EtIndonesia. Pada Senin (13/1), Sekjen NATO Mark Rutte menyampaikan pidato di Parlemen Eropa di Strasbourg, Prancis, dan menyerukan negara-negara anggota untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka. Dia memperingatkan bahwa tanpa langkah tersebut, Eropa berisiko jatuh di bawah kendali Rusia atau warganya terpaksa melarikan diri ke tempat lain, seperti Selandia Baru.
Rutte, yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Belanda terlama, menegaskan bahwa saat ini Eropa mungkin merasa aman, tetapi situasi dapat berubah drastis dalam beberapa tahun mendatang.
“Kita saat ini aman, tetapi empat atau lima tahun lagi, situasinya bisa sangat berbeda,” kata Rutte.
Dia menambahkan bahwa jika negara-negara Eropa tidak mau meningkatkan belanja pertahanan, alternatifnya adalah “mulai belajar bahasa Rusia atau pindah ke Selandia Baru.”
Rutte menyatakan keprihatinannya atas situasi keamanan Eropa, yang menurutnya tidak sepenuhnya dalam keadaan perang, tetapi juga jauh dari damai. Kondisi ini, katanya, menuntut peningkatan signifikan dalam investasi pertahanan untuk memperkuat kemampuan militer dan ketahanan infrastruktur kritis.
NATO dan Target 2% dari PDB untuk Pertahanan
Menurut laporan Business Insider, NATO telah menetapkan target anggaran pertahanan sebesar 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) bagi negara-negara anggotanya. Namun, selama bertahun-tahun, banyak negara anggota yang gagal memenuhi target ini. Invasi Rusia ke Ukraina menjadi titik balik, dengan 23 dari 32 negara anggota NATO kini mengalokasikan 2% PDB mereka untuk pertahanan.
Di antara negara-negara anggota:
- Amerika Serikat mengalokasikan sekitar 3,38% PDB untuk pertahanan.
- Negara-negara Baltik seperti Estonia (3,43%) dan Latvia (3,15%) memiliki alokasi serupa.
- Polandia, yang memiliki salah satu militer terkuat di Eropa, memimpin dengan anggaran pertahanan sebesar 4,1% PDB.
Sebaliknya, negara-negara seperti Jerman di bawah kepemimpinan Kanselir Olaf Scholz berpendapat bahwa target yang lebih tinggi, seperti 5% PDB yang diusulkan oleh Donald Trump, terlalu sulit untuk dicapai.
Presiden terpilih AS Donald Trump, yang akan segera dilantik, telah lama mengkritik anggota NATO karena gagal meningkatkan belanja keamanan mereka. Trump bahkan menyerukan agar target NATO dinaikkan menjadi 5% dari PDB, jauh di atas standar saat ini.
Polandia menyambut usulan ini sebagai langkah positif, tetapi banyak negara Eropa Barat, termasuk Jerman, merasa target tersebut tidak realistis.
Rutte menyarankan bahwa semua negara anggota harus mulai meningkatkan anggaran mereka tanpa menunda. Dia mengusulkan bahwa target yang lebih realistis adalah 3,7% PDB, yang dapat membantu Eropa meningkatkan kapasitas militernya tanpa membebani anggaran nasional secara berlebihan.
Kesimpulan
Pidato Rutte mencerminkan urgensi situasi geopolitik yang sedang berkembang di Eropa, terutama dengan ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia. Dengan meningkatnya ketegangan di kawasan, NATO menekankan pentingnya solidaritas dan kesiapan militer di antara negara-negara anggotanya.
Namun, tantangan terbesar tetap pada bagaimana negara-negara Eropa yang lebih besar, seperti Jerman dan Prancis, dapat menyeimbangkan kebutuhan anggaran pertahanan dengan tekanan ekonomi domestik, sambil mempertahankan peran NATO sebagai benteng utama keamanan di kawasan tersebut. (jhn/yn)