ETIndonesia. Pada akhir 2024, The New York Times menerbitkan artikel panjang yang menyerang Shen Yun Performing Arts serta menuduh pendiri Falun Gong, Guru Li Hongzhi, mengumpulkan kekayaan besar. Pengacara HAM terkemuka, Chen Chuangchuang, yang telah menyaksikan pertunjukan Shen Yun dua sebanyak kali, menyatakan bahwa dengan skala dan keindahan pertunjukannya, aset yang dimiliki Shen Yun bukanlah berlebihan melainkan justru kurang. Ia berharap Shen Yun semakin berkembang.
Chen Chuangchuang adalah lulusan doktor hukum dari Universitas St. John, AS, dan Direktur Eksekutif Partai Demokrat Tiongkok. Ia juga seorang aktivis HAM yang telah mengenal praktisi Falun Gong sejak 2013.
“Saya sudah bertemu banyak praktisi Falun Gong. Prinsip mereka ‘Sejati, Baik, Sabar’ tercermin dalam perilaku mereka sehari-hari dan profesionalitas mereka. Praktisi Falun Gong, kebanyakan adalah orang Tionghoa, dan dibandingkan dengan orang Tionghoa lainnya, mereka memiliki perbedaan yang nyata dalam mengejar kebenaran, menolak penindasan, dan ketekunan yang luar biasa,” kata Chen Chuangchuang.
BACA JUGA : [Laporan Khusus] Kisah di Balik Dana Shenyun Sebesar US$ 266 Juta
BACA JUGA : 【Laporan Khusus】Kisah Kehidupan dan Pengajaran Pendiri Falun Gong
Selama 75 tahun berkuasa, Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah menindas banyak kelompok masyarakat. Chen percaya bahwa perlawanan praktisi Falun Gong terhadap penindasan PKT dan upaya mereka mengungkap kebenaran telah menyelamatkan banyak orang.
“Media-media besar yang dikenal sekalipun tidak bisa menandingi laporan dari media yang dikelola oleh praktisi Falun Gong dalam hal mengungkap fakta tentang PKT. Dalam proses saya memahami kebenaran tentang pemerintahan PKT, saya sangat terbantu oleh upaya praktisi Falun Gong. Saya juga mendapat manfaat besar dari perangkat lunak yang membantu menembus firewall internet Tiongkok, yang disediakan secara sukarela oleh mereka,” ujar Chen Chuangchuang.
Pada akhir 2024, The New York Times menuduh Li Hongzhi mengumpulkan kekayaan hingga USD 266 juta melalui kesetiaan para pengikutnya dan tenaga kerja murah. Namun demikian, Chen menilai laporan itu mengabaikan konteks penting.
“Setelah menyaksikan sendiri pertunjukan Shen Yun yang luar biasa, saya tidak melihat masalah jika mereka memiliki pendapatan dari pertunjukan tersebut. Laporan itu juga menyebutkan bahwa sebagian pendapatan meningkat setelah pandemi karena subsidi. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum pandemi, selama 15 tahun, pendapatan Shen Yun mungkin kurang dari USD 1 miliar. Dengan begitu banyak pertunjukan dan keindahan yang mereka sajikan di seluruh dunia, pendapatan tersebut tidak mengejutkan,” ujar Chen Chuangchuang.
Chen menyoroti bahwa laporan itu tidak mempertimbangkan dua latar belakang penting:
- Praktisi Falun Gong menghadapi penindasan dan perlawanan dari PKT.
- Shen Yun tidak muncul begitu saja tanpa usaha, dan banyak kelompok seni serupa memiliki aset yang signifikan.
Chen Chuangchuang juga menekankan bahwa para praktisi Falun Gong di Amerika Serikat beroperasi dalam lingkungan masyarakat yang bebas, berbeda dengan kontrol ketat seperti di Tiongkok.
“Di dunia bebas ini, banyak praktisi secara sukarela mengorbankan waktu, tenaga, dan uang mereka untuk mendukung Shen Yun sebagai sebuah bentuk seni yang luar biasa. Saya berharap mereka dapat mencapai lebih banyak lagi,” kata Chen Chuangchuang.
Sebagai aktivis HAM yang lama, Chen juga pernah mengalami tekanan dari PKT meski berada di Amerika Serikat. Melihat meningkatnya tekanan PKT terhadap Falun Gong di luar negeri, ia berharap para praktisi bisa terus maju.
“Untuk menyelamatkan lebih banyak orang dan menciptakan lingkungan kebebasan beragama, berserikat, serta berpendapat, kita perlu terus berjuang. Praktisi Falun Gong telah berkontribusi besar, dan saya berharap mereka dapat terus berkembang,” kata Chen Chuangchuang. (Hui)
Sumber : NTDTV.com