Sejak paruh kedua tahun ini, laporan tentang melemahnya kekuasaan Xi Jinping semakin sering terdengar. Beberapa analisis menyatakan bahwa dalam dua tahun terakhir, rezim Xi menghadapi perpecahan internal yang serius. Dengan melemahnya kendali Xi terhadap militer, situasi politik di Tiongkok diperkirakan akan mengalami perubahan besar di masa mendatang.
ETIndonesia Memasuki masa jabatan ketiga, Xi Jinping menghadapi tantangan berat di bidang politik dan ekonomi. Sejak Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok (PKT), sejumlah petinggi militer dari berbagai unit seperti Pasukan Roket dan Departemen Pengembangan Peralatan, termasuk lebih dari sepuluh pejabat tinggi, telah dicopot.
Pada 28 November 2023, Miao Hua, jenderal senior yang dekat dengan Xi dan Kepala Departemen Politik Komisi Militer Pusat, diberhentikan untuk penyelidikan. Pada 25 Desember, mantan Wakil Komandan Angkatan Darat You Haitao dan Komandan Angkatan Laut Zona Selatan Li Pengcheng dicopot dari jabatan mereka sebagai perwakilan Kongres Rakyat Nasional.
Pada 23 Desember, Xi Jinping menghadiri upacara promosi pangkat jenderal di Gedung 81 di Beijing dan menyerahkan surat perintah kepada Chen Hui, Komisar Politik Angkatan Darat. Namun, absennya sejumlah petinggi seperti Komandan Angkatan Darat Li Qiaoming, mantan Komisar Politik Qin Shutong, Komisar Politik Angkatan Laut Yuan Huazhi, dan Komandan Polisi Bersenjata Wang Chunning memicu berbagai spekulasi.
Sejak pertengahan Desember, beberapa artikel yang menyerukan pengunduran diri Xi Jinping muncul di luar negeri. Artikel-artikel tersebut mengkritik Xi atas kerusakan besar yang ditimbulkan di berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, diplomasi, sektor swasta, dan kesejahteraan masyarakat, serta menyerukan upaya bersama untuk menggulingkan rezim otoriter.
Pengamat politik Hui Huyu dalam artikel yang diterbitkan pada 29 Desember menyatakan bahwa konflik internal di tubuh militer PKT pada tahun 2024 sangat intens. Rumor bahwa Zhang Youxia telah mengambil alih kendali militer dari Xi Jinping semakin menguat, terutama setelah melihat kondisi buruk yang dialami oleh faksi Xi pada paruh kedua tahun ini.
Hui menambahkan bahwa meskipun Xi Jinping memperpanjang masa jabatannya pada Kongres ke-20 pada Oktober 2022 dengan mengisi Politbiro dan Komite Tetap dengan loyalisnya, hanya butuh dua tahun untuk rezimnya mengalami perpecahan serius. Dengan melemahnya kendali Xi terhadap militer, perubahan besar dalam situasi politik Tiongkok diharapkan terjadi dalam satu atau dua tahun ke depan.
Selain itu, tahun 2023 ditandai oleh resesi ekonomi yang parah, yang merupakan awal dari krisis sosial-ekonomi di Tiongkok. Kebijakan “pemerintahan dengan intelijen” oleh Xi dan pembersihan pejabat militer tingkat tinggi memicu perlawanan balik dari kekuatan anti-Xi pada tahun 2024.
Ahli ilmu metafisika yang berbasis di Inggris, Shu Rong, dalam program Elite Forum NTD, memprediksi bahwa pada tahun 2025 kekuasaan Xi akan semakin melemah hingga menjadi seperti boneka. Namun, perebutan kekuasaan antara berbagai faksi akan terus berlanjut, membuat situasi politik Tiongkok sangat tidak stabil. Xi bahkan mungkin digantikan oleh pemimpin baru.
Pada 23 Desember, kritikus independen Du Zheng menulis di The Reporter Taiwan bahwa memasuki masa jabatan ketiganya, Xi Jinping menghadapi kekacauan politik yang menyebabkan krisis ekonomi serius. PKT dan Xi telah menjadi target kritik dari dalam dan luar sistem. Seruan untuk menentang Xi dan PKT kini telah menjadi suara utama rakyat Tiongkok.
Kolumnis Wang He mengatakan kepada NTD bahwa sangat mungkin Xi Jinping kehilangan kekuasaan. Konflik internal PKT sangat intens, dan hubungan antara Xi dan Zhang Youxia, yang dulu adalah sekutu, kini berubah menjadi persaingan sengit.
Menurut Wang, sejak Kongres Nasional ke-19, Xi Jinping telah memonopoli kekuasaan pengangkatan pejabat militer. Namun, Xi bahkan tidak mempercayai para jenderal yang dipromosikannya sendiri, sehingga sering melakukan pembersihan yang menyebabkan ketakutan meluas di dalam militer. Hal ini memunculkan aliansi bawah tanah di kalangan militer yang menentang Xi.
Wang juga menyoroti bahwa sejak pleno ketiga PKT, banyak hal aneh terjadi dalam politik Tiongkok. Ada spekulasi luas bahwa kekuasaan Xi telah dibatasi oleh kolaborasi antara pihak militer dan para veteran PKT. Meski begitu, Xi tetap menjadi wajah rezim untuk mempertahankan stabilitas penampilan PKT.
Pengamat politik Zhong Yuan dalam artikelnya menyebutkan bahwa pada tahun 2024, posisi inti Xi Jinping akan hilang, kekuasaan militer akan jatuh ke tangan orang lain, dan kepemimpinan kolektif pusat PKT tidak dapat berfungsi dengan baik. Ditambah dengan ketidakmampuan menangani krisis ekonomi, konflik internal di Zhongnanhai (kantor pusat dan komplek Partai Komunis Tiongkok) akan terus memperburuk kerentanan rezim PKT, yang akhirnya bisa mengarah pada kekacauan besar. (Hui)
Sumber : NTDTV.com