Di antara pengendara sepeda adalah pensiunan personil militer dan mahasiswa dari seluruh penjuru negeri yang datang ke Zhengzhou, yang menyebabkan gelombang kejut di Internet. (Tangkapan layar video dibuat oleh Epoch Times)

Ada kejadian besar di Tiongkok baru-baru ini. Mahasiswa Kaifeng dan Zhengzhou, Henan, mengisi acara kumpul-kumpul dengan berkuliner naik sepeda. Banyak orang mengatakan bahwa mahasiswa ini tidak mengajukan tuntutan sosial atau politik, bahkan ada yang meneriakkan “Hidup Partai Komunis”, jadi tidak menjadi masalah. Gou Jun berpikir ide ini terlalu sederhana. Dalam Parade Hari Nasional di Beijing pada tahun 1984, mahasiswa bahkan memasang spanduk bertuliskan “Hallo Xiaoping”. Namun 5 tahun kemudian, mahasiswa di Beijing menjadi kekuatan utama dalam “Gerakan Demokrasi 1989”.

Gou Jun juga berpikir mahasiswa di Tiongkok saat ini mirip dengan mahasiswa tahun 1980an yang menghadapi masa depan suram. Tapi mereka tahu apa yang sedang terjadi di dunia. Ini adalah lanskap yang sensitif dan terus berubah, dan tidak menutup kemungkinan ada pergerakan mahasiswa dalam skala besar yang muncul tanpa diduga. Apalagi di saat perekonomian sedang lesu, tertutupnya lapangan kerja bagi mahasiswa setelah lulus, dalam situasi seperti ini, berbagai masalah bisa muncul kapan saja. PKT pasti akan melakukan segala upaya untuk membasmi gerakan mahasiswa.

Li Jun mengatakan, bahwa ada satu hal yang menarik perhatian dirinya, yaitu kaum muda di Tiongkok saat ini tidak memiliki rasa takut terhadap PKT. Rezim Partai Komunis Tiongkok memerintah dengan menebarkan rasa takut. Mereka meluncurkan gerakan politik berskala besar setiap 7 atau 8 tahun sekali, dan mengandalkan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak sejalan dengan PKT untuk menciptakan mentalitas ketakutan pada masyarakat. 

Tetapi, kata Li jun,  walau kaum muda yang lahir setelah tahun 1990-an dan 2000-an ini tumbuh di bawah kendali ketat dan mengalami pencucian otak oleh PKT, tetapi mereka sangat berbeda dengan orang yang segenerasi dengan ayahnya. Saat itu, ayahnya gemetar ketakutan ketika mendengar tentang gerakan politik PKT karena ia sangat terpatri dengan kejadian dalam sejarah, namun generasi muda saat ini tidak demikian. Oleh karena itu, begitu kaum muda ini sadar, mereka pasti akan lebih berani dalam melawan PKT demi menuntut hak-hak dasar mereka ketimbang para revolusioner veteran.  (sin)

Sumber : NTDTV.com

FOKUS DUNIA

NEWS