Epochtimes.id- Warrior FCTC mengajak anak muda kota Palu, Sulawesi Tengah menolak jadi target industri rokok yang membidik mereka sebagai perokok pemula.
Langkah demikian disampaikan Muhammad Syafaat, Warrior Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) Kota Palu, di acara Talkshow “Mengakhiri Hegemoni Industri Rokokā yang berlangsung di Aula Dinas PPPA Kota Palu, Sulteng, Selasa (06/02/2018).
Menurut Syafaat, panggilan akrabnya, anak Indonesia memang menjadi target industri rokok untuk meneruskan keberlangsungan bisnisnya. Caranya, industri rokok membanjiri anak muda dengan iklan, promosi dan sponsor yang menjual gaya hidup anak muda, untuk menanamkan kesan bahwa rokok produk normal, tidak berbahaya, dan mewakili gaya hidup anak muda yang cool, gemar berpetualang dan anti-mainstream.
āStrategi industri rokok melalui iklan, promosi dan sponsor ini sangat manipulatif,ā kata Syafaat.
Menurut dia, rokok sama sekali bukan produk normal. Rokok mengandung 4.000 bahan kimia berbahaya, dimana ratusan diantaranya bersifat beracun, dan 70 bahan di dalamnya bersifat karsinonegik atau penyebab kanker. Ia mengutip data The Tobacco Atlas 2015 bahwa lebih dari 217.400 penduduk Indonesia meninggal dunia akibat merokok dan ini terjadi setiap tahun.
Karenanya, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Tadulako ini sangat gemas dengan maraknya iklan rokok di kota Palu.
āHampir semua jalan di Palu ada iklan rokok. Bahkan kita bisa menemukan tiga sampai empat billboard iklan rokok di pertigaan jalan atau perempatan dekat lampu merah,ā ujar Syafaat.
āTebaran iklan rokok di sepanjang jalan kota Palu Ā sangat berpotensi meningkatkan perokok pemula. Sebab, sudah banyak studi menyebutkan adanya pengaruh dari iklan rokok terhadap keinginan untuk merokok,ā tegas alumnus FCTC Youth Summit 2017 ini.
Didorong keprihatinan terhadap maraknya iklan rokok, pegiat Forum Generasi Berencana (Genre) Sulawesi Tengah ini menggelar talkshow untuk mengedukasi anak muda Palu tentang bahaya merokok dan iklan rokok, serta menggerakkan mereka untuk melawan hegemoni industri rokok.
Yang menarik, salah satu narasumber talkshow adalah Nur Soima Ulfa, sineas yang menyutradarai āTadulako Mildā, sebuah film dokumenter yang memotret buramnya kampus Tadulako pada tahun 2010 akibat dikelilingi 1.071 iklan rokok.
Meski bergenre komedi, film ini berhasil mengaduk hati pemirsanya dan menimbulkan rasa marah, malu, dan geram yang luar biasa, akibat hegemoni industri rokok yang begitu kuat terhadap lembaga pendidikan.
āFilm ini sangat inspiratif dan heroik,ā kata Syafaat. āBerkat film ini, Rektor menerbitkan Surat Keputusan (SK) yang menyatakan Universitas Tadulako (Untad) sebagai Kawasan Bebas Rokok. Sejak itu, tidak ada lagi sponsor rokok dalam kegiatan mahasiswa di Untad,ā tambahnya.
Inspirasi heroik dari film Tadulako Mild inilah yang ingin ditularkan Syafaat kepada seluruh anak muda kota Palu. Pada Desember lalu Warrior FCTC ikut menulis Surat Terbuka kepada Gubernur Sulawesi Tengah untuk meminta pelarangan perusahaan rokok mensponsori konser musik di kota Palu.
Acara talkshow yang digelar hari ini merupakan bagian dari kegiatan menyambut kedatangan wayang FCTC. Kota Palumenjadi kota keempat belas yang didatangi Wayang FCTC Warrior dan Naskah Deklarasi D10M dalam rangkaian āPetualangan 365 Hari FCTC Warrior di 25 Kotaā.
Sejak Agustus 2017, Wayang FCTC yang menjadi simbol FCTC Warrior, diperjalankan ke 25 kota untuk mengajak lebih banyak anak muda bersuara menolak menjadi target pemasaran industri rokok.
Sebelum tiba di Palu, Wayang FCTC sudah melalui kota Tangerang Selatan, Bogor, Bandung, Pekalongan, Semarang, Yogyakarta, Jember, Tabanan, Badung, Mataram, Sumbawa, Makassar dan Banggai.
Setelah Palu, Wayang FCTC dan Naskah Deklarasi D10M akan diperjalankan kembali dalam rangkaian Petualangan 365 hari FCTC Warrior Ā di 25 kota. (asr)