EtIndonesia. Ketika kita merasa bahwa seorang teman sedang memikirkan kita, kita akan menghubunginya lewat telepon. Ketika kita merasa seseorang sedang mengamati kita, kita akan menoleh, dan orang tersebut ternyata memang ada di sana. Ini bukan kebetulan, dan bukan fenomena yang aneh. Penjelasan atas fenomena ini berasal dari ahli biokimia asal Inggris, Rupert Sheldrake, yang menyebutnya sebagai “pikiran yang diperluas” (The Extended Mind).
Kemampuan Potensial Pikiran
Dunia masa depan mungkin akan dibangun berdasarkan kemampuan berpikir. Manusia telah mulai belajar untuk berbagi informasi melalui kekuatan pikiran, serta menggunakan pikiran untuk berkomunikasi lintas waktu dan ruang dengan sesama manusia di tempat yang jauh. Mereka bahkan dapat secara sadar meramalkan masa depan.
Saat ini, para ilmuwan mulai berusaha meneliti otak dan fungsi saraf manusia, sementara sebagian lainnya berfokus pada bidang yang kurang dikenal dalam pikiran manusia. Mereka percaya bahwa mereka dapat menemukan atau membangkitkan kemampuan potensial yang luar biasa di dalam otak manusia.
Banyak orang mungkin menganggap hal ini sebagai tema untuk film fiksi ilmiah Hollywood, tetapi mungkin beberapa hal tersebut tidaklah jauh dari kenyataan.
Sejauh mana kemampuan pikiran manusia bisa berkembang?
Meskipun kemampuan pikiran terbatas, para ilmuwan saat ini masih belum dapat menentukan batasannya, bahkan organ otak—tempat di mana semua kebijaksanaan, kreativitas, dan perasaan berkumpul—belum sepenuhnya mengungkapkan rahasianya. Francis Crick, yang dikenal sebagai “Bapak DNA” dan ahli dalam penelitian saraf, mengakui, “Pemahaman kita tentang berbagai bagian otak manusia masih pada tahap dasar,” katanya.
Telepati dan Intuisi
Beberapa ilmuwan yang sedang mengembangkan kemampuan pikiran saat ini mengikuti jalur penelitian yang berbeda. Ahli biokimia asal Inggris, Rupert Sheldrake, yang telah lama terlibat dalam penelitian tentang fenomena kesadaran, telah melakukan eksperimen ilmiah selama 20 tahun untuk membuktikan bahwa kemampuan pikiran manusia jauh lebih besar daripada yang dibayangkan orang. Fenomena telepati dan intuisi dapat dijelaskan sebagai potensi yang sebenarnya dimiliki manusia.
“Kita mewarisi keterampilan ini dari nenek moyang kita, dan mempelajarinya bisa membantu kita memahami sifat pikiran itu sendiri,” kata Sheldrake.
Menurut Sheldrake, bahwa pikiran bukanlah sinonim dari otak. Pikiran tidak terbatas di dalam otak, tetapi “memperluas ke dunia di sekitar kita, berhubungan dengan segala yang kita lihat”. Selain itu, seperti yang dibuktikan oleh fisika modern, pikiran bukanlah hubungan yang pasif, melainkan “perasaan kita terhadap dunia luar, yang berarti adanya interaksi antara keduanya”. Dengan kata lain, pikiran manusia dipengaruhi oleh lingkungan eksternal, tetapi pada saat yang sama, pikiran juga meninggalkan jejaknya di lingkungan sekitar.
Medan Pikiran
Teori yang disebut “The Extended Mind atau pikiran yang diperluas” ini menyatakan bahwa, seperti halnya medan elektromagnetik, pikiran juga memiliki medan tersendiri, atau disebut “medan morfogenetik”, tempat berbagai gagasan, keinginan, dan pendapat, baik yang sadar maupun yang tidak sadar, mengalir.
Menurut teori ini, berbagai pemikiran manusia, bahkan ingatan, akan bergerak di sepanjang “jalur informasi” ini. “Karena setiap kali muncul cara baru berperilaku, seperti teknik olahraga atau permainan komputer, akan tercipta pengalaman yang melibatkan banyak orang.” Partisipasi luas dari berbagai pikiran ini memungkinkan keterampilan baru tersebar, menciptakan medan morfogenetik yang unik.
Sheldrake percaya, “Medan morfogenetik ini membuat orang lain lebih mudah belajar keterampilan baru,” ujarnya.
Tentu saja, tidak semua pikiran dan perilaku itu sama, jadi tidak setiap orang memiliki medan morfogenetiknya masing-maisng. Seperti halnya mutasi genetik, pikiran dalam medan morfogenetik ini akan mengalami seleksi alam.
“Ide yang baik, yang dapat diterima oleh orang lain, akan ditiru, disebarkan, dan menjadi sangat umum. Semakin sering sebuah ide muncul, semakin besar kemungkinan ide tersebut menjadi bagian dari pikiran bawah sadar,” katanya.
Oleh karena itu, standar budaya secara alami akan terbentuk. Salah satu kesimpulan yang dapat diambil dari proses ini adalah bahwa insting sebenarnya adalah ingatan terhadap perilaku nenek moyang.
Sheldrake mengatakan: “Insting bergantung pada memori kolektif spesies, yang terakumulasi dari generasi ke generasi. Misalnya, seekor anjing penggembala yang belum pernah melihat domba, meskipun tidak dilatih sebelumnya, biasanya akan dengan sendirinya mengumpulkan domba-domba tersebut.”
Banyak kebiasaan bawah sadar yang mempengaruhi kita semua terbentuk melalui memori kolektif ini.
Pikiran dan kesadaran kita sedang beredar di udara, dan bisa saja ditangkap oleh siapa saja. Ini mungkin membuat banyak orang merasa tidak nyaman. Namun, jangan khawatir, karena menurut pengamatan Sheldrake terhadap ribuan pengalaman, tidak semua orang sensitif terhadap keterampilan yang sama. Selain itu, telepati hanya terjadi antara orang yang memiliki hubungan mendalam satu sama lain, dan dipengaruhi oleh perasaan serta ikatan sosial mereka.
Keinginan dan Telepati
Keinginan memainkan peran yang sangat penting dalam penyebaran pikiran. Ketika seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu, misalnya menelepon atau pulang ke rumah, dia akan mencerminkan keinginannya kepada objek yang bersangkutan, seperti orang yang menerima telepon atau anggota keluarganya.
Sheldrake berpendapat, bahwa beberapa orang atau hewan mampu menangkap kesadaran ini. Faktanya, analisis gelombang otak baru-baru ini membuktikan bahwa keinginan untuk melakukan suatu tindakan dapat membuat jaringan saraf bekerja lebih awal sebelum peristiwa tersebut terjadi.
Tahun lalu, sebuah eksperimen yang dilakukan oleh peneliti Amerika menemukan bukti adanya indera keenam atau telepati. Dalam eksperimen persepsi visual, sekitar sepertiga dari peserta eksprimen merasa perubahan gambar beberapa detik sebelum gambar itu terlihat oleh mata mereka. Sheldrake dalam bukunya yang terbaru menceritakan eksperimennya mengenai kemungkinan mata-mata psikologis antara tahun 1970 hingga 1993. Akurasi penyebaran gambar menggunakan pikiran jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sekadar meramal.
Namun, teori Sheldrake yang paling mengesankan adalah bagaimana dia menghubungkan pengaruh pikiran dengan waktu.
Dia mengatakan: “Keinginan saya bisa mempengaruhi masa depan… Keinginan orang lain juga bisa mempengaruhi keinginan saya.”
Beberapa penelitian dapat memberi kita gambaran umum tentang teori ini.
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh Asosiasi Psikologi Amerika menunjukkan bahwa jika orangtua percaya bahwa anak-anak mereka akan minum banyak alkohol, anak-anak tersebut benar-benar akan mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar, seolah-olah mereka sedang menjalankan rencana orangtua mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga bisa melihat bahwa jika seorang guru percaya bahwa siswanya dapat berhasil, mereka benar-benar akan berhasil. Tentu saja fenomena ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, namun komunikasi normal tidak hanya melibatkan saluran informasi yang biasa, tetapi juga penyebaran informasi melalui telepati (medan morfogenetik), yang keduanya tidak saling bertentangan.
Mungkin ada orang yang merasa kesulitan memahami ini. Jika seseorang pada abad ke-18 menggambarkan masa depan di mana orang dapat menggunakan telepon seluler dan satelit untuk mengirimkan informasi ke seluruh dunia, mereka mungkin dianggap gila.
Ketika Sheldrake mengemukakan teorinya pada tahun 1980-an, beberapa ilmuwan menganggap teorinya sebagai omong kosong. Namun Sheldrake berpendapat: “Banyak ilmuwan takut dan menolak telepati karena tidak sesuai dengan teori materialisme. Dalam sejarah sains, revolusi terjadi ketika paradigma lama digantikan oleh pola yang lebih luas, menggantikan pola yang lebih terbatas sebelumnya.”
Beberapa ilmuwan fisika kuantum bahkan menerima kemungkinan adanya dunia spiritual yang paralel dengan dunia material, dan mereka secara ilmiah meyakini keberadaan medan morfogenetik, bahkan perjalanan waktu. (jhn/yn)