[Pengamatan Qin Peng]
Selama masa jabatan pertama Trump, John Ratcliffe memerintahkan CIA untuk melemahkan kekuasaan Xi Jinping dan menyebarkan informasi terkait keluarga-keluarga berkuasa Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang mencuri kekayaan nasional Tiongkok. Tindakan apa lagi yang akan ia ambil di era Trump 2.0?
WSJ: Calon Direktur CIA akan menyerang PKT
Pada Senin (13 Januari) The Wall Street Journal menerbitkan sebuah artikel yang memicu banyak spekulasi. Laporan Artikel tersebut menyebutkan, bahwa John Ratcliffe, yang juga merupakan Direktur Intelijen Nasional dalam masa jabatan pemerintahan Trump 1.0 akan muncul kembali di hadapan panel Senat pada Rabu (15 Januari) untuk ditinjau masalah pencalonannya, dan jika disetujui, ia akan lebih aktif dalam mengoperasikan spionase terhadap Partai Komunis Tiongkok.
Apa yang dimaksud dengan lebih aktif dalam mengoperasikan spionase? Menurut artikel tersebut, aspek-aspeknya meliputi sebagai berikut:
1. Ambil misi mata-mata yang lebih radikal dengan menargetkan pejabat senior PKT.
Terkait hal ini, orang-orang dekat Ratcliffe tidak memberikan penjelasan rinci, namun jika melihat praktik negara lain, “misi mata-mata radikal” mungkin mencakup perekrutan pejabat senior Partai Komunis Tiongkok untuk menjadi personel intelijen AS, serta memecah belah Partai Komunis Tiongkok. Bahkan menumbangkan rezim. CIA pernah melakukan hal ini.
Kita tentunya masih ingat bahwa mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang juga menjabat sebagai Direktur CIA, pernah mengatakan bahwa ketika dirinya masih menjadi kadet di West Point, motto West Point adalah tidak berbohong, tidak menipu, tidak mencuri, tapi “Saya adalah seorang direktur CIA. Kami berbohong, menipu, dan mencuri …. PKT mengejek CIA sebagai organisasi teroris, tetapi ketika Amerika Serikat menganggap PKT sebagai musuh, CIA melakukan lebih banyak hal dari itu!
2. Tindakan rahasia untuk melawan pengaruh PKT yang semakin meluas di seluruh dunia. Orang-orang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan, bahwa John Ratcliffe akan mengambil tindakan untuk mencegah serangan siber Tiongkok, termasuk serangan pada jaringan telekomunikasi.
Awal bulan ini, sumber yang mengetahui masalah mengutip ucapan penasihat keamanan nasional pemerintahan Biden, Jake Sullivan mengungkapkan, bahwa peretas PKT telah meningkatkan kemampuan dari pencurian terhadap rahasia perusahaan di masa lalu menjadi untuk senjata militer, yang siap memberikan pukulan mematikan bagi Amerika Serikat saat mereka butuhkan.
Pada musim gugur tahun 2023, kepada para eksekutif telekomunikasi dan teknologi AS di sebuah pertemuan rahasia di Gedung Putih, Jake Sullivan mengatakan bahwa peretas Tiongkok telah memperoleh kemampuan untuk mematikan jaringan komunikasi dan Listrik dari puluhan pelabuhan AS, termasuk target infrastruktur lainnya kapan saja mereka mau. Serangan itu dapat mengancam nyawa warga negara Amerika Serikat. Oleh karena itu pemerintah AS membutuhkan bantuan perusahaan tersebut untuk membasmi para penyusup.
Namun, Wall Street Journal melaporkan bahwa tidak seorang pun yang hadir dalam pengarahan tersebut, termasuk Jake Sullivan, yang mengetahui bahwa peretas Tiongkok juga telah menembus jaringan telekomunikasi AS.
Kedua operasi peretasan berskala besar ini telah menjungkirbalikkan pemahaman Barat tentang apa yang diinginkan oleh Partai Komunis Tiongkok, sekaligus mengungkap mengenai keterampilan dan kerahasiaan luar biasa dari para prajurit papan ketik (keyboard warrior), yang dulunya dianggap sebagai kelompok orang yang berniat mencuri data lewat Internet, yaitu para peretas Partai Komunis Tiongkok, yang terutama tertarik pada rahasia bisnis dan sejumlah besar data pribadi konsumen.
Namun, kegiatan peretasan terbaru menunjukkan mereka sekarang menjadi prajurit di garis depan potensi konflik geopolitik antara Tiongkok dan Amerika Serikat, alat perang siber yang diharapkan menjadi senjata ampuh.
Brandon Wales, mantan pejabat senior keamanan siber di Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS yang telah lama memantau dengan saksama operasi peretasan Tiongkok terhadap infrastruktur AS, mengatakan bahwa jaringan komputer AS adalah “ancaman paling penting bagi konflik apa pun dengan Tiongkok di masa mendatang”.
Ia mengatakan, bahwa pra-penempatan dan pengumpulan intelijen oleh peretas PKT “Bertujuan untuk memastikan kemenangan mereka dengan mencegah Amerika Serikat memproyeksikan kekuatan, sekaligus menciptakan kekacauan di dalam negeri”.
Para anggota parlemen dan pejabat yang menerima pengarahan rahasia dalam beberapa minggu terakhir mengatakan kepada The Wall Street Journal, bahwa mereka terkejut dengan besarnya intrusi dan kesulitan dalam menyelesaikan peretasan tersebut, dan beberapa pemimpin perusahaan telekomunikasi mengatakan bahwa mereka terkejut dengan cakupan dan tingkat keparahan peretasan tersebut.
“Mereka sangat berhati-hati dengan teknologi mereka”, kata Anne Neuberger, wakil penasihat keamanan nasional untuk keamanan siber Presiden Biden. Ia juga mengatakan bahwa dalam beberapa kasus, peretas menghapus catatan keamanan jaringan, sementara dalam kasus lain, perusahaan korban tidak menyimpan cukup banyak catatan, yang berarti “kita tidak akan pernah tahu cakupan dan skala peretasannya”.
Jadi, bagaimana CIA akan menanggapi serangan siber PKT? Seseorang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa John Ratcliffe telah mendapat wewenang penuh dari Trump. “John tahu bahwa dia memiliki pelindung terbaik: yaitu Trump”. “Trump sangat kecewa dengan masalah semacam itu”, katanya.
Serangan oleh peretas Partai Komunis Tiongkok secara langsung mengancam Trump. Baru-baru ini, H.R. McMaster, seorang pensiunan letnan jenderal Angkatan Darat AS dan mantan penasihat keamanan nasional untuk pemerintahan Trump, pada sebuah simposium di lembaga pemikir “Dewan Hubungan Internasional (Council on Foreign Relations)” di Washington mengatakan, bahwa Partai Komunis Tiongkok telah menyadap panggilan telepon Presiden Trump dengan semua orang di sekitarnya. Itu berlangsung 6 bulan lamanya.
Di masa lalu, CIA pernah menggunakan operasi rahasia seperti itu yang memerlukan otorisasi dari presiden untuk meluncurkan kampanye propaganda rahasia, serangan siber, dan sabotase industri.
Tahun lalu, Reuters mengutip informasi yang disampaikan oleh 3 orang mantan pejabat AS melaporkan, bahwa pada tahun 2019, Trump memerintahkan CIA untuk membentuk tim agen khusus yang menggunakan identitas palsu di Internet guna menyebarkan komentar negatif yang tidak menguntungkan bagi pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping. Selain itu juga mengisyaratkan bahwa pejabat senior PKT sedang menimbun di luar negeri dana negara yang mereka curi dari Tiongkok.
Pada tahun 2018, Trump juga menandatangani perintah eksekutif rahasia yang isinya mencabut pembatasan birokrasi antarlembaga terkait penggunaan senjata siber ofensif terhadap berbagai musuh asing. Mantan pejabat AS mengatakan, kebijakan tersebut sebagian besar masih dipertahankan oleh pemerintahan Biden, tetapi Trump mungkin akan memperbanyak operasi siber yang bersifat merusak.
Perlu kita ketahui bahwa hal-hal ini terjadi pada paruh pertama masa jabatan pertama Trump. Saat itu, Trump tidak hanya tidak berbalik melawan PKT seperti yang dilakukannya setelah pandemi, tetapi pemerintah AS dan oposisi belum mencapai konsensus tentang jahatnya PKT.
Bahkan pada tahun 2020, Partai Demokrat dan media sayap kiri juga mengkritik keras Trump karena bersikap keras terhadap PKT, dengan mengatakan bahwa Trump ingin mengalihkan perhatian dari tuduhan “Russiagate” dan penanganannya yang buruk terhadap wabah COVID-19.
Tetapi sekarang, masyarakat Amerika Serikat telah mencapai konsensus bahwa meskipun Rusia merupakan ancaman bagi Amerika Serikat, tapi hanya Partai Komunis Tiongkok yang berniat dan berkemampuan untuk menumbangkan Amerika Serikat.
Michael George Glen Waltz, anggota DPR AS dari Dapil Negara bagian Florida yang ditunjuk oleh Trump sebagai penasihat keamanan nasional, mengatakan bahwa peretasan terbaru Beijing terhadap infrastruktur penting AS dan intrusi ke jaringan telekomunikasi menunjukkan perlunya AS menerapkan pendekatan yang lebih keras terhadap Beijing.
“Kita harus berhenti mencoba untuk menggunakan kemampuan bertahan kita yang sudah semakin baik”, kata Waltz dalam wawancara baru-baru ini dengan Fox Business. “Kita harus mulai melakukan serangan”.
Xi Jinping mengungkap kelemahan fatal: Disintegrasi PKT sebagai target Trump 2.0
Selama masa jabatan pertama Trump, John Ratcliffe mempekerjakan sejumlah analis urusan Tiongkok, dan mendorong untuk mendeklasifikasi intelijen yang dapat dimanfaatkan untuk mempermalukan Zhongnanhai di panggung internasional, kata seorang mantan pejabat yang enggan disebutkan namanya.
Jadi, apa yang akan terjadi di era Trump 2.0? Atau, pertanyaan lebih kritis yang perlu kita tanyakan adalah: Apa target yang ingin dicapai pemerintahan Trump 2.0 terhadap PKT? Bersaingkah? konfrontasikah? Atau disintegrasi? Perbedaan dalam pemilihan target jelas akan menyebabkan perubahan besar dalam sumber daya yang diinvestasikan oleh CIA dan seluruh pemerintahan, serta strategi tindakan, dan hasilnya juga akan sangat berbeda.
Penulis berpendapat bahwa Trump berniat membuat PKT disintegrasi dengan 3 alasan berikut:
Pertama, selama era Trump 1.0, kebijakan terhadap PKT telah berkembang menjadi konfrontasi yang komprehensif.
Pada era Trump 1.0, tujuan utama Trump adalah mencoba untuk mencapai kesepakatan dengan Partai Komunis Tiongkok jika PKT bersedia mengubah praktik perdagangan yang tidak adil dan pencurian terhadap kekayaan intelektual AS. Namun, pada tahun 2020, setelah PKT meracuni Amerika Serikat dengan virus komunis Tiongkok (COVID-19), menyebabkan kematian hampir satu juta orang warga Amerika Serikat dan kerugian materi yang mencapai lebih dari USD.10 triliun.
Hal tersebut benar-benar membuat Trump marah. Sehingga ia mengambil serangkaian tindakan radikal terhadap PKT, termasuk menutup konsulat PKT di Amerika Serikat, menyelidiki virus PKT, dan memberika peringatan kepada PKT lewat “Empat Penunggang Kuda Akhir Zaman”, terutama pidato Pompeo di halaman depan Perpustakaan Richard Nixon dengan topik “Tiongkok Komunis dan Masa Depan Dunia Bebas”.
Dalam pidatonya, Pompeo langsung mengarahkan ujung tombaknya terhadap sistem dan ideologi PKT dengan menyerukan persatuan dengan rakyat Tiongkok untuk melawan PKT.
Namun di era Joe Biden yang berupaya menghindari konflik tajam Tiongkok-AS, telah membuat gagasan di era Trump menjadi kendur. Namun, mengingat karakter Trump, ia pasti akan meninggalkan pendekatan Joe Biden yang “halaman kecil dengan tembok tinggi”.
Trump tidak akan menerapkan kebijakan yang berintikan “persaingan”. Karena persaingan berarti anda mengembangkan milik anda dan saya mengembangkan milik saya, sambil mengekang PKT secara moderat. Tetapi Trump pasti akan menekankan pendekatan yang bersifat ofensif.
Kedua, perubahan besar pada situasi domestik dan internasional di era Trump 2.0 nanti bakal lebih menguntungkan Amerika Serikat dan kurang menguntungkan PKT.
Hal ini tercermin dalam 3 aspek:
1. Karena ancaman PKT telah mencapai konsensus di dalam negeri Amerika Serikat, sehingga para politisi maupun pebisnis menjadi lebih reseptif, tidak menimbulkan hambatan bagi Trump dalam menjalankan kebijakannya. Pemerintahan Trump 2.0 dapat lebih leluasa dalam memfokuskan semua upayanya untuk pengembangan AS dan menghadapi PKT.
2. Di pihak PKT, setelah melewati 4 tahun era Trump dan 4 tahun era Biden, kesenjangan antara PKT dan Amerika Serikat dalam kekuatan ekonomi dan teknologi telah semakin melebar, dan berbagai krisis telah meletus satu demi satu, mengakibatkan kemampuan PKT untuk menghadapi Amerika Serikat jauh melemah.
3. Di tingkat internasional, negara-negara seperti Rusia, Eropa, poros perlawanan di Timur Tengah yang baik langsung atau tidak telah berpartisipasi dalam perlawanan terhadap Trump di masa lalu telah mengalami pelemahan kekuatan dalam 4 tahun terakhir. Selain itu dukungan PKT terhadap invasi Rusia ke Ukraina dan tindakan dumping juga telah menyebabkan Eropa menjauhi PKT. Dengan demikian, kebijakan internasional dari pemerintahan Trump 2.0 jelas akan kurang mendapatkan perlawanan.
Mari kita tinjau kembali, ketika Trump bertemu dengan para pemimpin dunia di acara pembukaan kembali Notre Dame de Paris, apakah terasa seperti kembalinya sang raja? Ini adalah perubahan mendasar dari situasi ketika Trump berdebat dengan banyak orang di pertemuan puncak G7.
Ketiga, PKT mengungkapkan kelemahan fatalnya, dan Trump pasti akan melakukan serangan balik.
Tentu saja, mungkin ada beberapa teman yang mengatakan bahwa Trump adalah seorang pengusaha dan dia mungkin tidak serta-merta menetapkan tujuan untuk menghancurkan PKT. Dia mungkin lebih cenderung untuk mencapai keseimbangan teror dengan PKT, melakukan lebih banyak bisnis, membuat Amerika Serikat kembali berjaya. Menurut saya ini adalah kesalahpahaman besar:
Pertama-tama, sejak masa jabatan pertamanya, ketika kekayaan Trump mengalami penyusutan drastis dan ia difitnah, ia tetap tidak mengambil pusing. Dari sana kita tahu bahwa ia adalah seorang yang memiliki cita-cita.
Adapun terhadap PKT, sebagaimana yang diungkapkan oleh Reuters dan Wall Street Journal, bahwa Trump secara pribadi telah memerintahkan pemaparan terhadap kasus korupsi pejabat senior PKT termasuk Xi Jinping. Semua orang dapat melihat bahwa Trump yang sebenarnya bukanlah Trump yang sering kali mengeluarkan ucapan: “Ketua Xi (Jinping) adalah teman baik saya”. Ia bukan pebisnis yang mencari keuntungan semata, tetapi ia dapat membuat musuh-musuhnya bingung.
Kedua, Trump menjadikan Presiden Reagan sebagai panutannya, dengan harapan dapat mengukir prestasi abadinya. Sedangkan prestasi terbesar Presiden Reagan adalah menyelamatkan Amerika Serikat dan menghancurkan Partai Komunis Uni Soviet. Pada masa jabatan keduanya dan setelah percobaan pembunuhan itulah kedua tokoh tersebut tersadar akan misinya.
Sejarah tampaknya bersifat kebetulan, tetapi mungkin saja sejarah tersusun dengan cara seperti ini, sebagaimana tertulis dalam Kitab Pengkhotbah 1:9 yang berbunyi: “Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi, tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari”.
Ketiga, dan yang sangat penting, PKT belum melepaskan ambisinya terhadap dunia. Beberapa hari yang lalu, Wall Street Journal melaporkan bahwa Xi Jinping bertanya kepada para ahli “apa yang salah dengan deflasi”, dirinya masih percaya bahwa Timur akan bangkit dan Barat akan surut.
Dia tidak mau menyelamatkan ekonomi Tiongkok dan mempromosikan konsumsi domestik karena dia masih bersikeras ingin mengumpulkan kekuatan untuk bersaing dengan Trump.
Kita tahu bahwa kepribadian Trump adalah membalas kebaikan dan dendam. Upaya PKT untuk membunuh Amerika Serikat pasti akan memicu serangan balik yang kuat dari Trump.
Selain itu, beberapa saluran, termasuk Yuan Hongbing, seorang sarjana hukum Tiongkok yang tinggal di Australia, dan pejabat dalam keamanan publik Partai Komunis Tiongkok, telah mengungkapkan bahwa Xi Jinping, atas dorongan Menteri Keamanan Nasional Chen Yixin dan yang lainnya, telah berusaha untuk mencegah Trump 2.0 mengungkap kejahatan HAM terbesar PKT, yaitu penganiayaan terhadap Falun Gong, khususnya dalam masalah pengambilan organ hidup-hidup.
Xi telah menginstruksikan Kementerian Keamanan Nasional dan Kementerian Keamanan Publik untuk melancarkan perang hukum dan perang opini publik terhadap Shen Yun dan pendiri Falun Gong, selain itu juga memobilisasi pasukan intelijen, politik PKT dan kekuatan bisnis di Amerika Serikat, mencoba untuk memahami sikap Trump dan membuat Trump berpartisipasi dalam penganiayaan Falun Gong.
Tindakan gila Zhongnanhai seperti itu justru mengungkap kelemahan fatal PKT sendiri. Trump tidak akan mengabaikannya. Dia lebih cenderung menggunakan alat seperti Undang-Undang Perlindungan Falun Gong yang akan disahkan oleh Kongres AS untuk mengungkap kejahatan PKT yang mengejutkan dunia, dan benar-benar menghancurkannya legitimasi PKT. Dengan demikian, pukulan terhadap Partai Komunis Tiongkok yang jahat akan berakibat fatal.
Akan tetapi, membedakan PKT dari Tiongkok dan rakyat Tiongkok jauh lebih baik dan efektif daripada menggunakan perang dagang, tarif tinggi, perang siber, dan cara lain oleh Trump untuk menyerang PKT.
Seseorang secerdas Trump tentu akan memahami kebenaran ini. Akankah dia melepaskan kelemahan fatal PKT yang telah diungkapkannya sendiri? Akankah dia membiarkan PKT lolos dari gempurannya? Tampaknya tidak mungkin, bukan?!
Jadi, bagaimana seluruh pemerintah AS dan sekutu Amerika Serikat di dunia bebas akan menangani kejahatan PKT ini?
Bagaimana di internal PKT akan terpecah belah yang mempercepat disintegrasinya? Ini mungkin hal paling menarik yang bisa terjadi di era kepemimpinan Trump 2.0. Mari kita nantikan bersama. (sin)