Ketua Komisi Militer NATO: Perang Rusia-Ukraina Memperburuk Ketegangan, Beijing Tidak Boleh Bermain Dua Peran

EtIndonesia. Sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina, perang telah berlangsung hampir tiga tahun. Pada konferensi pers menjelang akhir masa jabatannya, Ketua Komisi Militer NATO, Rob Bauer, menyampaikan kritik keras. Dia menekankan bahwa NATO telah menyampaikan pesan yang jelas kepada Tiongkok: Tiongkok tidak boleh bermain dua peran, yakni menyatakan kepatuhan terhadap Piagam PBB sambil mendukung perang yang berlangsung di Eropa. Dia juga menyoroti keterlibatan Korea Utara dalam perang Ukraina, yang dinilainya membawa perubahan besar dalam situasi internasional.

Fokus NATO pada Ancaman Keamanan Global

Pertemuan Menteri Pertahanan NATO yang berlangsung selama dua hari berakhir pada 16 Januari. Dalam konferensi pers setelah pertemuan tersebut, Rob Bauer menjelaskan bahwa agenda utama pertemuan adalah membahas kesiapan militer negara-negara anggota NATO hingga tahun 2030. Dia juga menegaskan bahwa tidak ada tanda-tanda Rusia memiliki niat untuk berdamai, dan justru terus menjalin kerja sama dengan Tiongkok, Iran, dan Korea Utara, yang berdampak negatif pada keamanan global.

Bauer secara khusus menyoroti pengaruh Tiongkok terhadap keamanan global, termasuk peningkatan persenjataan nuklir secara tidak transparan dan dukungan yang memungkinkan Rusia melanjutkan perang di Ukraina. Menjawab pertanyaan dari Yonhap News Agency, Bauer menjelaskan konsekuensi dukungan Korea Utara dan Tiongkok terhadap Rusia.

Keterlibatan Korea Utara dan Peran Tiongkok

Menurut Bauer, pengiriman pasukan Korea Utara untuk membantu Rusia merupakan perubahan strategis besar. Dia menyebut bahwa negara yang paling terisolasi di dunia ini tiba-tiba menjadi pemain dalam konflik tersebut. Bauer mengkritik Tiongkok karena memungkinkan hal ini terjadi, yang menyebabkan kawasan Indo-Pasifik terhubung langsung dengan keamanan di Eropa. Hal ini, menurutnya, memperumit situasi dan membawa dampak besar.

Dia juga menganggap keputusan Korea Utara untuk terlibat sebagai kesalahan strategis, karena pasukan Korea Utara tidak akan efektif menjadi tameng bagi militer Rusia. Sebaliknya, banyak tentara Korea Utara akan kehilangan nyawa mereka.

Peran Tiongkok, menurut Bauer, meliputi pemberian dukungan kebutuhan militer Rusia, meskipun bukan berupa senjata langsung. Dia kembali menegaskan bahwa Tiongkok tidak dapat mengklaim ingin berteman dengan negara-negara NATO dan berdagang dengan mereka, tetapi pada saat yang sama mendukung musuh-musuh NATO.

Perang Rusia-Ukraina: NATO Tetap Mendukung Ukraina

Bauer menyoroti bahwa perang Rusia-Ukraina telah membuat kedua pihak dalam posisi sulit. Dia menyebut bahwa kemajuan militer Rusia sangat lambat, sementara Ukraina tetap bertahan di garis depan. NATO akan terus mendukung Ukraina dengan menyediakan kebutuhan militer dan meningkatkan pelatihan bagi pasukan Ukraina.

Pada hari terakhir masa jabatannya, Bauer akan digantikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut Italia, Giuseppe Cavo Dragone, sebagai Ketua Komisi Militer NATO.

Pandangan Panglima NATO Lainnya

Jenderal Christopher G. Cavoli, Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu NATO, juga hadir dalam konferensi pers tersebut. Ketika ditanya tentang kemungkinan berkurangnya dukungan AS terhadap NATO setelah Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden, Cavoli menegaskan bahwa jaminan keamanan AS terhadap kawasan tetap kuat. Namun, dia menolak berspekulasi lebih jauh mengenai kebijakan pemerintahan baru AS.

Sementara itu, Laksamana Angkatan Laut Prancis Pierre Vandier, Panglima Tertinggi Transformasi Pasukan Sekutu NATO, menyoroti pentingnya kemampuan beradaptasi, transformasi, dan inovasi dalam meningkatkan keunggulan militer NATO. Menurutnya, kunci utama dalam perlombaan militer saat ini adalah kecepatan. 

“Waktu adalah hal yang paling penting,” tegas Vandier. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS