Trump Resmi Perintahkan Kenaikan Tarif Terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok

EtIndonesia. Pada 1 Februari, penasihat senior Gedung Putih untuk perdagangan dan manufaktur, Peter Navarro, mengonfirmasi bahwa Presiden Donald Trump telah secara resmi memerintahkan kenaikan tarif terhadap produk impor dari Meksiko dan Kanada sebesar 25%, serta tarif tambahan sebesar 10% terhadap barang-barang dari Tiongkok. Keputusan ini bertujuan untuk menangani keadaan darurat nasional akibat fentanyl dan imigran ilegal yang masuk ke AS.

Tarif baru ini dijadwalkan mulai berlaku pada Selasa, 5 Februari.

Trump kemudian mengumumkan kebijakan ini melalui platform media sosialnya, Truth Social, dengan menegaskan bahwa tarif tersebut dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional (IEEPA), mengingat ancaman besar dari imigran ilegal dan narkotika mematikan, termasuk fentanyl, terhadap warga Amerika Serikat.

“Kita harus melindungi warga Amerika. Sebagai presiden, saya memiliki tanggung jawab untuk memastikan keselamatan semua orang. Dalam kampanye saya, saya berjanji untuk menghentikan gelombang imigran ilegal dan masuknya obat-obatan terlarang ke perbatasan kita. Warga Amerika telah memberikan suara secara luar biasa untuk mendukung kebijakan ini,”  tulis Donald Trump di Truth Social.

Menurut pejabat Gedung Putih, produk energi dari Kanada hanya akan dikenakan tarif 10%, sementara impor energi dari Meksiko akan dikenakan tarif penuh sebesar 25%.

UU IEEPA memungkinkan Pemerintah AS untuk mendeklarasikan keadaan darurat nasional guna mendukung penerapan kebijakan tarif ini. Gedung Putih juga menegaskan bahwa tidak akan ada pengecualian untuk produk tertentu, termasuk pencabutan ketentuan pembebasan pajak atas barang impor kecil dari Kanada dengan nilai di bawah 800 dolar.

Gedung Putih memutuskan untuk memberlakukan tarif lebih ringan pada impor energi dari Kanada guna meminimalkan dampak negatif terhadap harga dalam negeri.

“Penerapan tarif 10% pada energi bertujuan untuk mengurangi potensi dampak yang merugikan terhadap harga bensin dan bahan bakar pemanas rumah tangga di AS,”  kata Peter Navarro

Tarif ini berlaku untuk semua produk energi dari Kanada, termasuk listrik, gas alam, dan minyak.

“Ini adalah keputusan yang masuk akal, dan kami akan terus melanjutkannya,” Peter Navarro menambahkan.

Dampak Tarif terhadap Ekspor Tiongkok dan Ekonomi Beijing

Menurut analisis Bloomberg Economics, penerapan tarif tambahan 10% terhadap produk Tiongkok dapat mengurangi ekspor Tiongkok ke AS hingga 40%, serta berpotensi menurunkan PDB Tiongkok sebesar 0,9%.

Saat ini, ekonomi Tiongkok sedang menghadapi tantangan besar, termasuk krisis di sektor properti dan tekanan deflasi. Sejak akhir September tahun lalu, upaya stimulus ekonomi yang dilakukan Pemerintah Tiongkok mulai kehilangan efektivitas. Dengan tarif yang semakin tinggi, Beijing kemungkinan harus meningkatkan dukungan ekonomi lebih lanjut untuk mengatasi tekanan ini.

“Tarif 10% terhadap Tiongkok cukup untuk mengubah dinamika ekonomi global,” kata Chang Shu, Kepala Ekonom Bloomberg Asia.

Reaksi dari Kanada dan Meksiko

Jika Meksiko, Kanada, atau Tiongkok membalas dengan menerapkan tarif baru terhadap AS, Gedung Putih menyatakan bahwa mereka akan merespons dengan menaikkan tarif lebih lanjut.

Kanada dan Meksiko telah menyatakan akan melakukan tindakan balasan terhadap tarif AS ini.

  • Kanada: Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Kanada, Jonathan Wilkinson, menegaskan bahwa Kanada tidak melakukan tindakan yang memicu tarif AS, tetapi akan berjuang demi kepentingan warganya.
  • Perdana Menteri Kanada, menyatakan bahwa pemerintahnya sudah siap untuk merespons tindakan Trump dengan kebijakan balasan.
  • Meksiko: Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, memerintahkan Menteri Ekonomi untuk menyiapkan langkah-langkah tarif dan non-tarif guna melindungi kepentingan nasional.

Trump: Tarif Ini demi Kepentingan Ekonomi AS

Sejak lama, Trump menggunakan tarif sebagai alat untuk menekan mitra dagang AS guna mendapatkan kesepakatan perdagangan yang lebih menguntungkan dan melindungi industri dalam negeri dari persaingan luar negeri.

Pada Jumat (1 Februari), Trump menegaskan bahwa keputusan ini murni berbasis ekonomi.

“Kami memiliki defisit perdagangan yang besar dengan Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Selain itu, ada krisis fentanyl yang masuk dari Meksiko dan Tiongkok. Tarif ini adalah tindakan yang diperlukan,” ujar Trump.

Gedung Putih juga menegaskan bahwa Tiongkok bertanggung jawab atas masuknya fentanyl ke AS, yang telah menyebabkan kematian jutaan warga Amerika akibat kecanduan opioid.

Bagaimana Data Perdagangan AS dengan Kanada, Meksiko, dan Tiongkok?

Menurut laporan CNN, pada tahun 2024, Meksiko, Tiongkok, dan Kanada merupakan tiga mitra dagang utama AS, dengan volume ekspor mereka ke AS sebagai berikut:

  1. Meksiko : 467 miliar dolar
  2. Tiongkok : 401 miliar dolar
  3. Kanada : 377 miliar dolar

Ketiga negara ini menyumbang 42% dari total impor AS yang mencapai hampir 3 triliun dolar.

Sementara itu, AS mengekspor:

  1. Ke Kanada: 322 miliar dolar
  2. Ke Meksiko: 309 miliar dolar
  3. Ke Tiongkok: 131 miliar dolar

Ekspor AS ke tiga negara ini menyumbang lebih dari 40% dari total ekspor global AS sebesar 1,9 triliun Tiongkok.

Tarif Tambahan Akan Diberlakukan di Masa Depan

Trump mengakui bahwa kebijakan tarifnya dapat menyebabkan gangguan jangka pendek bagi konsumen, tetapi dia percaya bahwa dampak jangka panjangnya akan menguntungkan industri AS.

“Tarif tidak menyebabkan inflasi. Tarif menciptakan kesuksesan,” ujar Donald Trump.

Trump juga menyatakan bahwa dia berencana menaikkan tarif lebih banyak lagi terhadap berbagai sektor, termasuk:

  • Mikrochip
  • Minyak dan gas
  • Baja dan aluminium
  • Tembaga
  • Semua jenis obat-obatan

Selain itu, Trump memastikan bahwa dia akan memberlakukan tarif terhadap Uni Eropa dalam waktu dekat.

Kesimpulan: Perang Dagang Kembali Memanas?

Dengan keputusan ini, Trump kembali memicu ketegangan dagang dengan mitra utama AS, yang berpotensi meningkatkan perang dagang di tingkat global.

Jika Meksiko, Kanada, dan Tiongkok membalas dengan tarif balasan, maka AS kemungkinan akan merespons dengan tindakan lebih lanjut, menciptakan lingkaran konflik perdagangan yang dapat berdampak besar terhadap ekonomi global.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS