OpenAI Mengonfirmasi: DeepSeek Mencuri Data, Menimbulkan Kekhawatiran Keamanan

EtIndonesia. Beberapa hari terakhir, media Barat ramai membahas model kecerdasan buatan (AI) yang diluncurkan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), yaitu DeepSeek. Namun, dengan gaya bahasa mirip pernyataan kementerian luar negeri dan sistem penyensoran diri yang ketat, model AI ini menjadi bahan lelucon di berbagai kalangan.

Menurut konfirmasi dari OpenAI, terdapat bukti bahwa DeepSeek telah mencuri data milik OpenAI.

Pada hari Rabu (29/1), Bloomberg mengutip sumber yang menyatakan bahwa Microsoft dan OpenAI sedang menyelidiki apakah DeepSeek menggunakan cara tidak sah untuk memperoleh data.

Pada musim gugur 2024, peneliti keamanan Microsoft mengamati bahwa individu yang diduga memiliki hubungan dengan DeepSeek menggunakan API (Application Programming Interface) OpenAI untuk mencuri sejumlah besar data.

Dalam sistem kerja yang sah, pengembang perangkat lunak dapat mengintegrasikan model kecerdasan buatan OpenAI ke dalam aplikasi mereka dengan membeli lisensi API berbayar.

Namun, OpenAI kemudian mengonfirmasi kepada Financial Times bahwa DeepSeek kemungkinan menggunakan teknik “distilasi” untuk mencuri data, yang jelas merupakan pelanggaran terhadap ketentuan layanan OpenAI.

Mantan kepala operasional PayPal David Sacks yang diangkat Trump sebagai kepala kecerdasan buatan (AI) dan kripto, pada Selasa (28/1) juga menyatakan bahwa terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa DeepSeek telah mencuri data.

Lai Jianping, mantan pengacara di Beijing dan Ketua Aliansi Demokratik Kanada, menyatakan: “Ini adalah kasus di mana DeepSeek diduga mencuri model milik OpenAI. Saya pikir, ini sangat mungkin terjadi. Mereka mampu melatih model AI dalam waktu singkat, yang berarti mereka memiliki keterampilan dan kemampuan untuk ‘memotong jalur’. Namun, saya lebih melihat ini sebagai bentuk inovasi palsu yang tidak nyata.”

Lai Jianping menambahkan: “Banyak negara dan individu menyadari bahwa DeepSeek memiliki risiko mencuri atau mengeksploitasi data pribadi. Data yang diproses menggunakan DeepSeek berpotensi dikumpulkan dan dapat menimbulkan risiko keamanan besar bagi pengguna, komunitas mereka, bahkan negara mereka.”

Selain itu, DeepSeek juga memicu kekhawatiran keamanan internasional.

Menteri Sains Australia, Ed Husic, pada Selasa mengungkapkan bahwa produk AI asal Tiongkok masih memiliki banyak pertanyaan yang belum terjawab, terutama dalam hal “manajemen data dan privasi”, sehingga perlu diwaspadai.

Selain itu, DeepSeek secara ketat menyensor topik sensitif terkait politik Tiongkok, seperti Tragedi Tiananmen, Xi Jinping, dan berbagai isu Partai Komunis Tiongkok. AI ini menolak menjawab pertanyaan tersebut atau mengalihkan pembicaraan, yang menjadi perhatian besar di kalangan pemerhati teknologi dan kebebasan berekspresi.Menurut Jiang Pinchao, seorang penulis koleksi nasional Perpustakaan Kongres AS, “DeepSeek ini seperti ‘Pinduoduo’ dalam dunia internet, yang berarti bahwa ia adalah produk negara yang dikendalikan oleh Partai. Pada akhirnya, itu tetap merupakan milik Pemerintah Tiongkok.” (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS