Pentagon Konfirmasi Tentara Korea Utara Terlibat Pertempuran di Kursk

ETIndonesia. Badan intelijen militer Ukraina melaporkan bahwa unit Korea Utara yang bertempur untuk Rusia di wilayah Kursk mengalami kerugian setidaknya 30 tentara tewas atau terluka.

Tentara Korea Utara telah bergabung dengan pasukan Rusia dalam pertempuran di Kursk, dengan Pentagon mengonfirmasi bahwa beberapa di antaranya tewas atau terluka.

“Kami menilai bahwa tentara Korea Utara telah terlibat dalam pertempuran di Kursk … kami memiliki indikasi bahwa mereka menderita korban, baik yang tewas maupun terluka,” ujar Juru Bicara Pentagon Mayor Jenderal Pat Ryder kepada wartawan pada 16 Desember.

Pasukan Ukraina merebut sebagian wilayah Kursk, Rusia, pada musim panas ini dalam serangan lintas batas. Sejak itu, pasukan darat Rusia yang didukung oleh pesawat dan artileri berhasil merebut kembali sebagian besar, tetapi tidak semua, wilayah yang hilang.

Ryder menyatakan bahwa ia tidak memiliki rincian jumlah korban dari pihak Korea Utara.

Tentara Korea Utara

Badan intelijen militer Ukraina, HUR, pada  Senin melaporkan bahwa unit Korea Utara yang bertempur untuk Rusia menderita kerugian setidaknya 30 tentara tewas atau terluka di sekitar beberapa desa di garis depan wilayah Kursk, Rusia, selama akhir pekan.

“Karena kerugian tersebut, kelompok serbu sedang diperkuat dengan personel baru, khususnya dari brigade terpisah ke-94 tentara DPRK, untuk melanjutkan operasi tempur aktif di wilayah Kursk,” tulis badan Ukraina tersebut.

The Epoch Times belum dapat memverifikasi angka tersebut secara independen.

“Rusia tidak hanya melibatkan tentara Korea Utara dalam serangan terhadap posisi Ukraina tetapi juga berusaha menyembunyikan kerugian dari individu-individu tersebut,” tulis Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di platform X pada 16 Desember.

“Dan, sekarang, setelah pertempuran dengan tentara kami, Rusia bahkan mencoba … secara harfiah membakar wajah tentara Korea Utara yang telah tewas. Ini adalah demonstrasi penghinaan yang kini berlaku di Rusia, penghinaan terhadap segala hal yang bersifat kemanusiaan,” tambahnya.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengarahkan pertanyaan tentang klaim ini ke Kementerian Pertahanan Rusia, yang tidak memberikan komentar.

‘Ekspansi Berbahaya’

Pada Oktober, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) merilis bukti satelit yang mengklaim bahwa tentara Korea Utara dikirim ke Rusia.

Badan intelijen tersebut melaporkan bahwa pada awal Agustus, mereka mendeteksi Kim Jeong-sik, seorang pejabat tinggi Korea Utara, mengunjungi lokasi peluncuran rudal KN-23 dekat garis depan Rusia–Ukraina beberapa kali, didampingi oleh perwira militer untuk memberikan arahan.

NIS kemudian memantau pergerakan militer Korea Utara secara ketat dan, pada 18 Oktober, menyatakan bahwa pada awal Oktober, mereka mengamati kapal-kapal yang mengangkut 1.500 tentara Korea Utara sekaligus ke Vladivostok di Timur Jauh Rusia.

NIS menyatakan bahwa foto dan citra satelit mengonfirmasi keterlibatan pasukan khusus Korea Utara dalam perang Ukraina–Rusia, dengan pengiriman pasukan pertama dilakukan melalui kapal-kapal Armada Pasifik Rusia.

Ini menandai pertama kalinya armada laut Rusia memasuki perairan Korea Utara sejak 1990, menurut pernyataan badan intelijen tersebut.

Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menyebut kehadiran tentara Korea Utara di Ukraina sebagai “ekspansi berbahaya dari perang Rusia.”

Pada Oktober, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada televisi negara Rusia bahwa penggunaan tentara Korea Utara adalah keputusan berdaulat.

“Ketika kami harus memutuskan sesuatu, kami akan memutuskan … tetapi ini adalah keputusan berdaulat kami apakah kami akan menerapkannya, apakah kami tidak akan melakukannya, atau apakah kami membutuhkannya,” ujarnya. “Ini adalah urusan kami.”

Sanksi

Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri Departemen Keuangan AS pada 16 Desember memberlakukan sanksi terhadap jaringan sembilan individu dan tujuh entitas yang diduga terlibat dalam memberikan dukungan militer dan finansial kepada Korea Utara.

Departemen tersebut menyatakan bahwa pihak-pihak yang baru ditetapkan ini dituduh menyediakan sumber daya penting untuk mendukung aktivitas seperti uji coba senjata Korea Utara dan, baru-baru ini, bantuan militer kepada Rusia.

Sanksi tersebut membekukan properti dan kepentingan milik individu dan entitas yang diidentifikasi di wilayah AS.
Dua individu, Choe Chol Ryong dan Kim Myong Jin, dikenai sanksi atas dugaan keterlibatan mereka dalam penyelundupan uang secara rahasia dan transfer dana yang menguntungkan rezim di Pyongyang, menurut pernyataan tersebut.

Beberapa entitas yang dikenai sanksi, termasuk Golden Triangle Bank dan Korea Mandal Credit Bank, digambarkan telah memfasilitasi layanan keuangan penting yang secara langsung memperkuat program strategis Korea Utara.

Perusahaan Rusia Vostok Trading LLC, DV Ink LLC, Novosibirskoblgaz LLC, Sibregiongaz AO, dan Okryu Trading Co. juga dikenai sanksi atas dugaan keterlibatan mereka dalam perdagangan minyak dan gas dengan rezim Korea Utara.

Chase Smith, Adam Morrow, Reuters, dan The Associated Press berkontribusi dalam laporan ini.