EtIndonesia. Beijing diduga terlibat dalam kerusakan atau pemutusan kabel komunikasi bawah laut yang penting di berbagai lokasi di dunia. Berdasarkan penyelidikan terhadap dokumen aplikasi paten Tiongkok oleh media AS, para insinyur Tiongkok telah mengembangkan perangkat yang memungkinkan pemotongan kabel ini dengan cepat dan biaya murah.
Kerusakan Kabel Bawah Laut di Lokasi-lokasi Strategis
Kabel komunikasi bawah laut di kawasan Laut Baltik, lepas pantai di Norwegia, dan sekitar Taiwan telah mengalami kerusakan. Sebelum terjadi insiden ini, media Barat melaporkan bahwa kapal-kapal Tiongkok dan Rusia terlihat mondar-mandir di lokasi tersebut. Hal ini menjadikan Beijing dan Moskow sebagai tersangka utama dalam insiden tersebut, memicu spekulasi bahwa kerusakan kabel komunikasi bawah laut mungkin disengaja. Beijing mengklaim bahwa setidaknya satu insiden kabel bawah laut adalah kecelakaan.
Menurut laporan Newsweek, di dunia yang semakin terhubung, kabel komunikasi bawah laut sangat penting untuk menyediakan koneksi data dan layanan internet. Para ahli kelautan menyatakan bahwa meskipun aplikasi paten untuk perangkat pemotong kabel bawah laut dengan mekanisme jangkar tidak berarti Beijing menggunakannya dalam insiden tersebut, namun memang, hal ini menunjukkan minat Tiongkok terhadap teknologi tersebut.
Paten Pemotong Kabel Bawah Laut Tiongkok
Pada tahun 2020, tim insinyur dari Universitas Lishui di Zhejiang, Tiongkok, mengembangkan perangkat “pemotong kabel bawah laut tipe seret” (dragging type submarine cable cutting device).
Dalam dokumen paten yang diajukan oleh Zhang Shusen, Dai Ying, Fu Changrong, Gao Zikun, Li Xuping, dan Ji Guangyao, tertulis: “Dengan perkembangan teknologi, semakin banyak kabel bawah laut dan kabel komunikasi yang dipasang di seluruh dunia. Dalam situasi darurat tertentu, kabel bawah laut ini perlu dipotong.”
Mereka juga menambahkan: “Metode pemotongan tradisional memerlukan deteksi lokasi kabel terlebih dahulu, kemudian dilakukan penggalian, pengangkatan, dan pemotongan. Proses ini rumit, membutuhkan banyak peralatan mahal, dan sangat mahal. Diperlukan perangkat pemotong kabel bawah laut yang cepat dan murah untuk menyelesaikan tugas ini.”
Aplikasi paten ini menjelaskan bahwa residu tembaga pada jangkar pemotong dapat menunjukkan apakah operasi pemotongan berhasil atau tidak. Tembaga merupakan bahan konduktor utama dalam kabel bawah laut.
Namun, ketika wartawan mencoba menghubungi Wang Yan, Wakil Direktur Departemen Penelitian Universitas Lishui, melalui telepon, ia menolak wawancara dan langsung menutup telepon.
Paten dari Universitas Lishui ini didasarkan pada sebuah proyek tahun 2009 yang diajukan oleh insinyur kelautan dari Divisi Laut Selatan Administrasi Kelautan Negara Tiongkok (State Oceanic Administration of China). Proyek tersebut bertujuan menciptakan “perangkat pemotong tipe seret untuk samudra lepas” (ocean towing type cutting device). Namun, aplikasi paten ini ditolak atau ditinggalkan karena alasan yang tidak dijelaskan.
Pandangan Ahli dan Kecurigaan
Seorang ahli kabel bawah laut Norwegia, yang berbicara secara anonim karena sensitivitas situasi, mengatakan bahwa alasan Beijing menyebut perangkat ini diperlukan untuk “menghancurkan kabel ilegal” di luar negeri adalah tidak masuk akal. Dia menambahkan bahwa penggunaan metode ini dapat merusak kabel yang digunakan secara sah.
Ketika ditanya tentang insiden terbaru pemutusan kabel komunikasi bawah laut dan masalah paten, juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok di Washington, Liu Pengyu, mengatakan melalui email bahwa dia tidak mengetahui situasinya.
Namun, dia menyampaikan “posisi prinsip” Beijing terkait masalah kabel bawah laut: “Beijing selalu menyambut dan mendukung negara lain dan perusahaan telekomunikasi untuk memasang kabel internasional di perairan yang berada di bawah yurisdiksi Tiongkok, serta menyediakan perlindungan hukum yang baik.”
Liu menambahkan: “Di masa depan, Tiongkok akan terus bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk secara aktif mempromosikan pembangunan infrastruktur informasi global, termasuk kabel bawah laut, bersama-sama melindungi kabel bawah laut, dan membangun komunitas bersama di ruang siber.”
Hubungan Beijing dan Moskow
Ahli Norwegia mengatakan bahwa insiden seperti ini bukanlah hal baru. Selama beberapa dekade, kapal Rusia dicurigai menggunakan jangkar yang dimodifikasi untuk merusak infrastruktur bawah air. Saat ini, Moskow dan Beijing saling menyebut sebagai mitra strategis penuh.
Dalam beberapa tahun terakhir, waktu terjadinya insiden pemutusan kabel bawah laut bertepatan dengan keberadaan kapal-kapal Tiongkok seperti Xing Shun 39, Newnew Polar Bear, dan Yi Peng 3 di lokasi kejadian. Beijing mengklaim bahwa pada tahun 2023, kerusakan kabel Baltik oleh Newnew Polar Bear disebabkan oleh jangkar kapal secara tidak sengaja.
Di Taiwan, Penjaga Pantai Taiwan melaporkan bahwa pada 3 Januari, kabel telekomunikasi di pantai utara Taiwan dipotong, diduga dilakukan oleh Xing Shun 39. Para analis mengatakan bahwa ini bisa jadi merupakan serangan “zona abu-abu” (grey-zone) atau serangan gabungan (hybrid attack).
Pengembangan Teknologi dan Ancaman
Benjamin L. Schmitt, peneliti senior di Kleinman Center for Energy Policy di Universitas Pennsylvania, mengatakan melalui email bahwa Tiongkok memiliki kemampuan teknis dan motif untuk melakukan serangan ini. Ia menambahkan bahwa insiden ini sejalan dengan tren yang terus berlanjut di perairan Eropa.
Schmitt menegaskan fakta bahwa para insinyur Tiongkok mengajukan banyak paten untuk perangkat pemotong kabel bawah laut semakin memperkuat kecurigaan bahwa Beijing tidak hanya memiliki motif, tetapi juga sedang mengembangkan teknologi untuk “perang bawah laut”.
Gregory Falco, asisten profesor di Cornell University dalam program Teknik Mesin dan Aerospace, mengatakan bahwa teknologi ini adalah contoh sempurna dari teknologi ganda (dual-use technology) yang telah dikembangkan Tiongkok selama bertahun-tahun.
Ia menambahkan: “Teknologi ini memiliki nilai komersial karena dapat digunakan untuk membongkar kabel lama di lokasi yang tidak dapat diakses oleh penyelam atau kendaraan bawah laut yang dikendalikan dari jarak jauh. Namun, jelas bahwa teknologi ini kini digunakan untuk tujuan lain.”
Gudang Senjata Beijing
Schmitt menyatakan bahwa Beijing telah mengembangkan berbagai sistem mekanis, termasuk “perangkat pemotong tipe seret untuk samudra lepas” dan “perangkat pemotong kabel bawah laut tipe seret dan metode pemotongannya”. Hal ini menunjukkan bahwa Tiongkok memiliki beragam opsi teknologi di dalam persenjataannya untuk mengancam infrastruktur energi dan telekomunikasi bawah laut secara global.
Schmitt menyerukan agar negara-negara demokrasi global merespons dengan tegas untuk mencegah Rusia dan Tiongkok merusak infrastruktur penting bawah laut Barat. Dia merekomendasikan NATO untuk membangun mekanisme konsultasi dan meningkatkan pengawasan laut serta satelit.
“Tidak bertindak hanya akan mendorong Moskow dan Beijing untuk melanjutkan tindakan sabotase destruktif ini, yang membahayakan keamanan global,” kata Schmitt.(jhn/yn)