Ramalan Besar dari Timur dan Barat: Akankah Terjadi Bencana di Tahun 2025 ?

EtIndonesia. Bencana besar di masa depan selalu menjadi topik yang menarik perhatian umat manusia. Meskipun kita enggan berbicara tentang “kiamat dunia”, kenyataannya, beberapa bencana besar sulit dihindari. Ramalan, prediksi, atau bahkan teori konspirasi, jika digunakan dengan bijak sebagai peringatan, dapat membantu kita memahami akar masalah dan meminimalkan kerugian saat bencana benar-benar datang.

Berikut adalah ramalan mengejutkan tentang tahun 2025. Apakah ramalan ini akan menjadi kenyataan? Mari kita simak lebih lanjut.

Pada tahun 1995, perusahaan game Amerika, Steve Jackson Games, meluncurkan permainan kartu Illuminati Card Game yang secara mengejutkan memprediksi berbagai peristiwa dunia, seperti serangan 9/11, tsunami di Asia Selatan, gempa bumi Jepang 3/11, bahkan pandemi COVID-19. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah kartu ini hasil dari konspirasi terencana atau hanya kebetulan belaka?

Salah satu kartu yang menarik perhatian adalah “Enough is Enough” (Cukup Sudah), yang menggambarkan seorang pria mirip Donald Trump. Kartu ini mengisyaratkan bahwa dia mungkin menjadi target upaya pembunuhan. 

Tertulis di kartu tersebut: “Kapan saja, di mana saja, penembak kami akan menjatuhkanmu. Selamat menikmati harimu.” 

Hal ini menjadi menyeramkan ketika Donald Trump benar-benar mengalami dua upaya pembunuhan yang gagal menjelang pemilihan presiden AS 2024, dengan ekspresinya di kartu sangat mirip saat ia berteriak: “Fight!”

Kartu lainnya adalah “Goal: Population Reduction” (Tujuan: Pengurangan Populasi), yang menggambarkan kota yang sunyi dengan latar belakang asap berbentuk tengkorak. Ilustrasi ini tampak seperti dampak perang nuklir, yang mungkin terjadi akibat Perang Dunia Ketiga.

Saat ini, situasi global memicu kekhawatiran tentang kemungkinan penurunan populasi. Sebelum akhir masa jabatannya, Presiden Joe Biden membuka akses senjata ke Ukraina sebagai respons terhadap bantuan Korea Utara kepada Rusia. Hal ini mendorong Vladimir Putin untuk meningkatkan eskalasi perang, sementara Tiongkok terus memainkan perannya di balik layar. Beberapa spekulasi bahkan menyebut bahwa tahun 2025 mungkin menjadi tahun yang penuh masalah dan ketidakpastian.

Sebagian orang juga mengaitkan prediksi ini dengan pandemi COVID-19, yang telah menyebabkan jutaan kematian sejak 2020. Ada kekhawatiran bahwa wabah baru di masa depan dapat menambah korban jiwa.

Namun, interpretasi yang paling mengejutkan adalah gagasan bahwa kartu tersebut mengisyaratkan populasi global akan menurun hingga 500 juta jiwa pada tahun 2025. Menurut teori ini, pihak tertentu telah merencanakan skenario ini selama 30 tahun, dimulai sejak tahun 1995. Jika benar, artinya populasi global yang kini lebih dari 8 miliar akan berkurang hingga menjadi 7,5 miliar, yang terdengar sangat mengerikan.

Namun demikian, kartu “Goal: Population Reduction” sebenarnya tidak menyebut angka 500 juta atau rentang waktu 30 tahun. Oleh karena itu, klaim ini lebih merupakan interpretasi pribadi dan masih tanda tanya.

Selain itu, peramal Inggris Craig Hamilton Parker telah beberapa kali meramalkan peristiwa-peristiwa besar internasional dengan akurat. Metode ramalannya terutama melalui “clairvoyance” (kemampuan melihat kejadian di luar indera manusia biasa) dan “mimpi prekognitif”, yakni dia dapat melihat simbol-simbol tertentu dalam kondisi setengah sadar atau dalam mimpinya. Selain itu, dia juga menggunakan astrologi India kuno, yang dikenal sebagai Nadi Astrology, untuk memberikan lebih banyak dasar bagi prediksinya.

Pada Juni 2024, ketika Parker meramalkan peristiwa dunia, dia melihat “awan jamur hitam raksasa” di suatu tempat di lepas pantai Jepang. Parker menjelaskan bahwa awan hitam serupa pernah muncul dalam ramalannya tentang pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina, sehingga awan hitam ini tampaknya melambangkan suatu peristiwa bencana yang akan terjadi.

Menurut Parker, awan hitam kali ini mungkin menandakan bencana geologi besar di sekitar Jepang, seperti gempa bumi dahsyat yang berpotensi memicu letusan gunung berapi bawah laut. Dia juga melihat adanya gas berbahaya yang tampaknya menyembur dari mantel bumi. Parker memperkirakan bahwa dampak gempa bumi ini tidak hanya terbatas pada Jepang, tetapi juga akan memengaruhi wilayah pesisir Pasifik, termasuk Hawaii, pantai barat Amerika Serikat, bahkan Meksiko. Mengenai waktu kejadian bencana ini, Nadi Astrology memberikan petunjuk bahwa peristiwa tersebut kemungkinan akan terjadi sebelum akhir Januari 2025, tetapi Parker mengakui sulit untuk menentukan tanggal pastinya karena dia hanya menangkap gambaran samar-samar.

Kita perlu mengingat bahwa pada 8 Agustus 2024, gempa berkekuatan 7,1 skala Richter pernah terjadi di lepas pantai Miyazaki, Jepang. Tidak lama setelah itu, Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, memprediksi kemungkinan terjadinya gempa besar dalam satu minggu. Meskipun akhirnya tidak terjadi, banyak warga Jepang yang sejak kecil telah diperingatkan bahwa gempa bumi besar yang terjadi sekali dalam satu abad bisa terjadi kapan saja, meski waktu pastinya tidak diketahui.

Pada acara terbaru 18 November tahun ini, Parker kembali menyebut tentang 2025. Dalam pandangannya, dia melihat salamander dalam api. Dia menjelaskan bahwa salamander dalam alkimia kuno melambangkan kelahiran kembali melalui api dan transformasi, simbol ketahanan dan harapan. Parker percaya bahwa penglihatan ini menunjukkan bahwa meskipun umat manusia akan menghadapi masa-masa sulit, kita akan bisa melewatinya, bangkit kembali seperti Phoenix untuk menyambut kelahiran baru.

Dia mengatakan:

“Saya pikir ini berarti kita akan melalui beberapa masa sulit, tetapi kita akan bertahan. Kita akan melewati ketakutan akan Perang Dunia Ketiga dan hal-hal seperti kiamat dunia. Dalam arti tertentu, ini adalah simbol yang penuh harapan.”

Parker juga menyebut bahwa dia melihat segala sesuatu seperti melalui cermin, sehingga dia tidak bisa melihat semuanya dengan jelas, dan kadang bisa salah. Hal ini juga berlaku untuk ramalannya tentang 2025. Dia tidak bisa mengklaim bahwa semua ramalannya benar, tetapi dia merasa memiliki tingkat akurasi yang lebih baik daripada para ahli.

Parker mengatakan:

“Karena hal-hal ini datang dari luar, seakan-akan dikirimkan kepada saya, tingkat akurasi saya cukup tinggi.”

Tatsuki Ryo, seorang komikus Jepang, menerbitkan manga berjudul “The Future I Saw” pada tahun 1999 yang mendokumentasikan penglihatannya dalam mimpi. Manga ini awalnya tidak terlalu dikenal, tetapi kemudian banyak yang menyadari bahwa karya ini merupakan manga ramalan.

Misalnya, pada 24 November 1976, Tatsuki Ryo bermimpi tentang berita kematian Freddie Mercury, vokalis band rock terkenal Inggris Queen, akibat penyakit menular. Pada 28 November 1986, dia kembali bermimpi tentang patung semua anggota Queen, tetapi tidak ada patung vokalisnya. Akhirnya, pada 24 November 1991, media melaporkan bahwa Freddie Mercury meninggal karena pneumonia bronkial akibat AIDS, tepat 15 tahun setelah mimpi Tatsuki.

Selain itu, pada 2011, terjadi gempa bumi besar Tohoku berkekuatan Magnitudo 9,0 yang memicu tsunami setinggi 23 meter dan menyebabkan kebocoran nuklir Fukushima. Yang mengejutkan, bencana ini telah “diprediksi” dalam sampul manga Tatsuki Ryo. Bahkan, manga tersebut menggambarkan adegan tsunami besar.

Tatsuki Ryo memiliki mimpi prekognitif tentang tsunami dahsyat di masa depan. Sejak usia remaja, dia sering bermimpi tentang tsunami besar yang membuatnya terbangun dalam ketakutan luar biasa. Dalam mimpinya, gempa bumi terjadi, air laut tiba-tiba surut, kemudian muncul suara gemuruh mirip suara pesawat yang berasal dari bawah tanah. Suara itu semakin mendekat hingga akhirnya muncul tsunami raksasa. Dalam mimpinya, dia mendengar orang-orang berlarian panik, melihat jam tangannya menunjukkan pukul 5 pagi, dan melihat tiga kapal muncul di depan jembatan penyeberangan.

Tatsuki Ryo memperkirakan tsunami ini akan terjadi di musim panas, karena dalam mimpinya dia mengenakan pakaian lengan pendek. Dalam mimpi lainnya, dia menyebut tanggal pasti, yakni 5 Juli 2025. Pada mimpi tersebut, dia melihat dari perspektif udara, gelembung muncul di lepas pantai Jepang, lalu terjadi gempa bumi hebat yang memicu tsunami setinggi 40 meter. Setelah itu, dia melihat daratan muncul dari dasar laut, menghubungkan Jepang, Taiwan, Hong Kong, dan Philipina. Bahkan Tatsuki sendiri merasa tak percaya dengan penglihatannya ini.

Dalam bagian penutup bukunya “The Future I Saw”, Tatsuki Ryo menulis:

“’Penglihatan’ adalah peringatan, karena ‘bisa dicegah’, maka hal itu ‘diperlihatkan’. Jika mimpi ini akan menjadi kenyataan, bencana besar berikutnya akan terjadi pada pagi hari tanggal 5 Juli 2025. Saya berharap buku ini dapat menjadi kesempatan bagi semua orang untuk mempersiapkan diri secara mental.”

Anand, seorang peramal astrologi India yang dikenal sebagai “anak ajaib dari India”, menjadi terkenal setelah meramalkan pandemi COVID-19 pada 2019. Pada Agustus tahun ini, saat mengunjungi Taiwan, dia membuat tiga ramalan besar untuk paruh pertama 2025:

  1. Konflik regional: Salah satunya kemungkinan antara Tiongkok dan Philipina.
  2. Bencana alam: Anand menyebut bahwa periode akhir 2024 hingga paruh pertama 2025 akan dipengaruhi oleh Saturnus dan titik simpul utara bulan, yang melambangkan bencana terkait air, seperti gempa bumi dan tsunami. Lokasi pertama yang disebutkan adalah Laut China Selatan, yang kebetulan sesuai dengan ramalan Craig Parker dan Tatsuki Ryo.
  3. Tragedi genosida.

Abhigya Anand, peramal asal India, mengatakan bahwa April 2025 kemungkinan akan terjadi suatu peristiwa besar, tetapi kebenarannya mungkin akan ditutupi. Menurutnya, pihak yang paling sering menutupi kebenaran adalah Tiongkok, meskipun dia tidak tahu pasti peristiwa apa yang akan terjadi.

Sebenarnya, bencana besar tidak selalu berarti kehancuran. Jepang memiliki buku ramalan legendaris berjudul “Nihon Shingi” (Wahyu Matahari dan Bulan). Penulisnya, Okamoto Tenmei, lahir pada 1897. Sejak kecil, dia mampu berkomunikasi dengan alam dewa, dapat melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh orang lain, dan mendengar suara-suara yang tak terdengar.

Antara 1944 hingga 1961, Tenmei menulis 52 jilid buku ramalan melalui metode tulisan otomatis. Dari jumlah tersebut, 39 jilid telah diterbitkan, sementara 13 jilid lainnya belum pernah dipublikasikan karena dikatakan dilarang oleh para dewa. Menurut wahyu para dewa, kekacauan dunia bukan berasal dari alam manusia (dunia material), melainkan dari alam dewa.

Buku ini meramalkan akhir Perang Dunia II dan pandemi COVID-19. Yang paling penting, buku ini mengungkapkan bahwa dunia sedang mengalami “reset besar” yang mencakup dunia material manusia, alam dewa, dan segenap tiga ribu dunia. Pada akhirnya, semua benda langit di alam semesta akan kembali ke bentuk aslinya.

Buku ini juga menyatakan bahwa ketika momen reset tiba, dewa akan membuka “Gerbang Amano-Iwato”, yang dapat dipahami sebagai gerbang menuju alam dewa. Para dewa memberi tahu Tenmei bahwa gerbang alam dewa internal telah terbuka sekitar tahun 1945, dan gerbang alam dewa tengah sedang dalam proses pembukaan. Diperkirakan gerbang ini akan terbuka pada “tahun Tikus” di masa depan.

Lalu, tahun Tikus mana yang dimaksud? Dalam Nihon Shingi, periode tahun Tikus atau sepuluh tahun sebelum dan sesudahnya adalah masa yang sangat penting. Pandemi COVID-19 menyebar luas pada 2020, yang kebetulan adalah tahun Tikus. Jika diperhitungkan sepuluh tahun sebelum dan sesudah 2020, maka masa kritisnya adalah antara 2010 hingga 2030. Ini berarti bahwa dunia akan direset kembali dalam periode tersebut.

Beberapa peneliti menafsirkan bahwa 2025 akan menjadi tahun kunci bagi rekonstruksi dunia. Dalam jilid kelima, tulisan kelima buku tersebut, dewa memberi tahu Tenmei bahwa tanda datangnya era reset besar adalah ketika bulan berubah menjadi merah, atau yang kita kenal sebagai “bulan darah”. Bulan darah terakhir muncul pada 2022, dan bulan darah berikutnya akan muncul pada 13 hingga 14 Maret 2025.

Dalam jilid Fuji, tulisan ketiga, buku ini menyebutkan bahwa akan terjadi perang gabungan yang menargetkan “negara dewa. Negara-negara yang disebutkan meliputi Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Italia. Beberapa orang menafsirkan bahwa “negara dewa” ini adalah Jepang. Namun, melihat situasi geopolitik saat ini, hubungan antara Jepang dan negara-negara tersebut relatif baik. Oleh karena itu, beberapa peneliti berpikir bahwa “negara dewa” yang dimaksud sebenarnya adalah tempat lain yang dikenal sebagai Tanah Dewa sejak zaman kuno, yaitu Tiongkok. Setelah 1949, Tiongkok dikuasai oleh Partai Komunis Tiongkok yang menganut ateisme, dan dianggap sebagai perlawanan terhadap dewa. Hal inilah yang disebut sebagai salah satu penyebab bahaya besar.

Selain perang, bencana lainnya juga akan datang dengan hebat. Dalam jilid kelima, tulisan ke-28, buku ini menyatakan:

“Poros bumi akan bergeser, menciptakan kekacauan besar secara instan. Maka, berhati-hatilah.”

Pernyataan tentang kekacauan besar ini tampaknya merujuk pada gempa bumi dahsyat akibat pergeseran poros bumi, yang serupa dengan ramalan dari para peramal sebelumnya.

Dalam jilid Fuji, tulisan ketujuh, buku ini menyatakan bahwa dalam proses mendekatnya dewa agung, yang paling menakutkan bukanlah bencana fisik seperti perang dan bencana alam, tetapi roh jahat yang tersembunyi di dalam hati manusia akan terungkap. Dewa memperingatkan bahwa manusia harus segera memperbaiki hati mereka, membersihkan jiwa dan tubuh dari kotoran, agar ketika dewa agung tiba, manusia bisa mendekati dewa, menjadi umat dewa, dan membantu membangkitkan orang lain.

Inti dari Nihon Shingi adalah untuk memberi tahu manusia agar menjaga kemurnian hati, menjauhi kejahatan, mendekati dewa agung “Kunitokotachi no Mikoto, sehingga dapat melewati bencana dengan selamat. Buku ini tidak menyebutkan dengan jelas siapa sebenarnya Kunitokotachi no Mikoto. Kuninotokotachi adalah Dewa Pendiri Negara Jepang

Beberapa orang menduga bahwa Kunitokotachi no Mikoto mungkin adalah Sage Ungu yang disebutkan dalam Tui Bei Tu Tiongkok, yang diyakini sebagai Sang Pencipta Dunia. Ada spekulasi bahwa ia mungkin sudah turun ke dunia ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak yang tertarik dengan angka misterius dalam Nihon Shingi: 123, 345, 567. Angka 567 memiliki pengucapan yang mirip dengan Corona (virus Corona) dalam bahasa Jepang. Namun, angka ini juga melambangkan turunnya Maitreya ke dunia, karena dalam kitab suci Buddha disebutkan bahwa Maitreya Buddha akan turun ke dunia setelah 5,67 miliar tahun.

Kemungkinan, ramalan ini menunjuk pada tahun 2020 ketika gerbang alam tengah dibuka dan pandemi COVID-19 menyebar luas. Dalam periode yang sama, Maitreya atau Sang Pencipta diyakini turun ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dan mereset tiga ribu dunia.

Dari sudut pandang ini, umat manusia sebenarnya tidak sedang menuju kiamat, melainkan menuju awal dan era baru. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS