EtIndonesia. Baru-baru ini, militer Meksiko melakukan dua operasi penggerebekan yang berhasil menyita lebih dari satu ton pil fentanyl, mencatatkan rekor penyitaan narkotika terbesar dalam sejarah negara tersebut. Operasi ini dilakukan saat penyitaan fentanyl di Meksiko tahun ini menurun secara signifikan, dan beberapa hari setelah presiden terpilih AS, Donald Trump, mengancam akan mengenakan tarif 25% terhadap barang-barang Meksiko dan Kanada.
Langkah Trump ini bertujuan untuk mendorong kedua negara tetangga tersebut untuk memperkuat pengawasan perbatasan untuk menghambat arus imigran ilegal dan narkoba masuk ke AS.
Pihak berwenang Meksiko menyatakan bahwa pada hari Selasa (3/12), tentara dan personel Marinir menemukan dua orang bersenjata yang mencurigakan di lokasi kelompok pengedar narkoba di negara bagian Sinaloa, dan segera melakukan pengejaran. Petugas mengejar kedua tersangka masuk ke dua rumah; di salah satu rumah mereka menemukan sekitar 300 kg ponfentanyl, dan di truk yang terparkir di rumah lainnya mereka menemukan sekitar 793kg narkoba. Selama operasi tersebut, banyak senjata juga disita dan kedua tersangka ditangkap di tempat.
Menteri Keamanan Publik Meksiko, Omar Garcia Harfuch, mengatakan di media sosial: “Ini adalah operasi penyitaan fentanyl terbesar yang pernah ada di negara bagian Sinaloa.”
Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum dalam konferensi pers pada hari Rabu (4/12) menambahkan: “Penyelidikan ini telah berlangsung lama dan kemarin kami memperoleh hasil ini.”
Pernyataan ini menandai perubahan kebijakan Pemerintah Meksiko mengenai masalah narkoba, karena presiden sebelumnya, Obrador, selalu menyangkal bahwa negaranya adalah produsen utama fentanyl.
Pada awal tahun ini, jumlah fentanyl yang disita di Meksiko telah turun drastis, terkadang hanya beberapa ons selama musim panas. Para ahli menyatakan bahwa kelompok kejahatan narkoba Meksiko, atau “kartel”, biasanya membeli bahan prekursor dari Tiongkok untuk memproduksi fentanyl, yang kemudian diselundupkan ke AS.
Narkoba ini menyebabkan kira-kira 70.000 orang Amerika meninggal karena overdosis setiap tahun. Trump telah memperingatkan bahwa jika Meksiko tidak membuat kemajuan substansial dalam memerangi penyelundupan narkoba dan imigrasi ilegal, AS akan mengenakan tarif tinggi terhadap barang-barang Meksiko, dan juga mengancam akan mengenakan tarif 10% terhadap barang-barang asal Tiongkok untuk membatasi pasokan fentanyl.
Sementara itu, Pemerintah Meksiko juga menunjukkan keseriusannya dalam mengendalikan imigrasi, dengan menangkap lebih dari 5.200 imigran ilegal di seluruh negeri hanya dalam satu hari pada hari Selasa, menunjukkan peningkatan upaya penegakan hukum.
Pada saat yang sama dengan pengumuman operasi penyitaan ini, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan peningkatan jumlah uang hadiah dari 10 juta dolar AS menjadi 15 juta dolar AS untuk pemimpin “Kartel Jalisco Nueva Generación” (CJNG), Nemesio Rubén Oseguera Cervantes, biasa disebut dengan alias El Mencho, adalah gembong narkoba Meksiko dan pemimpin Kartel Generasi Baru Jalisco, sebuah kelompok kejahatan terorganisir yang berbasis di Jalisco.
Gembong narkoba Meksiko dengan julukan “El Mencho” ini adalah salah satu pendiri organisasi kejahatan kekerasan ini, yang telah lama terlibat dalam penyelundupan narkoba ilegal seperti fentanyl.
Menghadapi ancaman tarif Trump, Presiden Meksiko Sheinbaum dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau keduanya telah berkomunikasi dengan Trump. Pembicaraan telepon antara Sheinbaum dan Trump digambarkan sebagai “produktif,” sementara Trudeau memperingatkan bahwa tarif semacam itu akan secara signifikan memukul ekonomi Kanada.(jhn/yn)