EtIndonesia. Baru-baru ini, sebuah penyakit misterius merebak di Uganda, sebuah negara di Afrika Timur. Dengan gejala sekujur tubuh pasiennya lemah tak bertenaga, tubuh mereka juga bergetar tak terkendali saat berjalan, dari kejauhan mereka tampak seperti “menari”. Selain itu juga mengalami gejala demam. Dokter setempat masih belum dapat menemukan penyebab penyakit ini dan bingung dibuatnya.
Di Uganda, sebuah penyakit misterius yang disebut “dinga dinga” oleh penduduk lokal sedang menyebar. Penyakit ini menyebabkan pasien mengalami kelemahan tubuh, demam, dan gerakan tak terkendali saat berjalan, seolah-olah mereka sedang “menari.” Sebagian besar pasien adalah perempuan dan anak perempuan. Hingga kini, dokter belum menemukan penyebab pasti penyakit ini.
Laporan dari Daily Mail menyebutkan bahwa penyakit ini telah memengaruhi lebih dari 300 orang, dengan mayoritas kasus terkonsentrasi di Distrik Bundibugyo, Uganda barat. Gejalanya termasuk demam dan tremor tubuh yang tidak terkendali, membuat pasien sulit berjalan.
Menurut pejabat kesehatan setempat, meski tidak ada laporan kematian, penyakit ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik dan pasien sembuh dalam waktu sekitar seminggu. Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada awal 2023, dan hingga kini para ahli masih menyelidiki kasus-kasus tersebut.
Seorang pasien mengungkapkan bahwa meski tubuhnya terasa lemah, saat berjalan dia tidak bisa mengendalikan gerakannya. Beruntung, setelah menjalani perawatan, pasien tersebut berhasil pulih sepenuhnya.
Pada 2012, Uganda juga menghadapi wabah penyakit misterius lain yang dikenal sebagai “penyakit mengangguk,” yang menyebabkan lebih dari 3.000 kasus dan sekitar 200 kematian, kebanyakan dari anak-anak dan remaja. Penyebab penyakit itu pun tetap menjadi misteri hingga kini.
Kasus Kematian Muncul di Italia
Seorang pria Italia berusia 55 tahun yang baru kembali dari Afrika, tepatnya Kongo, meninggal dunia baru-baru ini akibat gejala demam dan perdarahan. Pada 17 Desember, Kementerian Kesehatan Kongo mengumumkan bahwa penyakit misterius yang menyebabkan sejumlah kematian di wilayah tersebut ternyata adalah “malaria parah.” Otoritas Italia telah mengambil langkah-langkah kesehatan masyarakat untuk mengidentifikasi penyebab penyakit dan mencegah penyebarannya.
Menurut laporan Corriere della Sera, pria tersebut bernama Andrea Poloni, berasal dari kota Treviso di Italia Utara. Dia meninggal dunia setelah menunjukkan gejala demam dan perdarahan. Sebelum meninggal, Poloni baru saja melakukan perjalanan ke Kongo, tempat awal terjadinya wabah penyakit mematikan tersebut.
Karena dia baru kembali dari Kongo, di mana wabah penyakit menular yang mematikan sedang berlangsung, kasus ini segera dilaporkan oleh otoritas kesehatan setempat. Departemen kesehatan di Treviso mengambil tindakan cepat dengan menginformasikan kasus ini kepada otoritas nasional. Institut Spallanzani di Roma, yang berfokus pada penelitian penyakit menular, telah memulai investigasi untuk melacak sumber penyakit tersebut. Kontak Poloni dengan orang terdekat yang diketahui sejauh ini telah diperintahkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.
Laporan dari AFP menyebutkan bahwa Republik Demokratik Kongo telah melaporkan adanya wabah penyakit misterius, yang dalam lebih dari sebulan telah menyebabkan puluhan kematian. Penyakit ini memunculkan gejala mirip flu seperti demam, batuk, dan sakit kepala. Kasus-kasus awal terdeteksi pada akhir Oktober lalu, dengan wabah yang terkonsentrasi di wilayah Panzi, Republik Demokratik Kongo.
Laporan dari Corriere della Sera juga menyebutkan bahwa pada 17 Desember, Kementerian Kesehatan Kongo mengumumkan bahwa penyakit misterius yang sebelumnya menyebar di wilayah Panzi telah diidentifikasi sebagai “malaria parah.” Data yang dirilis oleh otoritas kesehatan Kongo menunjukkan bahwa wabah tersebut telah menyebabkan 143 kematian pada November 2024.
Penjelasan lebih lanjut dari Kementerian Kesehatan Kongo menyatakan bahwa wabah malaria parah ini memiliki komplikasi yang menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan. Selain itu, kondisi malnutrisi di wilayah tersebut memperburuk keadaan pasien, yang mengakibatkan tingginya angka kematian. Misteri seputar penyakit tersebut akhirnya terungkap, tetapi tantangan untuk mengatasi malnutrisi dan kondisi kesehatan buruk di wilayah tersebut tetap menjadi perhatian utama. (jhn/yn)