Epochtimes.id- Batu yang bertumpuk-tumpuk dengan ukuran yang berbeda di aliran Sungai Cibojong, Desa Jayabakti, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menjadi heboh beberapa waktu lalu.
Tumpukan batu tersebut ditemukan warga pada Kamis 1 Februari 2018 oleh warga setempat.
Jumlah batu-batu yang tak sama ukurannya setiap batu diperkirakan berjumlah sekitar 99 tumpukan batu.
Kejadian ini mendadak viral di media sosial. Sejumlah spekulasi bermunculan tentang apakah gerangan yang terjadi.
Penutup kisah, tumpukan batu itu akhirnya dibongkar pejabat Musyarawah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Cidahu seperti dilaporkan sejumlah media Jumat, 2 Februari 2018.
Dugaan-dugaan yang bermunculan beragam mulai adanya tudingan perlakuan melanggar norma agama hingga hanya sebuah fenomena alam belaka. Termasuk adanya fenomena dimensi lain menjadi perbincangan hangat.
Namun ada juga yang menyebut bahwa tumpukan batu-batu tersebut hanyalah sebuah karya seni belaka.
Sebuah komunitas yang bernama Balancing Art Indonesia angkat bicara. Ternyata sejumlah kegiatan menyusun batu bisa dilihat secara luas melalui akun facebook mereka dan cara-cara yang mereka tempuh untuk menyusun batu.
“Setelah tahu itu sebuah karya seni apakah mereka akan merasa bersalah menghancurkannya ? Saya rasa tidak akan,” tulis akun FB dan Instagram Balancing Art Indonesia.
Komunitas ini menyatakan seni yang mereka miliki mengajarkan semuanya sadar jika kita hanyalah bagian dari ciptaan Tuhan yang hidup di antara berbagai elemen alam. Komunitas ini menyatakan eleman alam yang saling berhubungan satu sama lain. Jika salah satunya terganggu maka yang lainnya akan bermasalah.
Masih dalam facebooknya, para Balancer yang ada di Indonesia mengajak semua orang dekat dan kembali menjaga alamnya.
Komunitas ini menyatakan para Balancer mempunyai etika ketika berkarya seni di setiap wilayah.
99 tumpukan batu di Sungai Cidahu di Kampung Cibijong RT 01/01, Desa Jayabakti, Kec Cidahu, Kab Sukabumi, Jawa Barat dibuat oleh warga pada 29/1/2018. Bukan kekuatan mistis yang membuatnya. Tapi oleh warga yang hobi dan ahli menyusun batu. Agar masyarakat peduli sungai. pic.twitter.com/57btkI76Nd
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) 2 Februari 2018
Selain tidak merusak alam, tidak membahayakan dan tidak merusak estetika yang sudah ada.
Kelompok melalui akun FB nya menyatakan karya seni mereka dibuat tidak untuk disembah bahkan tidak dipersembahkan.
Komunitas Balancing Art yang beraktivitas di akun instagramnya @rockbalanceindonesia , menjelaskan jika stone balancing adalah art yang melatih fokus, kontrol emosi, kesabaran, kreativitas, kepekaan, meditasi, pernafasan, relaksasi, dan bahkan prestasi. (asr)