Trump Kembali Peringatkan Negara-Negara BRICS: Jika Melawan Dolar, Tarif Impor akan Naik 100%

ETIndonesia. Senjata tarif kembali digunakan secara maksimal oleh Presiden AS Donald Trump. Pada Kamis (301/2025), Trump kembali mengeluarkan peringatan keras kepada negara-negara BRICS, agar tidak mencoba menggantikan dolar AS dengan mata uang lain. Jika mereka tetap nekat, maka mereka akan dikenakan tarif impor sebesar 100%.

Dalam unggahan di media sosialnya, Trump menegaskan, “Kami akan meminta negara-negara yang tampaknya bersikap bermusuhan ini untuk berkomitmen agar tidak menciptakan mata uang BRICS baru atau mendukung mata uang lain untuk menggantikan dolar AS yang kuat. Jika mereka melanggar, mereka akan menghadapi tarif impor 100% dan bersiap untuk tidak lagi menjual produk mereka ke pasar AS.”

Profesor Xie Tian dari Sekolah Bisnis Aiken, Universitas South Carolina, menilai bahwa ini adalah langkah yang cerdas. “Trump tidak memaksa mereka menggunakan dolar AS, tetapi jika mereka tidak menggunakan dolar, mereka juga tidak akan bisa mendapatkan keuntungan dari pasar AS atau memperoleh dollar. Itu adalah kebijakan yang adil.”

Ancaman BRICS Terhadap Dolar AS

Dalam pertemuan KTT BRICS tahun lalu, yang berlangsung menjelang Pemilu AS 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan pembentukan sistem pembayaran baru untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Setelah Trump memenangkan pemilu, ia segera memberikan peringatan keras terhadap inisiatif ini.

Ekonom Li Hengqing dari Institut Informasi dan Strategi AS menjelaskan: “Putin telah lama menghadapi sanksi dari Uni Eropa dan AS, sehingga Rusia bahkan tidak bisa mengakses SWIFT. Oleh karena itu, dia berusaha memimpin upaya ini. Sementara itu, Xi Jinping juga ingin menjadikan yuan sebagai mata uang perdagangan utama agar Tiongkok bisa lebih berpengaruh secara global.”

Namun, menurut Xie Tian, upaya ini sulit untuk berhasil: “Tujuan mereka adalah untuk melawan AS dan dolar. Tetapi meskipun mereka tidak bisa menang, mereka ingin setidaknya melemahkan kekuatan dolar.”

Saat ini, negara-negara BRICS utama mencakup Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Pada 2024, keanggotaan BRICS bertambah menjadi 9 negara, dengan beberapa negara Afrika dan Amerika Latin bergabung termasuk Indonesia. 

Namun, para analis menilai bahwa BRICS sulit menantang sistem dolar AS karena perbedaan besar dalam kondisi ekonomi dan politik antar anggotanya, serta keberadaan negara-negara dengan pemerintahan otoriter dan reputasi keuangan yang buruk. 

Xie Tian menambahkan: 9 Negara-negara dalam BRICS sangat beragam, ditambah lagi dengan anggota baru dari Afrika dan Amerika Latin yang pertumbuhan ekonominya sangat tidak merata. Jika mereka ingin menerbitkan mata uang bersama, siapa yang akan bertanggung jawab? Bahkan angka PDB Tiongkok saja dipalsukan. Saya tidak percaya bahwa mata uang BRICS bisa benar-benar terwujud.”

Senada dengan itu, Li Hengqing menyimpulkan bahwa inisiatif BRICS sulit terwujud: “Sampai sekarang, mereka belum bisa menyatukan visi mereka. Ada begitu banyak konflik geopolitik di antara mereka. Upaya ini mustahil untuk terus berlanjut.” (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS