oleh Yuan Dan
Baru-baru ini, insiden penculikan dan pemerasan yang menimpa aktor Tiongkok Wang Xing terus menjadi pembicaraan warga Tiongkok. Semakin banyak warga sipil Tiongkok mulai mengalihkan fokus perhatian mereka dari komplek penipuan elektronik di Myanmar ke titik lemah Partai Komunis Tiongkok. Namun sejumlah uneg-uneg dan pertanyaan kunci para netizen sejauh ini belum mendapatkan tanggapan resmi.
Pertanyaan 1: Mengapa transfer dana yang dilakukan banyak warga sipil ke anggota keluarga, klien, atau teman, dananya dibekukan oleh bank dengan alasan “takut sebagai dana penipuan”. Sementara aliran dana untuk penipu justru tidak terhalang? Transfer dana ribuan saja diperiksa sangat teliti, tahu di mana dana itu dimasukkan, tetapi transfer dana jutaan malah katanya “tidak terlacak”, Aneh bukan?
Pertanyaan 2: Semua panggilan telepon dan informasi Internet di Tiongkok daratan dipantau secara ketat oleh Biro Keamanan Nasional dan Biro Keamanan Publik, tetapi mengapa panggilan telepon penipuan malah “tidak terpantau, bagaimana mencegahnya?” kata mereka.
Pertanyaan 3: WeChat, ponsel, kartu bank, Alipay…sekalipun mau akses internet, semuanya memerlukan registrasi dengan nama asli. Nah, mengapa penipu tidak memerlukan registrasi nama asli? Mengapa penipu bisa tahu nama asli korban? Mengapa penipu bisa berbohong, berbuat jahat di mana-mana? Sementara kita warga sipil malah terkena sanksi, peringatan, dan dipantau lokasi keberadaan, bahkan ditipu jika mengutarakan pendapat yang tidak sama dengan pemerintah?
Pertanyaan 4: Semua jaringan, telekomunikasi, dan platform negara-negara Barat dapat diblokir sepenuhnya di Tiongkok daratan. Padahal kelompok penipuan di Myanmar itu menggunakan jaringan dan sinyal dari perusahaan telekomunikasi Tiongkok seperti China Telecom, China Unicom, dan China Mobile untuk menipu warga negara Tiongkok. Ketiga operator utama ini beserta departemen keamanan mereka yang berkemampuan besar dalam hal blokir memblokir, malah tidak berdaya memblokir sinyal mereka sendiri?
Keempat pertanyaan di atas sebenarnya mengungkap satu fakta, yakni PKT yang jelas-jelas mampu mencegah Myawaddy di Myanmar, dan situs penipuan online lainnya melakukan penipuan terhadap warga sipil Tiongkok melalui perusahaan pusatnya, perusahaan milik negara, atau lewat institusi keuangan. Namun mereka tidak bertindak apa pun, bahkan berpura-pura tidak berdaya.
Baru-baru ini, sebuah artikel di media Tiongkok daratan menyebutkan bahwa “Thailand sebenarnya memiliki sarana untuk menindak Myawaddy” dengan alasan “listrik dan koneksi jaringan Myawaddy semuanya dipasok oleh Thailand. Jika itu diputus, pasti dapat langsung menghambat operasi penipuan siber di komplek-komplek Myawaddy”.
Pertama, seorang informan mengungkapkan bahwa komplek penipuan siber di Myanmar tidak hanya bercokol di daerah Myawaddy. Meskipun pasokan listrik Myawaddy berasal dari Thailand, tetapi jaringan komunikasi dan listrik di lebih banyak komplek seperti Negara Bagian Wa dan Kokang di Myanmar utara malah sebagian besarnya bergantung pada pasokan dari Tiongkok.
Kedua, menurut media di atas, jika Thailand mampu menindak Myawaddy, jadi bukankah pemadaman sinyal Internet dan listrik yang dilakukan PKT juga dapat berdampak sama dalam menindak dan mengekang operasi penipuan di Myanmar yang semakin meluas?
Faktanya, pada Agustus 2023, media Tiongkok daratan berfokus pada penipuan daring di Myanmar utara melalui artikelnya yang berjudul “Di Balik Penipuan Internet di Myanmar Utara: Ruang Penahanan Ilegal, Empat Keluarga Besar, dan Kolonel Militer yang Memiliki Saham di Kelompok Penipuan” menunjukkan bahwa “mematikan aliran listrik, saluran Internet sampai batas tertentu mampu memerangi penipuan online”.
Dari artikel berjudul “Mengapa Tiongkok tidak memutus saluran internet dan listrik di daerah penipuan di Myanmar utara untuk memecahkan masalah dari akarnya?”. Tidak sulit untuk melihat dari judul artikel bahwa Partai Komunis Tiongkok sepenuhnya mampu memutus internet dan pasokan listrik ke komplek-komplek penipuan elektronik.
Tetapi “kenapa tidak dilakukan”? Alasan yang diberikan adalah bahwa hal ini akan “berdampak serius terhadap kehidupan masyarakat biasa di Myanmar dan merusak kepercayaan dan kerja sama antara kedua negara”.
Belum tentu alasan yang digunakan PKT bahwa akan “berdampak serius terhadap kehidupan masyarakat biasa di Myanmar ….” itu terjadi akibat Tiongkok menghentikan pasokan, mengingat di wilayah yang kacau seperti Myanmar, di mana berbagai kekuatan lokal berjuang demi kepentingan mereka sendiri, apakah warga sipil Myanmar biasa memiliki kebebasan untuk menggunakan internet dan listrik, masih menjadi pertanyaan? “Kalau pun itu dilakukan, belum tentu bisa mengenai sasaran”, alasan PKT.
Jika kita bayangkan dengan rumah-rumah di Tiongkok yang menolak untuk dijual, dibongkar atau direlokasi, sampai pemerintah setempat melakukan pemutusan air bersih, listrik, gas, internet, bahkan menutup jalan aksesnya, apakah tidak mengenai sasaran? Bukankah meteran penggunaan air bersih, meteran pemakaian listrik, meteran gas, broadband Internet penduduk Tiongkok juga dikendalikan dari jarak jauh oleh pemerintah, dan tidak ada yang tidak “tepat sasaran”? Masalahnya cuma mau atau tidak.
Mengingat banyaknya warga sipil Tiongkok di berbagai tempat yang melaporkan kejadian mengenai kelainan meteran yang menunjukkan lonjakan atas penggunaan listrik, air atau gas rumah tangga dalam 2 tahun terakhir. Akhirnya ada orang yang merangkum kejadian janggal ini sebagai “3 ciri khas dan inovasi BUMN Tiongkok”:
1. “Meteran baru dari perusahaan gas yang kini berputar lebih cepat merupakan langkah kemajuan revolusioner perusahaan gas dalam menyusul perusahaan KA berkecepatan tinggi Tiongkok dalam meningkatkan laju kecepatan KA berkecepatan tinggi”.
2. “Meteran baru dari perusahaan pemasok air bersih ternyata memiliki tingkat kesadaran yang tinggi …. ia terus berputar meskipun tidak ada air bersih yang mengalir”.
3. “Kapasitas penggunaan listrik oleh konsumen di negara ini (Tiongkok) ternyata lebih besar daripada kapasitas yang dihasilkan oleh pembangkitnya, hal tersebut pembuktian bahwa hukum kekekalan energi ini ternyata sudah bertahun-tahun menipu orang dunia”.
Belum lagi termasuk hal-hal mengejutkan, seperti 3 perusahaan minyak menciptakan standar pengukuran “800 ml = 1 liter”, dan “kamera pemantau di gerbang tol mencatat kendaraan angkutan yang kosong wajib membayar denda karena kelebihan muatan”.
Hal ini lebih dari cukup untuk menunjukkan bahwa di mana pun perusahaan milik negara dan perusahaan milik Partai Komunis Tiongkok berada, di sana pasti ada terobosan yang mengejutkan. Dengan kata lain, selama perusahaan-perusahaan ini berani “menunjukkan taring”, pendapatan mereka niscaya akan memecahkan rekor.
Sedangkan untuk operator telekomunikasi Partai Komunis Tiongkok, artikel di atas yang mencari-cari alasan sebagai tanggapan juga berpendapat, bahwa sangat sulit dalam praktiknya untuk “mengunci nomor-nomor penipuan terlebih dahulu dan memblokir nomor-nomor penipuan tersebut sebelum mereka melakukan panggilan”.
Namun ini jelas tidak benar. Misalnya, selama epidemi, ponsel semua deposan bank desa di Henan tiba-tiba diberi kode warna merah yang berarti bahwa yang bersangkutan wajib menjalankan isolasi mandiri, tidak boleh keluar rumah. Pertanyaannya adalah, bagaimana perusahaan telekomunikasi itu tahu bahwa nasabah tersebut akan keluar rumah dan menarik uang dari bank itu? Siapa yang memberi mereka kekuasaan untuk mengurung orang biasa yang tidak terinfeksi virus?
Faktanya, bukan cuma nasabah bank, pembeli rumah yang pembangunannya terbengkalai, pekerja migran yang menuntut upah, dan pemohon petisi lainnya yang cuma curhat lewat telepon genggam, mengeluh tidak punya tempat untuk mengajukan banding pada dasarnya dijadikan objek yang dianggap mengancam stabilitas nasional, sehingga mengalami pemutusan sinyal HP, putus kontak dengan pihak luar.
Terlebih lagi, Biro Keamanan Publik Tiongkok telah lama mengetahui bahwa nomor telepon seluler calon korban penipuan itu dijual kepada kelompok penipuan di Myanmar oleh anggota staf internal dari operator tertentu.
Jika itu dilakukan oleh orang mereka sendiri, bagaimana mungkin mereka tidak bisa menemukan keberadaan penipu dan korbannya? Karena, membuat seorang warga “tidak bisa bergerak” itu saja bukan masalah yang sulit bagi otoritas, bagaimana mungkin memutus jaringan internet dan saluran listrik ke komplek penipuan elektronik itu malah dibilang sulit.
Satu-satunya orang yang mampu menghentikan tindak penipuan namun tidak melakukan apa pun adalah kaki tangan atau atasan dari para penipu itu. Jika PKT dapat secara terbuka meraup uang rakyat melalui meteran air, listrik, dan gas, lalu lintas data telepon seluler, dan tagihan telepon, apakah ia tidak bisa berkolusi dengan para penipu di Myanmar dan tempat-tempat lainnya untuk menipu rakyat Tiongkok? Yang terang-terangan saja berani, apa yang sembunyi-sembunyi ditakuti?
Adapun pemerasan tenaga kerja, perdagangan manusia, pengambilan organ secara hidup-hidup, bukankah kasus-kasus seperti ini sudah cukup banyak terjadi di wilayah kekuasaan PKT? Semua bisnis ini adalah rantai industri hitam yang diterapkan dan diarahkan secara pribadi oleh Partai Komunis Tiongkok.
Beberapa netizen secara akurat menemukan bahwa komplek penipuan di Myanmar menggunakan listrik, jaringan internet yang dipasok dari Tiongkok daratan, menggunakan kartu telepon dari Tiongkok daratan, mata uang yang beredar di komplek tersebut adalah RMB, dan perusahaan pengiriman ekspres di komplek tersebut adalah China Post.
Gadis-gadis yang bekerja di kasino, kelab malam, dan sauna di komplek juga berasal dari Tiongkok daratan”. Hal ini menunjukkan bahwa para penipu, pedagang manusia, penjahat, dan algojonya adalah Partai Komunis Tiongkok yang beroperasi secara kolektif di wilayah lain.
Sumber daya di daratan yang dikuasai oleh Partai Komunis Tiongkok kini semuanya digunakan di Myanmar. Bisa dibayangkan bahwa pihak yang paling diuntungkan dari sumber daya ini adalah Partai Komunis Tiongkok.
“Provinsi Jilin memberikan 8 juta kartu telepon tanpa perlu registrasi nama asli secara cuma-cuma kepada Myawaddy, Myanmar”. Bea Cukai Kunming menyita “lebih dari 11.500 kartu SIM yang tidak dideklarasikan, … dianggap sebagai alat penting untuk kejahatan penipuan telekomunikasi”.
“Ada wilayah yang bahkan memberikan Myanmar jutaan kartu telepon yang tidak perlu registrasi dengan nama asli”. Ini semua adalah informasi yang telah ditemukan dan dipublikasikan oleh Kementerian Keamanan Nasional Tiongkok beberapa tahun yang lalu.
Pada waktu itu, PKT masih membantah rumor tersebut, tetapi sekarang menolak mengakuinya malahan ingin menyalahkan pihak Thailand. Jika PKT tidak kehabisan argumen dan tidak punya cara untuk menyangkalnya, PKT jelas tidak mau berinisiatif untuk menunjukkan watak aslinya yang gangster dan bajingan.
Sudah ada orang dalam di luar negeri yang mengungkapkan bahwa di mana pun komplek penipuan elektronik berada, industri besar itu semuanya dikendalikan langsung oleh Partai Komunis Tiongkok. Hampir semua komplek penipuan di Asia Tenggara memiliki bayang-bayang Kementerian Keamanan Nasional Tiongkok di belakangnya. Para investor di komplek itu pada dasarnya adalah BUMN Partai Komunis Tiongkok, dan para bos di balik layar juga adalah presiden kantor perdagangan Tiongkok untuk Myanmar. Peran yang mereka mainkan pada akhirnya adalah menjadi “sarung tangan” Partai Komunis Tiongkok. Ini cukup untuk menunjukkan bahwa PKT adalah bos tertinggi yang sesungguhnya.
Pada November tahun lalu, media resmi Tiongkok melaporkan bahwa polisi Tiongkok “telah menangkap lebih dari 53.000 orang warga negara Tiongkok yang diduga melakukan penipuan daring, dan semua komplek penipuan elektronik skala besar di Myanmar utara yang berdekatan dengan perbatasan Tiongkok telah habis diberantas”.
Namun, orang dalam mengatakan bahwa “Myawaddy di Myanmar tenggara tidak pernah tersentuh oleh aparat PKT”. PKT sebenarnya “menduduki wilayah atas nama anti-penipuan”. “Ada lebih dari 70.000 orang WN.Tiongkok yang tertipu untuk pergi ke Myanmar setiap tahunnya”, tetapi jumlah orang yang diselamatkan oleh polisi Tiongkok masih jauh dari harapan.
Kalimat ini menunjukkan kelicikan sekaligus kekejaman PKT, yang telah bertindak sebagai pemimpin perdagangan manusia selama puluhan tahun lamanya, bagaimana mungkin Partai Komunis Tiongkok tiba-tiba mengubah kebiasaannya?
PKT yang tidak pernah memperlakukan rakyat Tiongkok sebagai manusia, bagaimana mungkin ada “rekan senegara” yang muncul di matanya? Partai yang selama ini terus menggunakan sifat jahatnya untuk menindas kemanusiaan, dan telah menganiaya serta membunuh beberapa generasi rakyat Tiongkok, tidak akan bisa hidup dan akan runtuh jika tidak melakukan kejahatan, melakukan kegiatan atau terlibat dalam bisnis ilegal.
Oleh karena itu, selama partai tersebut eksis, ia pasti akan terus menumbuhkan berbagai kekuatan jahat. Dan siapa pun yang hidup di bawah cengkeraman Partai Komunis Tiongkok, ia akan sulit untuk benar-benar memperoleh kedamaian hidup dan ketenangan jiwa. (sin)